PS : Sorry for typos, darls :)
SECARIK kertas yang tertempel pada papan pengumuman siang hari ini, menarik semua perhatian anak-anak SMA Pelita Yasana yang mulai dirundung duka karena pelajaran yang mematikan. Terkutuklah Matematika, Fisika, Kimia, dan Ekonometri, yang ditempatkan pada jam perlajaran terakhir. Sebenarnya, pelajaran yang mengutamakan kecermatan tinggi itu sangat menyenangkan. Hanya saja penempatan jamnya saja yang tidak strategis. Akh, siapa sih yang ngatur? Menyebalkan.
Sebuah kompetisi modern dance menjadi topik utama di kertas yang terpampang jelas itu. Lihat saja tulisannya yang menggunakan font ukuran 72. Atau lihat saja, desain dan warna yang digunakan untuk poster itu. Atraktif dengan coretan desain yang agresif dan berani. Taruhan! Poster itu pasti bikinan Ventose Design. Sebuah perusahaan lokal indie yang terealisasi dari obsesi besar Arya, seorang desain grafis otodidak di SMA Pelita Yasana sendiri. Wah, rupanya dia sudah punya jam terbang tinggi.
Oke, kembali ke poster kompetisi modern dance yang berhasil menyedot perhatian anak-anak.
"Coba deh, coba deh, coba deh," dengan satu tangannya yang menyingkirkan kerumunan anak-anak, Dilla menarik tangan Novia dan berhasil menelusup bagaikan jarum.
Kalau sudah urusan begini, Dilla memang wajib turun tangan. Dua sahabat itu, Dilla dan Novia, selalu saling melengkapi. Dilla yang cenderung rebel tapi feminim dalam urusan style, dapat menempatkan dirinya dalam komposisi Novia yang benar-benar feminim. Beda dengan Dilla, Novia justru fleksibel dalam segala hal. Kepala dinginnya sangat berguna untuk menurunkan temperatur Dilla yang terkadang memuncak dan diluar batas.
"Ikut yah?" manik mata Dilla mengerling cantik.
"Serius lo?" Novia menelan ludah, terpaksa.
"Banget! Bukannya kamu lagi perlu banyak uang. Hadiahnya lumayan gede lho. Gimana?"
"Yang bener aja. Aku nggak bisa nari, Dilla," jawab Novia, mulai kesal. "Kamu tau itu."
Mendengar ide gila dari sahabatnya itu, kedua kaki Novia terasa layu dan lumpuh. Seketika keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia tak mau kejadian dua tahun yang lalu terulang lagi. Ia tak mau dipermalukan di depan umum. Tapi jika Novia menolak, Dilla pasti akan membahas posisi penting Novia di tim cheerleaders dua tahun silam.
Jujur, Novia memang sedang membutuhkan banyak uang. Ia memerlukan banyak uang untuk membayar tagihan ini-itu. Termasuk uang bulanan sekolahnya yang sudah memasuki bulan ketiga yang sampat saat ini belum dibayar. Belakangan ini, dapat dikatakan bahwa hidup Novia morat-marit. Terlebih lagi ketika rumah satu-satunya disita karena Papanya tak sanggup membayar hutang. Habislah Novia dengan sisa tenaganya. Roda kehidupannya langsung berputar ke bawah dan menghentikan akses pergaulan menengah ke atasnya. Segalanya berbalik.
Ketika semua orang mulai menghujat Novia, Dilla tetap ada di sampingnya. Gadis yang mengikrarkan bahwa 'persahabatan di atas segalanya' itu benar-benar membuktikan ucapannya dengan memperlakukan Novia seperti dulu. Entah kaya atau miskin, Dilla tak peduli. Kesenjangan sosial sih boleh saja namun itu tak berlaku untuk persahabatan. Nilai plus pun selalu Novia berikan untuk Dilla. Dilla memang girl power yang tiada duanya.
"Kan sama aja kayak cheerleaders. Kamu pasti bisa kan? Please... buat aku, Via. Aku nggak bisa ngelakuin apa pun selain dukung kamu. Waktuku sempit, Via." Volume suara Dilla semakin kecil. Terdengar seperti gumaman.
Tuh kan, tebakan Novia benar. Kejadian dua tahun silam memang menimbulkan traumatik tersendiri buat Novia. Seharusnya Novia dapat memimpin tiap gerakan dengan baik. Dia tergabung klub cheerleader dan dia dipercayai sebagai kapten saat itu. Kurang apa coba? Tapi Novia lalai ketika formasi segitiga dibentuk. Akhirnya formasi gagal dan Novia harus menelan kekalahan yang memalukan. Serta merta kekalahan itu membawa dampak baru yang cukup signifikan. Posisi Novia langsung diganti dan otomatis Novia dikeluarkan dari tim secara tidak terhormat. Semua kejadian berlangsung cepat. Beramai-ramai ia diangkat sebagai kapten; beramai-ramai juga ia didepak dari tim. Dan sejak saat itu, Novia memasuki lingkup baru sebagai siswi yang tergolong biasa-biasa saja tapi berlimpah materi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gugusan Rasa (Buku Satu)
Short StoryBerisi kumpulan cerita pendek karya saya dari tahun 2006 s.d. 2011 yang terinspirasi oleh banyak hal saat mencecapi masa remaja. Tentang keluarga, persahabatan, cinta monyet, permusuhan, hingga pengkhianatan. 'Gugusan Rasa' menjadi sangat penting ba...