No editing. Sorry for typo, darls :)
Hari ini tanggal, 15 September 2006. Seminggu menjelang hari ulang tahunku yang tentu saja akan dirayakan besar-besaran. Layaknya sweet seventeen yang hanya dirayakan sekali dalam seumur hidup, ulang tahun ke-18 tahun pun juga hanya dirayakan sekali seumur hidup. Dan besar-besaran. Sangat tidak mungkin merayakan ulang tahun dengan umur yang sama untuk selama-lamanya bukan? Kecuali jika mesin waktu memang tercipta untuk itu. Akh, falsafah dari mana pula itu? Macam hal-hal tidak penting yang seharusnya tak menjadi konsumsi manusia yang tidak apatis.
Belakangan ini, aku agak melankolis. Sedikit sensitif dan banyak sentimentil terhadap sesuatu yang kurang mengenakkan. Bahkan Rigen, Devie, Firza, ketiga sahabatku, pun terpaksa pasrah saja jika aku melontarkan kata-kata pedas dan tidak menyenangkan. Dampak dari perubahan sifatku ini, aku jadi suka menulis. Menulis apa saja yang kumau. Malahan kemarin aku membeli buku diary untuk jurnal pribadiku. Hahaha.. seumur hidup, baru kali ini aku punya buku diary!
Ini lucu memang. Setidaknya bagi diriku sendiri. Agaknya sedikit konyol mencatat keseharian kita dalam kurun waktu 24 jam yang tidak akan terulang lagi. Tapi rasanya aku jadi menghargai waktu. Aku juga menghargai umurku yang tiap tahun bertambah, bertambah, dan bertambah.
Hhm.. Lihat! Jika saja dari dulu aku telah mencintai buku diary dan mulai mencatat jurnal keseharianku, aku pasti akan mengangkat satu alisku saking herannya ketika aku membacanya ulang. Aku ini jahat sekali.
Jaman-jaman aku melepas masa SMP dan berlanjut ke SMA merupakan masa paling sulit yang aku alami. Aku nyaris tak mengenal diriku sendiri dengan baik. Untuk mengucapkan nama ketika seseorang mengajakku berkenalan pun aku enggan. Aku benar-benar malas bergaul saat itu.
Aku tidak percaya sahabat. Maksudku, aku tidak benar-benar percaya dengan adanya sahabat. Dan sampai detik ini, aku tidak percaya apa itu sahabat. Mungkin terdengar mengerikan dan sarkatis. Tapi mau bagaimana lagi. Meskipun aku memiliki tiga sahabat sekaligus, kehidupan persahabatan kami kosong. Tak ada hal istimewa yang membuatku terkesan.
Tempo hari Rigen menemaniku ke Elite Boutique, tempat favorit kami berbelanja pakaian. Dia ngomel-ngomel nggak jelas. Aku benci! Aku benci didikte orang. Terlebih lagi orang itu adalah Rigen. Orang lain yang jelas-jelas tak terlibat dalam kehidupanku yang sesungguhnya. Dia bukan saudara kandungku. Dia juga bukan orang rumah yang setiap hari melihatku. Lalu, siapa dia? Dia kan hanya sahabat. Seenaknya saja.
"Koreksi diri lo aja deh. Jujur nih, gue rada muak lihat lo belakangan ini. Nggak ada angin, nggak ada hujan tiba-tiba lo cabut dari modeling dan join ke klub aikido. Lo gila yaks. Pikir deh!" omel Rigen sambil memilih-milih celana jeans.
Yuck! Peduli setan dengan wejangan ala 'Tante Rigen' yang centil itu. Dari awal, aku memang tidak berminat dengan dunia modeling. Chemistry-nya nggak ada. Dan entah kenapa, walau aku cenderung feminim, aku justru menyukai seni bela diri yang berasal dari Jepang itu. Yakni aikido.
Mati-matian aku berusaha keluar dari modeling untuk bergabung dengan klub aikido. Sebenarnya, aku bisa saja membagi waktu dan menjalani dua kegiatan yang bertolak belakang itu. Namun rasanya janggal. Lagipula aku ragu. Bukankah mengambil keputusan yang diragukan itu tidak boleh? Tidak baik katanya. Maka, dengan segenap semangat, aku memilih aikido ketimbang modeling.
* * *
16 September 2006, 20.00 WIB
Aku tidak mengerti mengapa beberapa hari ini aku menjadi seseorang yang terbuka. Tiba-tiba saja segalanya tampak bersahabat baik denganku. Seolah orang-orang yang aku temui, memelukku erat. Mereka menuntunku perlahan untuk menunjukkan betapa indahnya dunia jika kau selalu menghargai waktu yang dianugerahkan Tuhan setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gugusan Rasa (Buku Satu)
ContoBerisi kumpulan cerita pendek karya saya dari tahun 2006 s.d. 2011 yang terinspirasi oleh banyak hal saat mencecapi masa remaja. Tentang keluarga, persahabatan, cinta monyet, permusuhan, hingga pengkhianatan. 'Gugusan Rasa' menjadi sangat penting ba...