Happy reading :)
Author PoV-
Pernah merasakan kamu tidak bisa mengendalikan dirimu sendiri? Entah saat kamu bahagia karena mendapat bunga dari pacar dengan melompat-lompat kegirangan. Atau sedih karena putus dengan pacar dengan menangis tiga hari tiga malam, dan memecahkan semua barang yang ada di kamarmu saking sedih dan marahnya. Tidak perduli bahwa kamu pernah mempelajari tentang bagaimana cara mengontrol emosi. Tidak perduli bahwa kamu orang yang ber-etika.
Itulah yang terjadi dengan Rissa, setelah keluar dari ruangan Aris kemarin siang. Percakapan singkat namun berkesan -yang kemudian berlanjut membahas pekerjaan- dan mampu memenuhi sebagian otak Rissa sejak kemarin.
Perempuan itu masih tidak bisa mengendalikan dirinya hingga sekarang, setelah kemarin dengan tidak ber-etikanya melompat kegirangan sekeluar nya ia dari ruangan Aris. Tidak perduli ada asisten Aris yang bisa dengan jelas melihat kelakuan bodohnya. Apalagi, wajahnya pasti terlihat tolol saat itu.
Dan itu hanya karena kata-kata Aris diikuti sebuah senyum menawan, yang sejujurnya mampu membuat Rissa lemas saat itu juga.Ia memang bodoh. Ya. Selalu terlihat bodoh dan tolol di depan seorang Aris. Reaksinya untuk kemarin benar-benar tidak elegant. Untung saja di depan laki-laki itu ia masih bisa bersikap manis, atau justru itu terlihat bodoh untuk Aris -entahlah. Meskipun akan lebih baik jika dia hanya diam sambil menatap angkuh laki-laki itu, bahkan ia tidak seharusnya menunjukkan senyuman selebar itu pada laki-laki brengsek seperti Aris.
Rissa, stupid!
Dan sampai sekarang efeknya masih sama -Rissa masih sering melompat tidak jelas saat mengingat kejadian itu- padahal semalam sudah berlalu demi kantong ajaib Doraemon!
Ah! Ya, Rissa butuh kantong ajaib Doraemon saat ini. Mencari alat pengendali diri, agar ia tidak pernah lagi terlihat bodoh di depan siapapun terlebih Aris.
Shit!
Mata Rissa tiba-tiba memanas saat mengucap nama itu dalam hatinya. Ia terlalu terkejut dan bahagia semalaman setelah kejadian itu. Tapi sayangnya kebahagiaan nya lagi-lagi menjadikan Rissa merasa tolol -bukan terlihat lagi- sekarang.
Oh Tuhan! Rissa masih mencintai laki-laki brengsek itu! Cinta monyetnya tumbuh menjadi cinta mati sekarang! Bukan sekarang sepertinya, karena Rissa merasa sudah cinta mati dengan Aris sejak puluhan tahun lalu!
Rissa benar-benar tidak bisa menemukan pengganti sosok Aris kecil dulu yang lalu beranjak remaja. Meskipun ia tahu, Aris yang dulu sangat-sangat berbeda dengan Aris sekarang. Tapi entah kenapa Rissa masih merasakan cintanya pada Aris yang dulu sama untuk Aris yang sekarang.
Rissa gila! Selain bodoh dan tolol, sekarang Rissa gila!
Entah ini penting atau tidak, Rissa dulu pernah menangis seharian sambil memeluk guling saat mengenang semua memorinya bersama Aris, juga membayangkan saat Aris sedang tertawa bersama gadis lain. Menyenangkan sekaligus menyakitkan. Parahnya, bukan hanya sekali Rissa seperti itu. Jika ia tiba-tiba bermimpi tentang Aris, maka malam selanjutnya akan Rissa gunakan untuk menangisi Aris dan bergumam merindukan laki-laki itu.Dan yang buruk sekarang, Rissa ingin melakukan kegiatan -gila- itu lagi. Ia ingin bergumam merindukan Aris dan menjeritkan nama itu dalam hatinya sambil memeluk guling, membayangkan jika guling tersebut adalah Aris. Perempuan itu sudah akan melompat ke kasurnya sekarang juga, kalau saja Gilang tidak berteriak nyaring dari luar kamarnya.
Astaga, Rissa bahkan melupakan Gilang karena kebahagiaanya semalam.
Perempuan itu segera melangkahkan kakinya menuju tas kerjanya yang masih di atas kasur. Lalu berjalan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Arms (TAMAT)
RomanceWanita kaku, keras, dan anggun. Bukan hal mudah saat ia hampir bisa move on dari cinta pertamanya, tetapi kembali dipertemukan dengan si cinta pertama. Meskipun nyatanya, hatinya selalu dimiliki si cinta pertama. Kalau begitu, terus berada di bel...