—Sengaja dipublish pagi-pagi, biar pas bangun langsung seneng karena dapet notif gue udah updet :v Tapi kalo gak ada yang seneng, yaudah, gak papa :)—
——
Happy reading :)Author PoV-
Laki-laki itu tersenyum lebar, seraya memperhatikan seorang perempuan yang sejak tadi sibuk mondar-mandir dengan gerutuan dibibir nya.
Dengan sengaja matanya mengikuti setiap pergerakan perempuan itu intens, membuat yang diperhatikan menjadi risih dan semakin menggerutu. Sampai akhirnya kekehan kecil lolos dari bibir si laki-laki.
"Sekali lagi kamu ketawa, aku tumpahin kopi panas ini ke kepala kamu."geram Rissa sambil mendelik tajam pada laki-laki yang masih tersenyum lebar di kursi meja makan sana. Yang sama sekali tidak mempan.
"Gilang, aku serius!"
"Oke oke. Nggak lagi, sayang. Sekarang bawa ke sini sarapan aku,"
"Enak aja! Buat sendiri, jangan manja! Ini harusnya kamu berterima kasih, masih aku buatin kopi."semprot perempuan itu masih dengan tatapan tajamnya. Mulutnya masih bergerak cepat tapi tanpa suara, sambil mengangsurkan secangkir kopi panas di atas meja makan.
"Aku kan gak bisa masak."tidak perduli dengan tatapan kesal dari kekasihnya, Gilang malah menunjukkan wajah melas. Laki-laki itu mengeluh dengan memajukan bibirnya. Tangannya menarik cangkir kopi tadi dan memainkannya pelan.
"Makannya latihan, biar bisa masak sendiri. Nggak ngerepotin orang lain."
"Iya iya, kapan-kapan latihan. Terus sekarang aku sarapan apa?"
"Angin!"
"Kamu tega sama aku? Kalo maag aku kumat gimana?"
"Bodo amat"
"Kalau aku sakit gimana?"
"Ke rumah sakit!"
"Kan aku sakit, gimana bisa ke rumah sakit?"
"Bodo amat, Gilang!"
"Kalo aku sekarat? Aku mati?"
"Tinggal dikubur"perempuan itu masih menjawab acuh sambil memasukkan 4 potong sandwich ke dalam kotak bekalnya.
"Rissa, ucapan itu doa. Kamu doa'in aku mati?"
"Kamu sendiri yang bilang."
"Kok gitu? Jadi kamu beneran mau aku mati?"
"Nggak lah. Udah ah, aku mau siap-siap dulu."
Setelah berkata seperti itu, Rissa melenggang santai ke dalam kamar. Meninggalkan Gilang yang sudah mengembangkan senyum bahagia.
Pagi yang indah.
Bisa tertawa karena perdebatan kecil -yang bahkan sangat tidak penting- dengan orang spesial. Itu lebih dari cukup sebagai alasan ia tersenyum sepanjang hari ini atau sampai besok.
Gilang memang sengaja datang pagi-pagi sekali tadi, untuk merecoki tidur Rissa. Memaksa perempuan itu membuatkan sarapan untuknya, padahal ia tahu, Rissa sedang sibuk dan harus berangkat pagi hari ini. Apalagi semalam kekasihnya itu pulang sangat larut.
Yah, meskipun harus mendapat tatapan tajam dan semprotan kecil terlebih dahulu, akhirnya ia tetap mendapat sarapannya di kotak bekal yang sudah Rissa siapkan tadi.
5 bulan jauh dari perempuan itu membuatnya benar-benar merasa berbeda. Hidupnya terasa berubah. Karena tidak ada lagi yang meneriakinya jika ia tidak mandi saat libur kerja. Tidak ada juga yang memarahi saat apartemennya menyerupai TPA. Ia rindu dengan semua kegiatannya dengan Rissa biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Arms (TAMAT)
RomanceWanita kaku, keras, dan anggun. Bukan hal mudah saat ia hampir bisa move on dari cinta pertamanya, tetapi kembali dipertemukan dengan si cinta pertama. Meskipun nyatanya, hatinya selalu dimiliki si cinta pertama. Kalau begitu, terus berada di bel...