Sorry for typos...
Happy reading :)
Larissa-
God..God..God..!
Hatiku tidak berhenti menggumamkan syukur sejak aku keluar dari kantor satu jam yang lalu. Dengan bibirku yang juga tidak bisa melepas senyuman. Aku bahagia. Aku senang. I'm so excited. I'm happy...Thank you God!
Sungguh, tidak ada yang lebih membahagiakan sekarang selain fakta bahwa pameran yang berlangsung dari Jum'at kemarin sampai Sabtu siang ini sukses besar. Penjualan produk dalam dua hari ini sudah melebihi target untuk satu bulan. Oh Tuhan! Ini benar-benar di luar dugaan.
Aku yakin, bukan hanya aku yang tidak bisa menghilangkan senyum meskipun hanya semenit. Semua pihak yang terlibat selama pra sampai pasca-acara pasti melakukan hal yang sama denganku.
Dan, bukan hanya tentang penjualan yang sudah melebihi target. Acara ini sekarang sudah muncul di berbagai koran dan siaran TV. Yang tentunya membuat perusahaan kami lebih banyak di kenal masyarakat. Tidak sampai situ, para investor bahkan sudah banyak menawarkan diri untuk menanamkan modal di perusahaan kami.
Aahhh...bahagianya aku. Kalau tidak mengingat ini masih di lobi apartemen, aku pasti sudah menjerit karena terlampau senang sekarang.
Ini benar-benar menjadi kelegaan tersendiri bagiku sebagai ketua pelaksanaan pameran. Dewan Direktur bahkan sudah menjanjikan bonus gaji berkali-kali lipat untuk bulan ini.
Mungkin jika pameran ini dilaksanakan dua bulan lalu, aku bisa mendapat promosi General Manager. Ah, tidak perlu. Sekarang saja aku sudah terlampau senang.
Aku masuk ke dalam apartemen dan langsung merebahkan diri di sofa, ngomong-ngomong aku pulang terlebih dulu hari ini. Karena akan menghadiri pesta ulang tahun sang Direksi nanti malam. Bukan hanya aku sebenarnya, memang untuk hari ini semuanya pulang lebih awal, tapi aku pulang lebih awal lagi dari jadwal seharusnya.
Dengan malas aku berguling-guling tidak jelas, lalu berjalan mondar-mandir ke dapur atau ke balkon beberapa kali, dan aku akhirnya menyesal pulang lebih awal. Sudah pasti karena aku tidak punya pekerjaan di sini. Sedangkan acara nanti malam masih 5 jam lagi.
Akhirnya aku berjalan menuju kamar untuk mandi, lalu berencana pergi belanja mengingat bahan makanan ku sudah habis, karena terlalu sibuk mengurusi pameran.
-----
Aku memilih mampir ke coffeshop daripada pulang setelah belanja. Sudah pasti karena di apartemen pasti akan sangat membosankan tanpa adanya pekerjaan. Sekalian aku melihat keadaan cafe, mungkin juga bisa mendiskusikan dengan Dena untuk memperluas cafe.
Aroma kopi panas memasuki Indra penciuman ku begitu kaki ku melangkah masuk. Suasana coffeshop ramai seperti biasa, tapi tidak sepenuh terakhir kali aku kesini. Dena memberi senyum ketika melihatku masuk, dan aku segera menuju meja pojok, tempat biasa aku duduk bila mampir kesini. Sepupuku itu segera menghampiriku setelah selesai dengan pelanggannya.
"Mochaccino right?" ucapnya saat sudah duduk di hadapanku.
"No, Latte right now." jawabku sambil menggeleng menyalahkan tebakannya. Dena tertawa kecil sebelum memanggil salah satu barista untuk membuatkan pesananku.
"Lama banget gak mampir," katanya membuka pembicaraan. Aku menyandarkan punggung ke kursi sebelum menjawab.
"Hmm...ada proyek besar gitu deh." jawabku, sengaja dengan nada sombong. Dena mendengus.
"Halah, gaya kamu jadi orang penting." ejeknya meremehkan ku. Aku mendengus.
"Maaf mengecewakan, aku memang orang penting." kataku masih dengan nada sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Arms (TAMAT)
Любовные романыWanita kaku, keras, dan anggun. Bukan hal mudah saat ia hampir bisa move on dari cinta pertamanya, tetapi kembali dipertemukan dengan si cinta pertama. Meskipun nyatanya, hatinya selalu dimiliki si cinta pertama. Kalau begitu, terus berada di bel...