Happy reading :)
"Mamah sendiri yang nyiram taman ini loh,"
"Wah, bunga sebanyak ini? Aku yang cuma beberapa pot di apartemen aja nggak bisa ngerawat, apalagi sebanyak ini." Rissa menanggapi dengan antusias. Perempuan itu mendorong kursi roda dengan seorang wanita di atasnya pelan-pelan.
"Tinggal nyiram kan Mamah masih sanggup," wanita itu membetulkan letak kacamatanya sebelum menoleh menatap gadis di belakangnya. Tersenyum ketika memperhatikan banyak bunga di sekelilingnya.
Rissa mengangguk-angguk. Menghentikan kursi roda untuk memetik satu bunga yang menarik perhatiannya. Mawar merah.
"Sama aja, Rissa nggak punya waktu buat ngerawat bunga. Padahal Rissa suka kalo rumah itu banyak tanamannya."
Irma tertawa lagi. "Makannya, cepet nentuin tanggal biar bisa tinggal di sini dan bantuin Mamah ngerawat tanaman sebanyak ini."
Perempuan itu tersipu. Dan refleks membawa tangan —dengan cincin putih— nya menjauh dari jangkauan mata calon mertuanya itu.
"Aris nya aja belum ke rumah Rissa, Mah. Masa main nentuin tanggal aja." balas perempuan itu malu-malu.
Dan Irma justru semakin tersenyum lebar. "Kode, nih? Yaudah, nanti malam Mamah sama Aris datang ke rumah kamu."
Rissa terbelalak dan seketika gugup. "Eh..bukan gitu, Mah. Aduh, gimana ya..."
"Santai Rissa, Mamah bercanda." dan Rissa hanya meringis mendengar nada gurau dari suara wanita di atas kursi roda itu.
Setelah itu hening. Rissa kembali mendorong kursi roda calon mertuanya pelan menyusuri jalan taman kecil ini. Sambil sesekali mengingat kilas balik kisahnya dengan Aris. Sampai akhirnya mereka sampai tahap ini. Dan di pastikan, tidak sampai satu tahun ke depan, dia akan menyandang status seorang istri.
Sial.
Memikirkan itu tanpa sadar membuat Rissa kembali tersipu.
"Rissa, Mamah pengen ke rumah kamu."
"Eh?"
"Santai, ih kamu tuh panikan ya. Mamah aja kok, nggak sama Aris. Sekalian jalan-jalan, Mama udah lama nggak keliling komplek sini." ucap Irma ketika melihat perempuan di belakangnya mendadak gugup lagi. Tawa kecil muncul dari bibirnya.
Sementara Rissa, lagi-lagi meringis malu. "Oh, iya. Boleh. Mau sekarang, Ma?"
"Iya, ayo, mumpung Aris nggak di rumah." Wanita paruh baya itu berujar semangat. Tangannya bahkan sudah menarik Rissa untuk segera pergi dari tempat mereka sekarang.
Rissa tersenyum kecil. Dan segera mendorong kursi roda Mama Aris melewati jalan selebar satu meter yang sengaja dipaving diantara rumput hijau yang tumbuh.
Perasaannya menjadi lega sekarang. Masalahnya dan Aris selesai. Apalagi sekarang, ia bisa membantu Aris merawat Mamanya yang semakin hari semakin terlihat ceria. Rasanya dia seolah sedang merawat ibunya sendiri. Dan rasanya sangat menyenangkan.
Dan kebetulan karena rumah orang tua Rissa tidak berjarak jauh, mereka sampai ditujuan hanya dengan beberapa menit.
Ibu Rissa yang sedang menyapu halaman depan rumah, menoleh ketika merasa seseorang mendekatinya. Beliau lalu berteriak nyaring mengetahui siapa tamunya pagi ini. Wanita itu segera meletakkan sapunya sembarangan, lalu mengusap telapak tangannya pada daster murahan yang beliau pakai.
"Mbak Irma, kok baru kelihatan, sih? Gimana kabarnya, mbak?" tangannya mengambil tangan Irma yang sudah tersenyum lebar.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Arms (TAMAT)
RomanceWanita kaku, keras, dan anggun. Bukan hal mudah saat ia hampir bisa move on dari cinta pertamanya, tetapi kembali dipertemukan dengan si cinta pertama. Meskipun nyatanya, hatinya selalu dimiliki si cinta pertama. Kalau begitu, terus berada di bel...