17. Her Man.

8.8K 457 22
                                    

Sorry for typos, Dear.

Happy reading :)

Laki-laki itu melangkah kaku tanpa senyum—bahkan ekspresi di wajahnya. Ia memasuki sebuah kafe yang sore ini terlihat sepi. Matanya menyapu setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang mungkin menjadi sumber masalah tapi juga penyelesai masalahnya. 

Hingga kemudian ia menghampiri seseorang yang sedang melakukan sesuatu dengan handphonenya. Dia berdehem, mencoba mengambil perhatian seseorang di depannya sebelum duduk.

"Aris?" tanyanya memastikan. Yang ditanya mengangguk.

"Gilang." ujarnya memperkenalkan diri setelah duduk. Tangannya terulur dan segera mendapat sambutan.

"Saya tahu." balas laki-laki di depannya datar. Matanya sedikit menatap Gilang tidak suka.

"Oh ya? Darimana kamu tau? Apa Rissa memberitahumu?" Aris mengernyit. Memperhatikan laki-laki di depannya yang terlihat tidak canggung sama sekali dan bersikap seperti teman. Padahal setahunya, dirinya dan Gilang belum pernah bertatap muka secara sengaja sebelum ini.

"Tidak."

"Oh, aku kira Rissa bercerita tentangku." sedih dan kecewa. Jelas terlihat di raut muka Gilang. Dan Aris menangkap itu.

Alih-alih bertanya, ia semakin mengernyit. Tidak paham dengan tujuan Gilang yang tiba-tiba menghubunginya dan memintanya bertemu sepulang kerja. Tapi ia tau, pertemuan ini berkaitan dengan Rissa. Meskipun tidak sepenuhnya yakin, karena ia merasa Gilang tidak pernah melihatnya ketika sedang bersama Rissa. Dan Gilang juga tidak mungkin tau hubungan Aris dan Rissa, dulu. Kecuali memang perempuan itu sudah memberi tau.

"Jadi, apa disini kita akan membahas Rissa?" tanya Aris menebak, dan to the point.

"Ya."

Aris meneguk ludah kasar. Memikirkan apa yang ingin dikatakan laki-laki di depannya yang ia ketahui mempunyai status kekasih Rissa. Apa memintanya untuk menjauhi Rissa?

Tidak.

Ia tidak akan melakukan itu, bahkan ketika Rissa yang memintanya.

"Jaga Rissa." ucap Gilang pelan namun mantap. Ia menatap mata Aris dalam, dan mencari ekspresi di sana. Membutuhkan usaha keras untuk mengatakan ini, ketika menyerahkan seseorang yang dicintai setengah mati kepada seseorang yang baru dikenal. Meskipun ia tahu, seseorang yang baru dikenalnya ini lebih mengenal Rissa daripada dirinya.

"Cukup jaga Rissa. Jangan membuatnya menangis lagi. Jangan menyakitinya lagi. Dan, jangan meninggalkannya, lagi." lanjut Gilang ketika hanya mendapat respon tatapan bertanya dari laki-laki di depannya. Cukup lama suasana hening sampai Aris mengeluarkan suara.

"Sorry, tapi kami tidak miliki hubungan apa-apa." Aris menghembuskan napas keras setelahnya. Sejujurnya ia ingin mengangguk sambil mengatakan bahwa Rissa memang seharusnya bersamanya, bukan bersama Gilang ataupun laki-laki lain. Lalu menghampiri Rissa di apartemennya sekarang juga dan mengatakan bahwa akhirnya mereka bisa bersama lagi. Tidak perduli apa yang terjadi dengan mereka -Gilang dan Rissa.

Gilang tersenyum masam. "Aku tau tentang kalian. Meskipun aku lebih ingin tidak tau apapun tentang kalian.

"Tidak. Rissa tidak bercerita apapun tentangmu denganku, sama seperti Rissa yang tidak menceritakan apapun tentangku padamu. Wanita itu, terlalu tertutup. Bahkan jika tidak bertanya, mungkin aku tidak akan tau siapa nama lengkapnya, berapa umurnya, apa makanan favoritnya, dimana tempat tinggalnya dan semua yang sudah aku tau tentang Rissa. Dia terlalu menjaga apapun tentangnya dari sekitar. Padahal dia wanita ramah dan supel. Tidak akan ada siapapun yang menolak untuk berteman dengannya, apalagi laki-laki."

Into the Arms (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang