2

399 22 6
                                    

Aira pov

Aku terbangun dengan kepala yang masih terasa berputar, mengerjapkan mata bukan ide bagus rasanya, kepala yang tadi nya hanya berputar, kini menjadi sangat sakit. Pikiranku mencoba menerawang apa yang terjadi semalam. Mustahil. Yang kulihat hanya sepintas gambaran yang masih berputar.

Yang kuingat saat pulang setelah lembur semalaman dikarenakan, Ayu-sahabat sekaligus rekan kerjaku-menyerahkan seluruh pekerjaannya, ia ada urusan mendadak. Yaitu, Kencan.

Sebentar, Ada yang aneh.
Ya, ini bukan kamar ku, astaga apa yang telah terjadi.

Tubuhku dengan spontan bangkit, tapi sebelum kakiku sempat menyentuh lantai, pintu ruangan terbuka. Seorang cowok masuk, membawa nampan berisi makanan. Sebagian pikiran ku berkata, mungkin dia pelayan. Sebagian nya lagi, kupikir dia sangat tampan. Dengan tinggi, postur tubuh, dan pakaian yang ia kenakan.

'Tidak mungkin seorang pelayan' kepala ku refleks menggeleng ke kanan dan kiri, mencoba membuang pemikiran ku yang pertama.

Matanya sukses membulat, kurasa saat ini, aku sudah seperti anjing peliharaan nya, yang terduduk dilantai sembari menggoyang kan kepala. Aku meneliti setiap lekuk wajahnya, saat ini kau bisa memanggil ku cenayang. Sepertinya dia orang baik. Terlihat dari wajahnya. Lagi pula, tubuh ku saat ini masih utuh bukan.

"Apa ada yang sakit?"

Tersadar dengan suara baritonnya, aku mengangguk kikuk. Karna memang tubuhku baik-baik saja.

"Kenapa aku bisa disini, dan kau siapa?"

"Kau tak ingat?" Kepalaku lantas menggeleng.

"Tadi malam kau hampir dirampok, tapi aku kebetulan lewat dan membantumu," Jelasnya.

Aku berusaha mengingat tapi kepalaku malah makin puyeng entah kenapa. Dia yang menyadarinya langsung menyodorkan segelas air.

"Kalau memang tak ingat, jangan dipaksa. Yang penting sekarang kau sudah sadar."

"Akan bahaya bagiku jika tak mengingat, mungkin saja kau yang sudah menculik ku," Kataku, tanpa keraguan sedikitpun. Melihat sorot matanya, yang merespon. Sekali lagi aku katakan, dia orang yang baik.

Aku meneguk air itu seperti orang yang tak minum berhari-hari. Dia menatapku, aku tak peduli, karna kerongkongan ku memang sangat kering.

Aku meletakkan kembali gelas yang telah kosong itu ke nampan. Mulutku kemudian berucap, "terima kasih."

Dia hanya diam, aku pun menoleh karna tak mendapat respon. Tapi ternyata dia tengah menatapku, sangat lekat. Dipandang seperti itu, dengan mata coklat muda itu, jantungku mulai berdegup tak karuan.

Kami bertatapan hampir 10 detik lamanya dan aku pun berdehem karna sudah tak sanggup. Aku takut kalau lebih lama lagi, akan menumbuhkan sesuatu dihatiku.

"Aku belum tau namamu," ucapku membuatnya tersadar, "aku Aira."

"Aga," Satu kata itu meluncur dari bibir seksinya. Aku hanya mengangguk-anguk mengerti. Tak sengaja, mataku melihat jam yang tergantung didinding dekat pintu. Mataku seketika membulat, 'aku telat'. Tubuhku terlonjak kaget, lalu berdiri mengambil tas dan pergi tanpa permisi.

"Ada apa?" Aku mendengarnya sedikit berteriak, tapi mengabaikan pertanyaannya dan segera berlari menuju pintu yang aku yakin adalah pintu keluar dari sini.

Secepat kilat aku berlari menuju lift. Aku meninggalkannya tanpa pamit, ah, memangnya dia peduli. Yang penting sekarang itu, aku harus sampai secepatnya.

-----

Aga pov

Melihatnya pergi dengan tegesa-gesa, tanpa pamit pula, dia pergi begitu saja. Aku menatap makanan diatas pantry. Ah, ya sudahlah, dia bukan urusanku lagi.

Fall Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang