Aira pov
Orang-orang disekitar kami berhenti sesaat, dan pandangan mereka terlihat terkejut juga bingung. Pria didepan ku ini menolehkan kepalanya, memandang tanganku yang memegang lenganya. Ia menatapku datar sekaligus dingin. Aku merasa terintimidasi di tatap seperti itu, entah kenapa orang ini memiliki aura berbeda.
"Lepas." Satu kata itu keluar dari mulutnya. Begitu dingin hingga aku merasa membeku. Dia masih menunggu reaksiku yang hanya diam sambil terus memandangnya tak percaya. Aku tersadar saat sebuah tangan mendarat dipundak ku.
"Ra, lo ngapain sih?" Aku menoleh pada Ayu yang syok melihatku. Cengkraman tanganku mengendor, dan kulihat pria itu langsung berlalu begitu saja. Mulutku menganga, 'apa-apan dia?! Kenapa dia jadi begitu padaku?? Apa aku berbuat salah?!'
Karyawan yang lain sudah bubar seketika saat pria itu berlalu pergi. Hanya tinggal aku dan Ayu yang masih berdiri di tengah-tengah lobby. Ayu akhirnya menarik ku untuk kembali menaiki lift. Aku hanya mengikuti, seperti orang linglung.
Aku duduk di depan mejaku dan terdiam. Ayu menanyaiku, tapi tak sekalipun dari pertanyaannya yang aku jawab. Pikiran ku masih terus mencerna kejadian tadi.
Tanpa aku sadari pekerjaanku terabaikan. Pandangan ku saat ini lurus kedepan. Lebih terlihat seperti orang kerasukan. Pintu ruangan terbuka, aku menoleh sedikit. Dan kembali lurus menghadap depan.
"Aira? Kau baik-baik aja kan?" kata pria yang barusan melewati pintu.
"Hmm... iya," jawabku masih tetap termenung. Aku sedikit malas mengahadapi pria yang pasti akan langsung menyelidiki ku.
Dia berjalan mendekat, dan berhenti tepat didepan ku. Tanganku menepuk kedua pipiku, 'ayolah ar. Kenapa kau jadi seperti ini? Memangnya kenapa kalau dia begitu? Tidak ada hubungannya denganmu, kau juga bukan siapa-siapanya kan?'
Laki-laki didepan ku ini menatapku bingung. Aku beralih menatapnya, dan berusaha mengukir senyum untuknya.
"Apa kau tak punya kerjaan? Kenapa masih disini, hah?" ujarku ketus. Dia tersenyum miring, ia kemudian mengambil pulpen dan kertas lalu menulis sesuatu.
kertas itu disodorkan padaku. Aku menerimanya sembari menatapnya bingung. Ia hanya menggidik kan bahunya lalu berlalu pergi.
Tanganku bergerak membuka lipatan kertas itu. Aku membaca apa yang tertulis disana.Resto Kimaran.
Besok siang, jam 1. Aku tunggu.Bibirku tertarik sedikit ke atas. Memang dia yang paling tau caranya membuatku tersenyum. Walau hanya dengan hal kecil seperti ini, bisa membuatku senang. Aku merasa beruntung ada dia disisiku.
-----
Author pov
Aga masih terduduk diruangan nya, menatap kosong kearah luar jendela besar. Ia menggelengkan kepalanya. Sekelebat bayangan pasal kejadian tadi kembali teringat. Kesal, kenapa perempuan itu berpikir kalau aku ini adalah temannya?
Menjijik kan sekali melihat orang berkelakuan tidak profesional seperti itu. Bisa-bisa nya dia menyentuhku dan menyebut namaku tanpa ada embel-embel. Apa dia tak punya etika ketika berhadapan dengan atasannya?
Aga mendengus. Ia melirik jam tangannya kemudian berjalan keluar ruangan. Langkahnya berhenti tepat didepan meja Sekretarisnya.
"Cari tau info soal wanita yang tadi. Kumpulkan semuanya dan kirimkan besok pagi." Siska mengangguk paham. Aga kembali melangkah menuju parkiran. Ia masuk ke mobilnya, dan kemudian berkendara pulang ke apartemennya.
Mobil Aga berhenti sesaat karna lampu merah. Ia memperhatikan pejalan kaki yang melewati trotoar. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menjatuhkan belanjaannya karna tersenggol pejalan kaki yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Like Rain
Romance#semua part akan direpost secara berkala. Buat kalian yang masih setia nungguin cerita ini gak bakalan banyak berubah kok. Hanya membetulkan typo. Tidak akan ada perubahan plot dari part yang sudah di publish. Terima kasih. Tentang wanita karir yang...