7

125 8 3
                                    

Author pov

"Berhenti...Julia." Tangan wanita itu perlahan turun. Aira memandang lekat wajah Deon. Tertera dengan jelas, pria itu memandang wanita yang bernama Julia dengan serius. Begitu pula wanita itu, seketika ia berubah menjadi coklat yang meleleh.

"Kamu..." Julia syok melihat sosok Deon.

"Hah...untuk kali ini saja. Aku melepaskanmu," kata Julia dengan tatapan sinis ke arah Aira, dan melepaskan genggaman Deon lalu pergi.

Aira bercekak pinggang, tak habis pikir ia akan ditampar. Dengusan kesal dikeluarkan nya. "Siapa wanita itu?" tanya Aira, yang saat ini berbicara dengan patung.

Deon masih terpaku disana, dengan pikiran nya yang entah kemana. Aira mengguncang sedikit bahu Deon, guna menyadarkan nya kembali.

"Hem ya? Ada apa?"

"Kamu kenapa? Siapa wanita tadi? Apa kau mengenalnya? Aku ingin memberinya pelajaran tata bahasa dan berperilaku." Aira masih bercekak pinggang.

"Hahaha... kamu serius? Apa wanita yang mungil ini, bisa melawan wanita seksi tadi," Deon tertawa melihat sikap Aira yang sudah sangat marah itu. Ia yang tadi meminta maaf dengan sungguh-sungguh sekarang berubah menjadi sangat kesal.

"Terserah, aku ingin pulang." Aira pergi meninggalkan Deon. Ia merasa sangat kesal dan marah, ketika semua jawaban nya tidak dijawab sama sekali. Bahkan Deon mengalihkan pembicaraan.

-----

Disepanjang jalan menuju halte bis, Aira tak berhenti menggerutu. Kaki nya dihentakan sekuat mungkin, guna mengurangi rasa kesal nya.

"Lebih baik kau pulang," ucapnya sambil menoleh kesamping, Deon masih setia dengan mobil nya yang beriringan bersama ia sejak tadi.

"Mana mungkin aku meninggalkan gadis mungil pulang sendirian," kata Deon, "apalagi aku barusan berkencan dengan nya," lanjut Deon, senyuman terpatri diwajah nya. Aira yang masih berjalan kaki hanya menoleh sebentar, ia tak sanggup bertemu dengan senyuman itu.

"Woah lihat..." Aira kembali menoleh ke arah Deon yang berseru di dalam mobil nya. "Wajah gadis mungil itu memerah," Deon kembali tertawa.

Aira berdecak sebal. Deon bilang tingkahnya seperti anak kecil, apakah ia juga tidak sadar diri? Kalau dia lebih seperti anak kecil, batin Aira kesal.

"Naik lah!" Deon sedikit berteriak dari dalam mobil. Tapi Aira tak menggubrisnya, ia masih terus berjalan.

"Aira!" Masih juga tak mendapat  respon, Deon pun turun dari mobil. Ia menahan tangan gadis itu. Langkah Aira terhenti, bertatapan dengan mata indah itu entah kenapa membuatnya terdiam.

Deon membawa Aira masuk ke mobilnya. Tiba-tiba saja gadis di samping nya ini menjadi penurut. Ia tak melawan saat dibawa pergi. Di jalan pun ia tak besuara, hanya terpaku ke jendela samping. Deon tak ingin menggangu lamunan gadis itu dan hanya diam.

Dilihatnya ibunda Aira yang sedang duduk di teras rumah. Deon mematikan mesin mobilnya. Ia membuka kan pintu untuk Aira. Disapanya ibu yang sudah sedari tadi memerhatikan mereka berdua.

"Ibu apa kabar?" Deon menyalimi tangan wanita ayu itu.

Ibu tersenyum, "baik. Deon sendiri?"

"Baik juga. Ya udah, bu, aku izin pulang ya?" ucapnya hati-hati.

"Tidak mau masuk dulu?" Pria itu menggelengkan kepalanya. Dia pun pergi meninggalkan ibu dan anak yang masih berdiri di teras. Aira hanya menatap kepergian mobil Deon, hingga keluar komplek.

Kemudian ia masuk ke rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Alis ibu bertautan, 'kenapa anak itu?'

-----

Fall Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang