3

237 15 6
                                    

Deon pov

"Hari ini-"

"Aku gak bisa," potongnya tiba-tiba.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Aku lagi di Rumah sakit."

"Siapa yang sakit? Tante? Atau Om?" Semburku tanpa rem.

"Bukan, cuma orang asing, uda ya aku tutup."

Klik

Aku memandangi layar hpku. Heran saja, jarang pria itu menolak hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tapi kali ini berbeda, dan aku juga tak tau apa yang menjadi halangannya. Ya sudahlah, besok aku akan bertanya padanya.

"Pak Deon?" Aku berbalik dan mendapati Siska yang keluar dari ruang meeting.

"Hari ini pak Aga tak datang. Jadi saya yang menggantikannya," Siska mengangguk dan mempersilahkan ku masuk duluan.

Untung saja meeting hari ini hanya dengan manajer cabang-cabang di Indonesia dan aku bisa dengan mudah memimpinnya. Walaupun aku tak sehebat Aga, tapi masih bisa lah aku mengimbanginya dengan bakat alamiku.

Tanganku menekan nomer Aga, tapi hanya terdengar suara operator. Melihat jam tanganku yang sudah menunjuk kan pukul 7 malam, akhirnya ku langkahkan kakiku menuju parkiran kantor.

"Deon!" aku menoleh dan melihat wanita itu berjalan menghampiriku.

"Ngapain di sini Jul?"

"Ketemu Aga. Dia masih dikantor?"

"Mungkin udah balik, kenapa?" Julia hanya mengerucutkan bibirnya tanpa menjawab pertanyaanku.

Mungkin kalian penasaran kenapa aku bisa kenal dengan Julia kan? Singkat cerita, Julia dan aku adalah teman satu SMA. Dia dulunya tidak seperti ini. Dulunya yang aku tau, Julia adalah wanita yang baik.

Tapi entah kenapa, Julia berubah. Tepatnya saat dia sudah berpacaran dengan sahabatku, Aga. Mungkin karna Aga terlalu memanjakan Julia? Wajar sih, siapa saja bisa berubah karna keadaan sekitarnya.
Dan hal itu telah mengubah Julia menjadi wanita yang manja. Aku agak kasian melihat Julia, tapi nasi sudah menjadi bubur, aku bisa apa.

"Nginap di mana lo?"

"Di villa," katanya tanpa menoleh, tangannya masih sibuk mengetik di hpnya.

"Gue duluan ya?" pamitku padanya. Dia mengangkat kepala lalu mengangguk disertai senyum khasnya. Setidaknya senyuman itu masih sama seperti dulu, ringis ku.

-----

Aga pov

"Iya ma, aku gak lupa kok," jawabku di telpon.

"..."

"Iya ma," aku memutus percakapan dan mulai melajukan mobil menuju rumah orang tua ku.

Di halaman mansion, sudah terparkir mobil, yang aku yakini adalah milik kakak ku. Baru saja masuk, indra penciuman ku langsung menangkap bau masakan mama. Ya, hari ini acara makan malam rutin keluarga Pradhita.

Aku disambut senyuman hangat dari kakak tertua ku. Namanya Anggun Pradhita, profesinya sebagai Dokter. Dia tak tinggal di Indonesia, dia tinggal di Singapore dengan suaminya. Dan mereka telah dikaruniai anak yang lucu, Viera Mikita.

Pundak ku ditepuk, aku menoleh dan melihat bang Zaki yang baru datang dengan tunangannya, Tere. Abangku yang bernama lengkap Zaki Giar Pradhita ini adalah seorang pembalap. Sedangkan tunangannya seorang model dari Australia, bisa dibilang mereka pasangan yang cocok.

"Ayo kalian semua, makanan sudah siap," mama memanggil dari meja makan.

Aku hendak berjalan tapi ujung jasku ditarik pelan, "Om Aga."

Fall Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang