17

21 0 0
                                    

Author pov

Aga melirik arlojinya, pukul satu dini hari. Niat menghubungi Aira pun ia urungkan, takut mengganggu istirahat wanita itu. Aga melepas dasinya dan kemejanya lalu bercermin. Tubuhnya sedikit berisi karena sudah jarang olahraga. Walaupun otot perutnya masih terlihat jelas. Aga adalah tipe manusia perfeksionis. Artinya semua harus sempurna dan sesuai takarannya.

"Besok aku harus nge-gym," gumamnya. Dia memakai kaos yang tersampir di sofa dan naik ke ranjangnya. Tapi bukannya tidur, ia malah memikirkan ucapan Deon tempo hari.

Flashback on

"Her name is Aira." Aga terkejut bukan main, Deon menyinggung nama itu. Siapa yang dimaksudnya, Aira pacar pura-puranya atau orang lain? Tapi tadi dia bilang kalau Aira ini satu kantor dengannya. Aga pun ingin memastikan siapa yang dimaksud Deon.

"... Aira?" Deon menganggukkan kepala.

"Kenapa? Oh iya, kau ingat biodata yang kau minta waktu itu? Omong-omong dia yang aku maksud."

Skakmat. Aga tak berkutik, sangat tidak menyangka kalau memang Aira pacar pura-puranya yang dimaksud oleh Deon. Sekarang dia baru ingat, mobil yang waktu itu adalah mobil milik Deon.

"Aku juga kepo, ngapain kau minta biodatanya Aira. Kau kenal dengannya atau gimana sih?" Sekarang apa yang harus dikatakannya, tidak mungkin Aga mengaku sebagai pembantu sekaligus pacar Aira. Eh, maksudnya pacar pura-pura.

"A-aku...." Deon masih menunggu sambil terus memperhatikan Aga yang gelalapan.

"Kau ingat kan dengan insiden lobby, perempuan aneh yang aku ceritakan?" Deon mengangguk-angguk.

"Jangan bil-"

"Ya, dia yang aku maksud." Deon mengernyit.

"Kau yakin?"

"Seratus persen."

Deon mengetukkan jarinya diatas meja, "yang aku tau dia gak kayak gitu. Mungkin kebetulan kalian uda saling kenal dan kau lupa?"

"Kau sedang berbicara dengan pria ber-IQ 180, aku tidak sebodoh itu." Ya, kau bodoh, Ga. Sangat bodoh.

Deon berpikir sejenak, "kalau gitu, akan ku kenalkan kalian. Supaya kalian berdua tidak salah paham lagi," saran Deon.

Shit! Maki Aga dalam hati.

"So? This Sunday?" Aga tak punya pilihan selain mengiyakan ajakan itu. Untung saja, masih ada waktu untuk memanipulasi Aira. Setelah percakapan yang membuat Aga berkeringat dingin itu, mereka pun menyudahi makan malam.

Flashback off

Sekarang Aga memutar otak, mencari cara supaya Aira menurutinya. Kata-kata itu terus berputar dikepalanya. Sungguh memusingkan. Selang beberapa menit Aga pun mulai masuk ke alam mimpi.

-----

Dua anak beranak itu baru saja belanja di sebuah toko dan memutuskan mampir di restoran untuk makan siang. Aira mengecek hpnya, barangkali ada pesan dari rekan kerjanya tentang jadwal presentasi tahunan besok. Ibu pun sibuk memesan makanan yang menggugah seleranya.

"Eh, ada Aga!" Aira menoleh ke arah lambaian tangan ibunya. Mendapati Aga yang mengenakan pakaian khusus olahraga memanjakan matanya. Bagaimana tidak, otot bisepnya jelas terlihat, dan baju elastis yang mengetat di badannya yang seksi itu berhasil menggoyahkan iman Aira.

"Habis darimana?" Ibu mengode Aga agar duduk disebelah Aira.

"Habis nge-gym tadi. Lagi kepengen ikan bakar jadinya mampir dulu kesini. Ibu dari mana?" Aira tak tahan untuk tidak melirik ke samping. Kenapa Aga bisa seseksi ini sih? Sabar ra, sabar, batinnya.

Fall Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang