Sarah meneleponku tepat setelah kelas quanal-ku selesai. Begitu dia bilang akan mengajakku makan malam, aku langsung setuju. Pasalnya, sudah lama kami tidak pergi makan berdua. Jarang-jarang kami punya waktu untuk itu.
Aku sampai di restoran setengah jam lebih awal dan merokok terlebih dahulu di smoking area sebelum akhirnya pindah ke dalam dan memesan meja untuk dua orang. Kira-kira lima belas menit kemudian, aku melihat Sarah dan Ley dari kejauhan. Kukira aku salah lihat, tapi ternyata ibuku benar mengajak Ley. Astaga. Aku sedang tidak dalam mood untuk pertemuan keluarga seperti ini. Apalagi tidak lama setelah itu, Randy juga datang. Aku tidak tahan lagi dan mengarang alasan untuk pergi. Segera aku meninggalkan restoran dan membuka kunci mobilku. Aku tidak peduli jika setelah ini Sarah memarahiku.
"Tunggu! Ian!" teriak Ley saat aku masuk ke dalam mobil. "Tunggu dulu, aku ingin bicara sebentar." lanjutnya.
Aku tersenyum sinis dan keluar dari mobil. "Apa?"
Ley mengacak-acak rambutnya dengan frustasi sebelum akhirnya berkata "Kau kira hanya kau yang tidak ingin berada di sini? Kau kira hanya kau yang muak dengan Randy?"
"Apa maksudmu?"
"Oh ayolah, kau membenciku. Kau membenci Randy. Aku juga begitu. Aku membencimu, Randy, dan bahkan Sarah. Tapi coba kau pikirkan bagaimana perasaan Sarah, tidak bisakah kau tinggal dan berpura-pura manis untuk satu jam ke depan?"
"Apa yang kau tahu? Asal kau tahu saja, aku tidak sepertimu yang memasang topeng sok baik dan sok manis setiap saat."
Ley diam. Lalu dia menjawab "Oke, aku mengerti. Jika kau begitu membenciku, aku saja yang pergi. Lagi pula aku ada janji dengan Cara dan aku sudah terlambat. Kau masuklah dan temani ibumu itu."
Apa-apaan? Aku lebih tua darinya tapi dia berbicara padaku seakan-akan sebaliknya. Aku pun mulai emosi. "Apa urusanmu? Kau saja yang masuk dan menemani mereka. Dan ngomong-ngomong, kau cocok dengan Cara. Yang satu aneh, yang satu lagi punya jiwa kriminal."
Detik berikutnya, Ley mendorongku dan melayangkan tinjunya di wajahku. Bisa kurasakan darah menetes dari bawah bibirku. Aku tidak terima dan membalas pukulannya.
"Caramu menyelesaikan segala sesuatu hanya dengan berkelahi? Berarti omonganku barusan tidak salah, kau memang punya jiwa kriminal. Siapa yang mendidikmu seperti itu? Ayahmu? Ibumu?"
Ley balas memukulku lagi, kali ini aku berhasil menahan tangannya dan mendorong pria itu hingga jatuh, lalu menarik kerah bajunya.
"Setidaknya kita sama-sama membenci Randy." ujarku yang disambut dengan tatapan tajam Ley. Kemudian aku meninggalkannya dan masuk ke dalam mobil. Sial, bibir bagian bawahku sobek. Ternyata untuk ukuran badan sekurus dia, tenaganya boleh juga.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...