Aku tidak mengatakan ini, tapi sebenarnya aku tidak keberatan Ian mengikutiku. Aku senang kami bisa seperti dulu lagi dan aku merasa lebih aman dengannya. Entahlah. Sepanjang perjalanan pulang Ian menceramahiku tentang dunia perkuliahan. Pilih kampus yang benar-benar punya nama, jangan sampai salah pilih jurusan, dan lain sebagainya. Dan meskipun sekarang sudah hampir kelulusan, aku masih belum tahu akan lanjut ke mana. Bahkan aku tidak tahu jurusan apa yang benar-benar kuinginkan. Apa hanya aku yang seperti ini? Apa Ley dan Candy sudah punya keputusan?
Saat sampai di rumah, Ley berada di depan rumahku. Ada lebam di pipi kirinya dan bibirnya luka. Astagaa, apa ini perbuatan Randy lagi?
"Ley! Ada apa dengan wajahmu?" Ujarku sembari buru-buru menghampirinya.
Ley meringis kesakitan saat aku memegang bibirnya. "Yah.. begitulah."
"Pasti kau dipukul Randy lagi! Ini tidak bisa dibiarkan! Sampai kapan kau mau menyembunyikan ini? Sarah harus tahu monster seperti apa sebenarnya Randy!" Aku sudah akan berjalan ke rumah Ian namun Ley mencegah.
"Suatu saat aku akan memberitahu Sarah, tapi jangan sekarang."
"Kenapa?" Aku sungguh tidak mengerti.
"Nanti akan kuberitahu." Ley menatap ke arah Ian. "Saat kita sedang sendirian."
Ian mendegus. "Kau mengusirku?"
"Sudahlah. Kau mau memberitahuku sekarang? Masuklah dulu ke rumahku."
Ley pun meninggalkanku dan Ian.
"Ian, apa kau tahu Ley sering dipukul Randy?"
"Ya, aku memergokinya beberapa kali."
"Dan kau tidak melakukan apapun?"
"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau ikut campur urusan mereka."
Aku ternganga. "Setidaknya kau bisa melerai sehingga Ley tiak sampai dipukul, atau kau bisa langsung lapor ke Sarah."
"Kau dengar sendiri Ley punya alasannya sendiri kenapa dia tidak mau lapor, dan sungguh, aku benar-benar tidak mau ikut campur. Mereka bukan keluargaku."
Aku menatap Ian tidak percaya dan meninggalkannya begitu saja. Memang sikapnya padaku sudah berubah, namun sikapnya yang dingin dan tidak mau tahu itu menyebalkan sekali. Jelas-jelas dia menyaksikan kekerasan, tapi dia memilih untuk membiarkannya. Meskipun dia membenci Ley dan Randy, tidak seharusnya dia membiarkan hal itu terjadi. Aku tidak mengerti sama sekali isi otak Ian. Aku tidak pernah mengerti Ian.
Ley sudah menunggu di kamarku, aku pun langsung menagih jawaban.
"Kau tidak mau mandi dulu? Jangan tersinggung, tapi kau bau keringat." Goda Ley.
Aku melempar bantal ke arahnya yang lalu diiringi dengan teriakan "Aww!". Rupanya bantal tersebut mengenai wajanya. Aku buru-buru minta maaf.
"Kuharap wajahku tidak bertambah jelek setelah ini."
"Salah sendiri kau mengataiku!"
Ley tertawa.
"Jadi? Sebenarnya kenapa kau tidak mau Sarah tahu?"
"Kurasa setelah ini kau akan jijik padaku." Ley menggelengkan kepala.
"Tidak, aku akan berusaha mengerti alasanmu."
Ley mengacak-acak rambutku. "Anak baik." Lalu dia melanjutkan, "Karena aku butuh uang."
Aku menatapnya tidak mengerti.
"Sebelum ini kehidupan kami di Polandia tidak terlalu baik. Tiba-tiba saja saat pindah ke Indonesia dan bertemu Sarah kehidupan kami jadi terpenuhi. Kami punya tempat tinggal yang layak, makanan yang berlimpah, uang, dan lain-lain. Di sini aku mendapat uang saku sendiri, dan sedang kukumpulkan untuk.. entahlah. Aku ingin hidup sendiri setelah lulus. Mungkin aku akan kuliah dulu sambil bekerja atau apapun, dan setelah uangku sudah cukup, aku akan kembali ke Polandia mencari ibuku."
Ah.. jadi ini yang dikatakan Ian waktu itu.. aku mengangguk-angguk mengerti. Kalau Sarah tahu, kemungkinan dia bisa menceraikan Randy dan kehidupan mereka kembali mengenaskan.
"Akhirnya kau memutuskan untuk menemui ibumu? Itu bagus sekali Ley!" Aku tersenyum. Aku senang sekali Ley akhirnya punya keberanian untuk itu.
Tiba-tiba Ley memelukku. Erat. Aku sampai sesak nafas.
"Terima kasih, kau selalu mau mendengarku."
Aku pun balas memelukknya.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...