7.4 - CARA

51 10 1
                                    

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Ley bodoh!

Bisa-bisanya dia mempermainkanku seperti itu! Sepertinya ide menonton film romantis dengannya adalah ide buruk, bahkan aku sempat terbawa suasana!

Aku menepuk-nepuk pipiku yang merah seperti kepiting rebus. Gambaran dimana wajahku dan Ley begitu dekat masih menghantuiku. Kami hampir berciuman untuk yang kedua kali!

Aku sedang tidak yakin dengan perasaanku sendiri dan hal ini membuatku tidak bisa konsentrasi belajar. Aku galau bukan main. Sepertinya aku sedang jatuh cinta. Terdengar indah bukan? Tapi masalahnya, aku tidak tahu pada siapa! Yang jelas, di antara Ian atau Ley. Kedua pria itu membuatku bingung dengan sikap mereka. Awalnya memang aku cukup yakin perasaanku untuk Ian, tapi akhir-akhir ini Ley membuatku bingung dengan sikap-sikap spontannya.

Oke pertama, Ley. Dia datang padaku di saat aku tidak punya teman dan tidak segan-segan berteman denganku meskipun semua orang menjulukiku aneh. Dia menjadi teman dekat pertamaku setelah beberapa tahun terakhir ini dan aku memang menganggapnya sebatas teman saja sampai saat dia menciumku di taman. Meskipun cuma kecupan tanda terima kasih, siapa sih yang tidak terbawa perasaan? Ditambah lagi, senyumnya.. Ley punya senyum yang sangat menawan. Saat dia tersenyum, pipinya akan menunjukan lesung pipi yang dalam, membuat wajahnya nampak manis dan sedap dipandang.

Kedua, Ian. Kenapa Ian? Dia adalah teman lamaku dan aku sudah mengenalnya sejak lama,  bisa dikatakan kami tumbuh bersama-sama. Dia hanya lebih tua satu tahun dariku. Ian adalah Ian. Ian yang cuek dan tidak tersenyum ke sembarang orang, Ian yang nampak arogan dari luar namun sebenarnya baik hati, dan Ian yang perhatian. Ya, memang dia pernah melakukan kesalahan padaku sekali, tapi dia sudah minta maaf dan kami sekarang baik-baik saja seperti semula. Sikapnya yang selalu tenang membuatku nyaman berada di dekatnya.

Sadar Cara! Memangnya mereka menyukaimu? Aku tidak bisa berhenti meruntuki diriku sendiri atas perasaan bodohku. Aku melihat ke arah cermin dan hanya menemukan refleksi diriku yang berantakan. Mana mungkin kan pria setampan Ley dan Ian menyukai gadis berantakan seperti aku?

 Mana mungkin kan pria setampan Ley dan Ian menyukai gadis berantakan seperti aku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——

Meskipun terdengar bodoh, tapi akhirnya aku potong rambut. Rambutku yang semula panjang tak karuan sekarang menjadi pendek sebahu dan lebih rapi. Saat aku berjalan melalui cermin, tidak ada lagi gadis berantakan. Aku memulas bedak ke wajahku untuk pertama kalinya seumur hidup dan membubuhkan sedikit lip balm ke bibirku yang kering. Aku mengernyit jijik ke baju rumah kebesaran yang kukenakan dan menggantinya dengan baju yang lebih layak.  Entah apa yang sedang kulakukan, padahal aku hanya akan mengunjungi Ley. Biasa juga aku hanya pakai piyama dan rambutku awut-awutan, sekarang kok jadi ribet!

 Biasa juga aku hanya pakai piyama dan rambutku awut-awutan, sekarang kok jadi ribet!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku mengetuk rumah Ian, yang membukakan pintu adalah Randy. Aku tidak tahu harus memasang tampang apa ketika melihat pria itu, mengingat aku tahu sifat buruknya. Aku merasa jijik. Kupaksakan seulas senyum dan menyapanya, "selamat siang, aku ingin bertemu Ley."

Randy membalas sapaanku dengan senyum pepsodent dan mempersilahkanku masuk. Aku celingukan, berharap bisa menangkap sosok Ian di rumah. Tapi tidak ada. Kecewa memang, tapi yasudahlah. Toh kami tetangga, bisa bertemu secara tiba-tiba kapanpun (itu artinya aku harus berpenampilan rapi setiap saat!).

"Ley ada di kamar, dia hampir tidak pernah keluar ruangan saking seriusnya belajar. Kau bantulah dia rileks sedikit." Ujar Randy melihatku tak kunjung masuk ke kamar Ley.

Aku hanya mengangguk dan masuk ke kamar Ley.

——

Pretty ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang