Keesokan harinya saat makan siang, seperti biasa aku dan Ley makan bersama di mobil. Saat Ley datang, aku melihat ada luka baru di atas alisnya, seperti goresan kecil. Aku jadi bertanya-tanya apa yang dilakukannya kemarin malam. Wajahnya sama sekali tidak menjadi lebih baik.
Seakan tahu apa yang kupikirkan, Ley berhenti makan dan menoleh ke arahku. "Aku berkelahi dengan Ian."
Aku terkejut mendengarya. Memang aku bisa melihat bahwa Ley dan Ian tidak akur. Tapi sampai berkelahi? Ternyata mereka benar-benar tidak cocok, bahkan lebih parah daripada aku dan Candy.
"Luka ini," Ley menunjuk goresan merah di atas alisnya. "adalah hukuman dari Randy karena aku tidak bersikap baik pada Ian."
Aku membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu, tapi Ley buru-buru memotong.
"Tidak ada yang menyukaiku di rumah itu." Ley menyeringai. "Bahkan ayahku sendiri main tangan kepadaku."
Aku diam saja. Apa yang harus kukatakan? Aku tidak pandai berkata-kata, apalagi menghibur orang.
"Oh, Cara. Apa kau dan Ian saling membenci?"
"Maksudmu?"
"Kemarin dia mengataimu hal jelek, saat itu aku sedang emosi dan langsung menghajarnya."
Aku hanya mendengus. "Hal jelek seperti dia bilang aku aneh?"
Ley mengangguk.
"Ya, dulu dia temanku. Gara-gara gila ketenaran, dia menjauhiku dan tidak menyapaku lagi. Kurasa dia satu geng dengan Candy." aku tidak tahu apa masalah Ian, tapi hey, ternyata dia masih saja kekanak-kanakan seperti dulu. Tiba-tiba saja aku marah. Kukira Ian sudah tidak menganggapku seperti itu. Kukira Ian sudah dewasa. Ternyata dia tidak berubah sama sekali.
Ley hanya mengangguk-angguk.
Saat pulang sekolah, aku menurunkan Ley terlebih dahulu ke rumahnya.
"Hey, Ian!" seru Candy dari dalam mobil sambil membuka kaca.
Ian berada di halaman depan. Saat dia melihat Candy, dia menghampiri mobilku. "Hey." sapanya.
Aku melirik Ian sepintas, dan mata kami bertemu. Ian menundukkan kepala untuk menyapa, tapi aku langsung buang muka. Aku masih emosi mengingat ucapan Ley saat makan siang tadi.
"Coba tebak, kemarin Cara akan berkencan dengan siapa?" Candy cekikikan.
Ian tidak menjawab dan hanya memperhatikanku. Ian memperhatikanku. Aku bisa merasakan tatapan matanya meskipun aku tidak melihatnya.
"Cara kemarin akan nonton bersama Ley, tapi Ley tidak datang. Aduh kasihan sekali, seharusnya kau nasehati adikmu itu agar tidak memberi harapan palsu pada Cara."
Untung Ley sudah masuk ke dalam rumah, jadi dia tidak harus mendengar celotehan ngawur Candy.
"Dan kau tahu bagaimana Cara menghias kamarnya,"
"Candy, kalau kau mau ngobrol dengan Ian, sebaiknya kau turun saja dari mobil. Aku bosan menunggumu ngobrol." potongku.
Gadis itu cemberut dan dengan satu hentakkan, dia turun dari mobil. Aku langsung memutar mobilku menuju rumah. Dari kaca spion, aku melihat Ian masih memperhatikanku. Ada apa dengannya? Apa dia ingin mengatakan sesuatu? Tidak biasanya dia melihatku.
Ah.. Bodohnya aku. Tentu saja dia ingin mengatakan sesuatu. Pasti dia ingin bilang sikapku barusan tidak sopan dan aneh. Ugh. Aku benci Ian.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...