Cara..
Di mana gadis itu?
Cara, Cara..
Aku harus menemukan Cara.
Dan lalu aku melihat Cara keluar dari kelas menuju ke lokernya. Dengan semangat, aku berlari menyusul dan mencegat gadis itu tepat di depannya.
"Oh wow, kenapa kau heboh sekali?" Cara menatapku dengan bingung selagi aku mengatur nafasku yang masih terengah-engah untuk mulai berbicara.
"Coba tebak."
Cara hanya menggelengkan kepalanya. "Aku bukan peramal. Ayolah, kau membuatku penasaran."
"Ujian tengah semesterku lulus dengan nilai rata-rata delapan puluh."
Cara refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan dan perlahan senyum mengembang di wajahnya. "Ley! Itu bagus sekali! Aku kira kau tidak akan lulus!"
"Hmm?"
"Yah, karena terakhir kali saat aku mengajarimu bahasa Indonesia, kau malah ketiduran."
Aku tertawa. "Ini semua berkatmu! Sebagai gantinya, aku akan mengajakmu kencan hari Sabtu ini."
"Kencan?"
"Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau pergi jalan-jalan? Oh benar, rasanya tidak pernah karena aku selalu melihat mobilmu di rumah, kecuali saat kau pergi ke sekolah. Kau butuh bersenang-senang! Aku yang traktir!"
Cara hanya berdecak, tapi lalu dia mengangguk. "Sabtu ini jam dua belas siang. Dan bukan kencan namanya kalau aku yang harus menjemputmu. Sampai ketemu Sabtu, Ley." setelah itu dia melambaikan tangan padaku dan tergesa-gesa berlari menuju kelas berikutnya.
Sepeninggal Cara, aku masih tidak bisa menghilangkan ekspresi senang di wajahku. Alhasil, aku berjalan menelusuri koridor sambil cengar-cengir seperti orang bodoh. Padahal aku sudah terlambat lima belas menit untuk kelas geografi, tapi aku tidak peduli.
"Baru kali ini aku melihat ada orang bahagia terlambat masuk kelas." ujar Theo, teman sekelasku. Kami bertemu di depan ruang kelas.
"Yah, ada hal bagus yang terjadi." Cara setuju untuk berkencan denganku. "Ngomong-ngomong kenapa kau tidak masuk kelas?"
"Kurasa bu Hari sedang datang bulan, semua murid yang terlambat tidak boleh masuk kelas. Termasuk kau."
Oh.. Sial.. Tapi tidak masalah. Aku bisa menghabiskan waktu dengan merancang kegiatan apa saja yang akan kulakukan dengan Cara hari Sabtu nanti. Aku akan mentraktirnya makan, lalu nonton film, lalu..
"Oi!" seru Theo membuyarkan lamunanku.
"Ya?"
"Apa kau sadar kau dari tadi melamun dan senyum-senyum sendiri? Ada hal bagus apa?"
"Sabtu ini aku ada janji kencan."
"Wow, dan teman kencanmu adalah..?"
"Cara."
Theo menaikkan sebelah alisnya. "Cara Eudia, anak kelas dua belas?"
Aku mengangguk.
Seakan masih tidak yakin, Theo menambahkan "Kakak kembar Candy Eudia?"
"Ya, kurasa tidak ada lagi anak kelas dua belas yang bernama Cara, dan kembar."
"Wow.. Wow.."
"Kau sudah berkali-kali mengatakan wow."
"Yah.. Itu karena.. Entahlah.."
"Tidak usah sungkan-sungkan. Karena Cara terkenal aneh? Karena dia tidak termasuk dalam gerombolan anak populer di sekolah?"
"Begitulah." Theo mengangkat bahu.
"Percayalah, jika kau mengenal Cara, dia sama sekali tidak aneh. Dia unik. Kurasa dia gadis termanis yang pernah kutemui."
Theo hanya menatapku seolah-olah aku sudah tidak waras.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...