7.3 - LEY

44 5 0
                                    

Ya Tuhan.

Apa yang baru saja terjadi?

Tindakanku barusan sangat spontan dan bisa saja Cara marah jika aku benar-benar menciumnya. Untung saja aku bisa mengontrol diri! Eh, atau sebaliknya ya.. jika aku benar-benar menciumnya, mungkin saja Cara jadi suka padaku? Aku menghembuskan nafas keras-keras. Seharusnya aku memusingkan ujian akhirku, bukan memusingkan hal tidak penting seperti ini. Tapi tetap saja, aku memberikan Cara pesan, jaga-jaga jika gadis itu kesal.

Stanley: maaf kalau aku keterlaluan..
Stanley: jangan marah!

Semenit kemudian balasan dari Cara datang.

Cara Eudia: 🔥🔥🔥

Dan itu menjadi percakapan terakhirku minggu ini dengan Cara. Aku terlalu sibuk belajar sampai-sampai tidak pernah kontak dengan orang-orang sekelilingku, bahkan seharian aku bisa tidak mandi. Bukan jorok, tapi memang lupa. Jam tidurku pun paling lama cuma dua sampai tiga jam. Aku harus lulus dengan nilai bagus sehingga aku bisa mencapai mimpi-mimpiku lebih mudah.

Tanpa terasa besok sudah mulai ujian, aku menaruh pensilku diatas meja, berdiri dari kursi, dan merenggangkan seluruh badanku. Rasanya capek sekali duduk seharian. Aku melihat ke luar jendela, rumah Cara terlihat sunyi. Aku jadi rindu bercakap-cakap dengannya. Haruskah aku ke rumahnya?

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.

"Masuk."

Cara dengan canggung melengokkan kepalanya di balik pintu. "Cara? Baru saja aku akan ke rumahmu!"

"Untuk apa?" Balasnya sambil lalu masuk ke kamarku dan menutup pintu.

"Kangen."

Cara memutar bola matanya. "Aku datang untuk memastikan kau baik-baik saja. Bagaimana belajarmu? Ada yang kesusahan? Seminggu ini kau tidak bisa dihubungi, kukira kau mati bunuh diri karena stress menghadapi ujian!"

Cara menghempaskan dirinya di ranjangku sambil memainkan rambutnya. Rupanya dia baru potong rambut karena rambut panjangnya kini berubah menjadi sebahu. Cara semakin terlihat seperti anak kecil. Manis.

"Tenang saja, aku hanya sedang fokus belajar. Terima kasih sudah khawatir. Bagaimana denganmu?"

"Hmm.."

"Hmm?"

"Kebalikan denganmu, aku tidak bisa konsentrasi belajar."

"Karena mengkhawatirkanku?"

Cara melempar bantal ke arahku. "Ouch! Kau harus menghentikan kebiasaanmu melempar barang padaku!"

Gadis itu hanya tertawa.

"Rambutmu bagus."

"Oh ya? Candy mengejekku seharian, katanya aku seperti anak SD."

Aku menggelengkan kepala. "Kau tahu dia selalu berlebihan."

"Yah.. ngomong-ngomong, Ian ada di rumah?"

Ah, lagi-lagi Ian. "Entahlah, aku bahkan rasanya tidak pernah bertemu dengannya seminggu ini."

Cara bangkit berdiri, dia menghampiriku dan menepuk pundakku. "Semangat Ley, aku yakin kau pasti bisa mengerjakan ujian dengan baik."

Aku tersenyum. "Tentu saja, karena setelah itu aku akan bersenang-senang di prom." Denganmu.

Mendengar kata "prom", Cara langsung keluar dari kamarku dengan malas. Aku mengantarnya sampai ke depan pintu dan melihat gadis itu kembali ke rumahnya.

Sepeninggal Cara, aku jadi kepikiran. Apa dia benar-benar datang ke sini untuk menemuiku? Atau jangan-jangan dia sengaja mencari alasan untuk bertemu denganku agar bisa melihat Ian? Apa Cara menyukai Ian? Kalau dipikir-pikir lagi, akhir-akhir ini dunia Cara dipenuhi dengan Ian. Wajar saja jika dia ingin menonton film romantis karena sedang jatuh cinta dengan.. Ian. Aku benar-benar tidak boleh lengah.

Saat aku melewati ruang makan, Randy sedang duduk di sana. Dia berdeham ketika melihatku.

"Kau tahu apa konsekuensinya jika kau dapat nilai jelek atau bahkan tidak lulus ujian?" Ujar pria itu.

Aku hanya menatapnya tajam. Tiba-tiba saja aku tidak ingin dapat nilai bagus karena hal itu dapat membuat Randy puas. Tapi tidak boleh, ini untuk kepentinganku sendiri.

"Kau bisu?" Desak Randy.

"Aku tahu."

"Bagus."

——

Pretty ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang