Cara Eudia: hmm datang ke rumahku. Sekarang. Candy membaca chat terakhirmu, dan sekarang dia marah2 tidak jelas padaku. Kurasa kau perlu bicara dengannya.
Oh.. dan menurut Cara apa yang harus kubicarakan dengan Candy? Aku sudah bicara berkali-kali pada Candy bahwa aku tidak menyukainya lagi, dan aku ingin kami berteman saja. Tapi jika seperti ini jadinya, aku jadi tidak yakin aku bahkan mau berteman dengannya. Serius, sifat kekanak-kanakannya membuatku kesal.
Aku pun dengan malas melangkah keluar rumah dan mengetuk pintu rumah Cara. Sedetik kemudian, pintunya langsung dibuka.
"Cara, aku.."
"Sstt.. nanti saja. Kau harus membasmi kuntilanak dulu."
Aku tertawa. Cara pun mempersilahkanku masuk dan aku disambut oleh Alex dan Alice di dapur.
"Oh Ian, sudah makan malam? Ayo makan dulu!" Alice buru-buru mengambilkan sebuah piring. Aku hanya mengangguk dan duduk canggung di meja makan. Di depan Candy yang sekarang sedang memelototiku dengan tajam.
"Kenapa kau tidak menjawab teleponku tapi malah memberi pesan pada Cara?" Serang Candy tanpa basa-basi.
Aku mengangkat bahu. "Kukira kau mau mengajakku baikan lagi, padahal sudah kubilang aku tidak mau."
"Dasar besar kepala! Aku cuma mau mengundangmu makan malam!"
"Oh ya? Sampai meneleponku dua belas kali?"
Candy berdeham. "Oke aku memang mau mengajakmu baikan, tapi tidak jadi. Masa aku harus mengemis padamu, maaf saja aku tidak sudi."
"Candy, sopan sedikit." Alex menengahi.
"Ya memang aku akan sopan sedikit, karena aku ingin mengajak Ian jadi pasanganku di Prom."
Aku sontak ternganga. "Katamu kau sudah tidak sudi?"
"Yaa, tapi aku butuh pasangan untuk Prom. Kalau kau mau jadi pasanganku aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Bagaimana?"
Aku melihat ke arah Cara, meminta pencerahan.
"Oh ngomong-ngomong, Cara juga pergi ke prom. Bersama Ley."
Cara dan Ley menjadi pasangan? Apa-apaan..
"Ian, aku minta maaf atas sikap Candy. Sebaiknya kau menurutinya kali ini saja." Alex berbisik padaku.
Aku menghela nafas. "Oke, aku mau. Tapi setelah itu tepati janjimu."
Candy tersenyum sinis. "DEAL!"
Mimpi buruk apa ini? Aku harus menemani Candy ke prom dengan resiko harus melihat Cara dan Ley berduaan?
"Terima kasih kau sudah bersabar dengan sikap Candy." Alex menepuk pundakku dan lalu meninggalkanku berdua saja dengan Cara di meja makan. Alice sedang mencuci piring dan Candy entah ke mana. Mungkin menelepon teman-temannya untuk pamer bahwa sekarang dia punya pasangan prom.
Aku tersenyum memelas pada Cara.
"Sampai ketemu di prom." Kata gadis itu.
"Aku tidak tahu kau suka acara begituan."
Cara mengangkat bahu. "Aku membuat janji pada Ley, lagipula kau juga datang, setidaknya aku tidak akan merasa asing."
"Jangan berharap banyak, aku pasti disabotase Candy."
Cara tertawa. Untuk beberapa detik aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Kurasa sudah lebih dari sepuluh detik. Cara cantik, sangat cantik.
"Apa? Ada sesuatu di wajahku? Kenapa kau melihatku sambil senyum-senyum begitu?"
Aku menggeleng. "Tidak. Baiklah, sekarang waktunya aku pulang." Aku pun bangkit berdiri diikuti Cara, dan dia mengantarku sampai depan pintu.
"Terima kasih." Cara melambaikan tangan padaku.
"Tidak masalah, sudah tugasku untuk menjinakkan roh jahat di rumahmu."
Sekali lagi, Cara tertawa. Ya Tuhan, rasanya aku ingin mengabadikan tawanya dalam foto dan kusimpan selamanya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...