Ujian akhir telah selesai. Rasanya bebanku hilang satu. Tentu saja ada beban lainnya, prom. Beberapa hari ini saat di sekolah yang terdengar adalah rumpian siswa-siswi mengenai pakaian yang akan mereka pakai. Ada yang akan mengenakan gaun lah, jas lah.. aku hanya geleng-geleng kepala. Boro-boro gaun, rok saja aku tidak punya! Satu-satunya rok yang aku punya hanya rok seragam sekolah. Ugh, seharusnya aku tidak menyetujui usulan Ley untuk datang ke prom, sekarang aku jadi pusing sendiri. Kalau aku datang tidak dandan pasti aku akan dibuli seisi sekolah. Tapi, aku juga tidak mau berpenampilan jelek disaat ada Ley dan Ian. Dua makhluk itu luar biasa tampan dan Candy, pasti kembaranku itu tampil berlebihan. Kalau aku tidak dandan bisa-bisa aku disangka pembantu!
Akhirnya aku melakukan sesuatu diluar dugaan. Aku mengetuk kamar Candy, meminta bantuan. Ter-pak-sa.
"Tumben kau mencariku?" Nyinyir Candy saat melihatku. Gadis itu sedang melihat-lihat style baju di internet.
"Aku mau minta tolong."
"Tumbeeeen." Balasnya malas.
"Kau sudah tahu mau pakai baju apa di prom?"
Sepertinya pertanyaanku barusan mendapat perhatiannya sehingga dia berhenti menatap layar laptopnya dan menoleh ke arahku bingung. "Sudah. Aku dan Ian akan mengambil tema Red Carpet, jadi pastinya aku harus pakai gaun mahal dan Ian akan pakai jas."
Aku hanya mengangguk-angguk.
"Aku akan ke mall besok untuk mencari baju." Tambah Candy dengan semangat.
"Aku ikut."
Candy melotot. "Kerasukan apa kau?"
"Aku tidak punya baju untuk prom!" Aku berkacak pinggang.
"Benar juga, jangan sampai kau dikira tukang bersih-bersih. Oke, besok jam dua belas siang kita pergi. Oh ya, ajak Ley!" Ujar Candy yang lalu kembali sibuk dengan laptop di depannya.
Bagus, ternyata meminta pertolongan pada Candy tidak sesulit itu. Aku segera memberi pesan pada Ley untuk ikut menemaniku beli baju besok dan tentu saja, pria itu setuju.
Yang aku tidak tahu adalah.. ternyata Ian ikut pergi. Keesokan harinya aku sudah siap-siap menyalakan mesin mobil, tapi kemudian Candy menghampiriku.
"Kita tidak akan pergi naik mobilmu." Ujar Candy jijik. "Kita naik mobil Ian."
Aku hanya menatap Candy bingung, tapi tak urung aku mematikan mesin. Ian ikut! Sudah lama aku tidak melihat wajahnya. Kami akhir-akhir ini hanya pernah beberapa kali saling bertukar pesan karena pria itu ternyata sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya.
Ley menyapaku dari seberang dan aku tersenyum padanya. Ian berdiri di samping Ley, memandangku dari atas sampai bawah. Astaga, cara Ian mengamatiku membuatku merasa canggung sehingga aku tertunduk malu. Apa baju yang kukenakan hari ini aneh? Aku hanya pakai kaos dan celana pendek seperti biasanya kok!
Saat aku mendekat, Ian berdeham. "Rambut baru?" Tanyanya.
Aku mengangguk.
"Bagus." Pria itu tersenyum.
Belum sempat aku berterima kasih, Candy menyela dengan mengisyaratkan agar kami segera berangkat dan lalu Ian membukakan pintu penumpang di belakang. Saat aku akan masuk, Ian menghentikanku. "Kau duduk depan."
Aku melongo. Hah?
"Aku tidak mau Ley duduk disebelahku, kurasa kau tahu benar alasannya. Dan Candy.. apalagi dia, telingaku bisa tuli." bisiknya.
Oh.. benar juga. Ian dan Ley tidak akur, pasti canggung jika Ley duduk di depan. Aku pun menyetujui permintaan Ian dan duduk di bangku depan. Ley dan Candy di belakang.
"Aku dan Ian akan mengambil tema Red Carpet, kalian bagaimana?" Celotehan Candy tentang prom dimulai.
Ley mengangkat bahu. "Kurasa tema casual lebih baik, aku tidak mau ribet."
Oh berita bagus! Ternyata Ley sepikiran denganku! Aku juga tidak ingin ribet. Kurasa aku akan cocok dengan gaun sederhana yang tidak memiliki banyak motif.
Candy memutar bola matanya. "Membosankan."
——
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Thing
RomanceCara tidak pernah tersenyum sampai tetangga barunya datang mengusik hidupnya dan membuat hari-harinya lebih ceria. Cara mengira dengan tersenyum, semua orang akan menyukainya. Yang Cara tidak tahu adalah, ada satu orang yang membenci senyuman Cara...