2. Bullying

3.5K 216 12
                                    

Bulan duduk di salah satu bangku yang ada di koridor, sembari memainkan handphone nya. Terlihat jelas bosan di raut wajah nya. Bagi nya, tidak ada yang istimewa untuk hari ini, masih sama seperti hari-hari sebelum nya, hanya ada tugas dan tugas. Yang menarik hanya lah jam istirahat dan jam pulang sekolah pasti nya.

Jam pulang sekolah telah berlalu sekitar 15 menit yang lalu, sekolah telah terlihat sepi, bahkan di koridor itu hanya tersisa ia seorang diri. Semua siswa dan siswi Galapagos High School telah pulang, kecuali para anggota osis yang tengah mengadakan rapat.

Bulan menunggu kakak nya yang sedang memimpin rapat osis, berhubung hari ini ia tidak membawa mobil, jadi mau tak mau, dan ogah-ogahan ia menuruti perkataan Rendi, agar menunggu.

Sudah lebih 30 menit Bulan menunggu, namun rapat tak kunjung selesai. Ia mendengus bosan, bahkan ponsel nya pun telah lowbeat. Ia mulai beranjak dari koridor, berniat mengelilingi sekolah yang baru beberapa hari di tempati nya itu, guna membunuh rasa bosan nya.

Sekolah ini begitu besar dan luas, salah satu tempat favorit Bulan disini adalah taman nya yang terlihat asri, dan penuh warna.

"Kak Nadia."

Bulan menghentikan langkah nya, saat Nadia dan kedua teman nya yang ia ketahui bernama, Intan dan Kiki telah bersidekap dada, menatap tajam ke arah nya, terlebih tatapan Nadia, seakan ingin menerkam mangsa nya.
Bulan berusaha setenang mungkin, ia mulai beranjak dari tempat itu tak menghiraukan tatapan-tatapan tajam yang di arah kan pada nya. Namun baru saja selangkah, satu di antara mereka telah menarik nya.

"Awww.." Bulan menjerit tertahan, saat punggung nya menghantam keras nya dinding. Ia merasakan nyeri pada tulang punggung nya.

"Kenapa? Sakit?" tanya Nadia dengan senyuman sinis nya.

"Kakak mau apa?"

Nadia mendekatkan tubuhnya ke arah Bulan, "Lo mau tau gue mau apa?
Kasih tau guys, kita mau apa! seperti nya dia udah gak sabar!" komando nya pada kedua teman nya di iringi dengan senyuman sinis.

"Siap Nad!"

Bulan meneguk ludah nya, rasa nyeri di punggung nya mulai berganti dengan rasa takut, posisi nya sekarang benar-benar tersudut. Tidak ada celah untuk nya melarikan diri, Nadia berada di sebelah kanan nya, dan Intan di sebeleh kiri nya.

Namun jantung Bulan semakin berdetak kencang saat Kiki tengah berjalan ke arah nya, dengan membawa ember, entah apa isi dari ember tersebut. Ia tak dapat melihat nya di karnakan ember itu berwarna hitam.

Bulan telah menutup mata dengan menggigit bibir bawah nya saat Kiki semakin mendekat dan mendekat.

Byurrr..

Kiki menuangkan isi ember itu tepat di kepala Bulan. Dingin, itu lah yang di rasakan nya pertama kali saat air itu menyentuh tubuhnya, bahkan ia dapat merasakan sebuah benda padat jatuh ke kepala nya, air itu adalah air yang telah di campur dengan es batu. Ia berjongkok dengan tubuh yang basah kuyup. Terdengar gelak tawa dari mereka,yang melihat nya mulai memeluk tubuh kedinginan.

"arrghhh !" jerit Bulan tertahan.

Nadia menjambak rambut Bulan dari belakang, hingga kepala gadis itu mendongak ke atas, ia tak memperdulikan rintihan dan jeritan kesakitan dari Bulan, justru semakin gadis itu menjerit, semakin kuat jambakan nya. "Gue peringatin sama lo,jangan coba-coba lo deketin Vino lagi,apalagi cari perhatian ke Vino kayak kemarin." ujar Nadia penuh penekanan.

Bulan tak bisa menahan air mata nya lagi, cairan bening itu keluar dengan sendiri nya. Ia merasakan sakit yang teramat hebat di kepala nya. Ia menggigit bibir bawah nya, guna menahan sakit yang menjalar semakin hebat.

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang