8. Vino Dan Bulan

3.1K 174 6
                                    

Hari ini adaah hari terakhir melaksanakan kemping, oleh karena itu mereka di berikan kebebasan untuk melakukan apa pun, sejenis free time, sebelum pulang nanti sore.

Bulan berdiri di atas sebuah batu besar yang berada tidak cukup jauh dari tenda perkemahan nya. Dari atas sana ia dapat melihat pemandangan yang ada di bawah nya, bahkan ia dapat menghirup udara segar yang sangat sejuk itu. Udara yang sangat jarang di dapat nya di perkotaan. Senyuman tak henti nya menghiasi wajah nya, bahkan sesekali ia melirik gelang yang di berikan Vino.

"Seneng banget ya. Bisa berduaan sama pacar orang seharian penuh. Pake acara tidur, supaya di gendong." suara sinis itu tepat ada di samping Bulan.

Bulan tak merespon, ia hanya diam dan terus menatap ke depan. Tak menghiraukan sedikit pun perkataan Nadia.

"Lo gak usah pura-pura budek !!"  Nadia menarik tangan Bulan cukup keras. Entah kenapa melihat wajah Bulan yang masih tenang, membuat darah nya semakin mendidih.

Nadia sedikit mendekat pada Bulan, dengan tangan yang masih mencengkram pergelangan tangan gadis itu. "Gue peringatin untuk terakhir kali nya. Jauhin Vino, dan jangan pernah tebar pesona di depan nya !!" desis Nadia penuh dengan penekanan, ia menghempaskan tangan Bulan dengan kasar. Namun ia dengan cepat merampas kacamata yang bertengger indah di batang hidung Bulan. "Lo gak usah nutupin muka lo pake topeng kacamata kayak gini !!
Gue jijik tau gak !!." Emosi Nadia semakin menjadi-jadi, bahkan mata nya telah penuh dengan kilatan kemarahan. Di lemparnya kacamata berbingkai pink itu ke bawah yang merupakan jurang yang sangat curam.

Bulan tidak dapat berbuat apa-apa. Sekarang yang hanya dirasakan nya hanya lah pusing yang sangat hebat di kepala nya, bahkan untuk mencegah tindakan Nadia saja ia tidak berdaya sama sekali.

"Lo gak usah pura-pura sakit di depan gue. Karna gue gak akan kasian sama lo." Suara Nadia masih saja tinggi, setelah itu ia mninggalkan Bulan dengan emosi yang masih tersisa.

Sakit di kepala Bulan semakin menjadi-jadi, ia bahkan telah terduduk saking tidak kuat untuk menahan nya. Di remasnya kepala nya, dengan menggigit bibir bawah nya, guna menghilangkan rasa sakit, namun semua nya nihil. Bahkan penglihatan nya mulai memudar dan samar-samar, mata nya mulai berkunang-kunang.
Tangan nya mulai meraba sekeliling nya, untuk mencari benda yang tadi di buang oleh Nadia.

Detik berikut nya. Bulan membiarkan tubuh nya bergelinding ke bawah, tanpa perlawanan sedikit pun, bahkan untuk membuka mata saja ia sudah tidak kuat, suara nya seakan hilang sehingga tidak bisa berteriak. Ia membiarkn ranting-ranting kecil melukai kulit putih nya. Ia pasrah, sampai tubuh nya berhenti.

"Bulan !!!"

Dan teriakan itu lah yang terakhir dapat di tangkap pendengaran nya. Setelah itu semua berjalan begitu cepat, semua hilang, hanya kesunyiaan, dan kegelapan.

🌙🌙🌙

Kejadian itu begitu cepat, acara kemping di bubarkan sebelum sore datang, semua nya telah di buat panik saat melihat seorang gadis berada dalam gendongan seoramg cowok dengan keadaan yang mengenaskan, tubuh yang lecet, dan mata yang tertutup sempurna.

Semua orang hanya diam menatap gadis itu. Dan semua nya juga megenal siapa cowok yang membawa gadis itu, tak lain adalah sang kakak gadis itu sendiri. Cowok itu terlihat sangat kacau dan berantakan, bahkan di lengan nya juga ada beberapa goresan.

Disinilah sekarang gadis itu terbaring, dengan wajah yang telah di balut plester, mata nya masih enggan untuk terbuka, punggung tangan nya pun telah di pasang selang infus. Ruangan berbau obat-obatan itu menjadi tempat nya berbaring sekarang.

Rendi diam, menatap adik semata wayang nya yang terbaring dengan tatapan datar dan sulit untuk di baca.

Wanita berjas putih itu menatap pria remaja yang telah duduk di depan nya dengan tatapan khawatir, saat melihat betapa kacau nya pemuda itu. "Kamu siap?"

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang