10. Perasaan Vino

2.8K 171 7
                                    

Ini adalah untuk kedua kali nya bagi Bulan. Ia harus menghabiskan tenaga nya di pagi hari ini dengan berlari dari gerbang, hingga kelas nya. Nasib sial selalu menimpa nya jika setiap belajar pagi dengan Buk Tina. Jika waktu itu ada dewi fortuna yang membantu nya, namun entah lah untuk sekarang. Karna keberuntungan tidak mungkin datang untuk kedua kali nya. Jika tadi pagi ia lebih cepat berberes-beres, mungkin ia masih bisa berangkat bersama kakak nya yang harus ada urusan osis. Dan mungkin saja nasib nya tidak akan seperti ini.

Bulan tak menghentikan pergerakan nya. Hingga ia sampai di lobi sekolah. Handphone nya bergetar. Ia berhenti dan merogoh hp nya di dalam tas. Nafas nya masih tak beraturan akibat lelah berlari.

Sebuah pesan WA tepampang jelas di layar hp nya. Dan dalam hitungan detik, mata nya membulat sempurna.

From Naomi Victoria :
Bul lo dimana? Buruan deh ! Buk Tina udah masuk nih !"

From Bondan Prajasa :
BulBul, lo dimana? Buruan Princess, Naomi nih dari tadi teriak-teriak gak jelas di depan gue. Dia takut lo di hukum sama Buk TinTin.

Bulan mengerang frutasi membaca WA-WA sahabat nya itu. Setelah mengumpulkan nafas dan tenaga, ia kembali berlari menyusuri koridor yang lumayan panjang, untuk menuju kelas nya yang berada paling ujung.

Aksi Bulan harus terhenti saat ia melihat segerombolan senior Galapagos berdiri di koridor yang tak jauh dari kelas nya. Dengan menunduk kan kepala Bulan melewati gerombolan cowok-cowok kelas XII itu.
Bulan yakin jika semua kakak kelas nya yang ada disini tengah bolos jam pelajaran, secara ini masih jam PBM.
Bulan pernah mendengar bahwa gerombolan 8 orang itu termasuk bad boy nya SMA GALAPAGOS.

"Mau lewat sini ya?" salah satu dari mereka membuka suara saat Bulan telah berada tepat ditengah-tengah mereka.

Bulan hanya membalas dengan anggukan kecil. "Kalau di ajakin ngomong tu orang nya di lihat." Kali ini suara yang berbeda. Sekarang terdengar datar dan dingin. Dan Bulan tahu siapa pemilik suara itu.

Di rasakan nya dagu nya di pegang oleh seseorang, sembari mengangkat nya lembut, bahkan bisa di bilang sangat lembut. Alhasil ia tak dapat lagi menghindar, sorot mata nya bertemu dengan sorot mata cowok itu.

"Ya elah Vin, mandang nya biasa aja kali. Gak usah pake perasaan dalem gitu. " sindir salah satu teman nya.
Daniel, dan di sambut dengan tawa yang lain nya, bhkan ada yang bersiul-siul ria.

Vino mengalihkan pandangan nya pada teman-teman nya, sembari menaikkan sebelah alis. Ada terhitung tujuh wajah disana, termauk Rangga yang masih terkekeh. "Kenapa? Pada iri? Cari yang lain sana. Tapi jangan yang ini. " Pandangan Vino kembali kepada Bulan dan kali ini lebih dalam dari sebelum nya.

Seperti biasanya, jantung Bulan kembali berdetak tak karuan, seperti ada kelinci yang melompat-lompat disana. Bulan hanya kembali menunduk. Pipi gadis itu telah merona menahan malu.

"Eh lo semua tu bikin adik gue bersemu malu tuh. " seru Rangga sembari merangkul Bulan. Itu lah Rangga, dari dulu ia selalu menganggap Bulan sebagai adik kecil nya.

"Ngapain lo?" Vino telah melempar tatapan tidak suka pada Rangga.
"Minggirin tangan lo !" perintah nya sakartis.

Rangga tersenyum jahil pada sohib nya itu yang terlihat jelas sedang menahan cemburu. Ini bukan untuk pertama kalinya. Rangga pernah melihat wajah cemburu Vino sebelum nya, saat ia tanpa sengaja mencium dahi Bulan dulu saat gadis itu masih kelas 7 smp.
Tujuan nya sebenarnya hanya satu, memberikan ucapan cepat sembuh pada gadis itu, karna waktu itu Bulan demam. Namun reaksi Vino di luar dugaan, cowok itu marah dan hampir saja menonjok nya, untung pada saat itu ada Rendi yang menengahi.

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang