4. First Moment

3.3K 204 5
                                    

"Ya ampun BulBul, kak Kevin itu keren ya, ganteng, baik lagi." Cerocos Naomi tiada henti, dari mulai melewati gerbang sekolah, bahkan sampai hampir ke halte bus, ia tak henti-henti nya memuja cowok bernama Kevin yang baru beberapa jam yang lalu di kenal nya.

Bulan hanya diam tidak menanggapi sama sekali. Hingga cewek itu kembali bersuara. " Mending lo sama dia aja, udah baik, tampang php tu gak ada di wajah nya."

Bulan mendengus, ia sudah menebak ujung dari pembicaraan Naomi pasti kesana. Dulu saat pertama kali ia mengenal Vino, Naomi juga bersikap seperti ini, dan orang pertama yang mendukung nya. Namun lihat lah sekarang, justru dia adalah orang pertama yang menginginkan jika ia melupakan Vino.

"Gila lo, gue baru kenal kali." tanggap Bulan cuek, bahkan tanpa melirik Naomi sedikit pun.

"Ya gak papa dong, kan udah jelas dia cowok baik-baik."

"Nom." Bulan berhenti dan kali ini bersitatap dengan sahabat nya itu.
"Dulu, lo juga punya opsi yang sama saat gue pertama kali ketemu Vino. Lo persis ngomong kayak gini. Tapi sekarang apa? Lo malah nyuruh gue lupain dia." lanjutnya serius.

"Itu beda Bul, dia udah nyakitin lo, dia udah---"

"bukan dia yang nyakitin gue." Bulan terdiam sejenak, pandangan nya menerawang ke depan. "Tapi gue yang nyakitin dia." lanjut nya pelan, bahkan nyaris berbisik.

Naomi tahu itu. Apa pun yang berhubungan dengan Bulan, pasti dia orang pertama yang akan tahu. Sahabat nya memang salah, namun itu dulu. Tapi sekarang justru Vino lah yang salah, menurut pandangannya.

"Tapi paling gak dia nunggu, bukan beralih ke orang lain, dan nyakitin lo gitu aja." wajah Naomi tak kalah serius nya.

"Udah ah, males gue bahas itu." Bulan melanjutkan jalan nya dan di ikuti Naomi setelah itu.

Drttt...

Naomi yang tadi nya ingin menyahut harus terhenti karna getaran pada handphone nya. Di lihat nya sebentar nama yang tertera disana, lalu diangkat nya.

"Ya hallo ma?"

"........"

"sekarang banget?"

"........"

"Ya udah deh, aku kesana sekarang."

"Kenapa lo? Nyokap lo ngomong apa an?" tanya Bulan saat melihat Naomi begitu gelisah dan seperti memikirkan sesuatu.

"Bul sorry ya? Kayak nya gue gak bisa deh pulang bareng sama lo. Soal nya nyokap nyuruh gue ke butik. Dia bilang pelanggan lagi banyak, trus bagian kasir gak ada yang jaga, mangka nya dia nyuruh gue ke sana." jelas Naomi sejujur-jujurnya pada Bulan, di iringi dengan wajah bersalah nya.

"Ya udah gak papa kok, sana pulang!" suruh Bulan dengan senyuman lembutnya.

"Sorry ya sekali lagi. Tapi mending lo balik ke sekolah deh, trus pulang sama kak Rendi, biar gue yang anter. Gue gak tenang nih kalau lo sendiri an."

"Gak usah deh, kali ini gue pulang sendiri aja, lagian udah jauh juga." tolak Bulan.

"Beneran?" Bulan mengangguk. "Ya udah, tapi lo jangan naik bus ya, itu terlalu berbahaya. Naik taksi aja biar lebih aman." ujar Naomi sebelum ia memasuki taksi yang telah di berhenti kan nya.

Bulan terkekeh pelan. "iya-iya bawel."

Taksi yang di naiki Naomi mulai menjauh dan hilang di persimpangan, sedikit lagi Bulan sampai di halte pemberhentian bus. Sebelum Naomi melarang nya naik bus sendirian, jujur ia juga tak berani naik bus seorang diri. Alhasil ia memilih menunggu taksi lewat, tepat di tempat Naomi naik taksi barusan.

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang