"Seharusnya lo dengerin apa kata kak Rendi. Ngeyel banget sih pingin sekolah."
"Ck, kan gue bosen di rumah."
"emang kita datang ke rumah lo itu gak cukup apa ngilangin rasa bosen lo?"
Bulan tersenyum menanggapi
perkataan Naomi. "Cukup kok. Gue tahu lo berdua khawatir sama gue. Apalagi lo Nom, tapi plis jangan anggap gue seakan-akan gue bakal mati besok."Gerakan tangan Naomi yang tadi nya ingin menyuap terhenti. Mendadak nafsu makan nya hilang begitu saja, setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut Bulan. "Sorry. Gue cuman takut aja." gumamnya pelan dengan kepala yang di tundukkan.
Bulan tahu kata-kata nya tadi menyakiti perasaan Naomi. Gadis itu pernah berkata pada nya. Apa pun yang terjadi ia tidak boleh mengeluarkan kata-kata itu. Namun jujur. Kata-kata itu keluar begitu saja tanpa diri nya sadar.
"Nom !"
"Gue tahu gue berlebihan Bul. Gue tahu gue lebay nanggepin semua nya. Tapi asal lo tahu, gue cuman----"
"Gue cuman takut kehilangan sahabat gue. Apa itu salah?"
Bulan menggeleng. Mata nya telah ikut berkaca-kaca saat melihat mata coklat Naomi yang mulai berair. "Makasih ! Maafin gue Nom !" seru nya sembari menggenggam tangan Naomi yang berada di atas meja. "Baik lo, atapun lo Bon. Kalian berdua selalu ada di samping gue dari dulu. Jadi orang-orang yang selalu support gue. Gue berharap pada saat gue dalam kegelapan nanti kalian masih di samping gue, nemenin gue, nuntun gue terus. Gue takut kalian ninggalin gue !" setetes air mata jatuh.
Naomi menghapus air mata yang jatuh di pipi Bulan. Ia tersenyum di tengah air mata nya. "Gak akan. Gak ada yang akan meninggalkan dan di tinggalkan. Kita tetap kita, cuman bertiga, dan akan selalu bertiga."
Naomi membawa Bulan dalam pelukan nya. Tidak mungkin jika ia akan meninggalkan Bulan. Karna ia sangat menyayangi sahabat nya itu, sudah lebih dari 10 tahun lama nya, dia menemani nya, sudah 10 tahun lama nya, mereka saling kenal, dan 10 tahun lama nya mereka mengukir sebuah kata yang bernamakan persahabatan.
Sorot mata Naomi beralih pada Bondan yang tampak tersenyum. Posisi nya masih memeluk Bulan, dan Bondan tepat berada di samping Bulan. Di balas nya senyuman cowok itu sembari di hapusnya air mata nya.
"Gue yakin dengan semua keyakinan yang gue punya. Gak akan pernah ada kegelapan di hidup lo nanti nya, jika sumber cahaya lo masih ada disini. Di samping lo." Kali ini Bondan lah yang menggenggam tangan Bulan, sorot mata nya terlihat tulus dan sangat penuh dengan makna. Bulan langsung menghambur kedalam pelukan cowok itu. Ia selalu merasakan kenyamanan di dalam pelukan ini, sama dengan kenyamanaan saat ia memeluk kakak nya. Bagi nya Bondan adalah kakak kedua nya setelah Rendi.
"Lagi reunian ya? Berarti gue ganggu deh!" suara seseorang membuat mereka serempak menoleh. Bulan membuka kacamata nya dan menghapus sisa air mata disana. Dan memasang nya kembali.
"Eh ada kak Kevin !"
Bondan seketika mendengus, dengan memutar bola mata nya. "Mulai lagi ganjen si bule." sindir nya dengan mlempar kulit kacang pada Naomi.
"Sirik aja lo !" desis Naomi kesal.
Kevin tersenyum. "Gue boleh pinjem sahabat kalian bentar gak?"
"Lo kira Bulan barang apa. Pake di pinjem-pinjem segal---"
Naomi kontan membekap mulut Bondan. Ia tersenyum lebar kearah Kevin. "Oh boleh kok. Asal di jagain aja ya?"
Kevin mengangguk. " Kalau itu pasti kok!" Kevin meraih tangan Bulan. " Ya udah gue cabut ya. Oh iya itu, kasian Bondan nya, entar kehabisan nafas."
sambil menunjuk tangan Naomi yang masih membekap mulut Bondan.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Rem) Bulan (END)
Teen Fiction(New Version Trying To Forget) TERSEDIA DI PLAYSTORE!!!! Bagaimana rasa nya setelah bertahun-tahun menghilang. Dan kalian di pertemukan lagi dengan orang masa lalu kalian? Saat dia tidak lagi bisa kalian miliki. Saat hanya dia satu-satu nya alasan k...