7. Saat Lelah Menghampiri

3.1K 187 8
                                    

Bulan telah stay dengan kamera canon di tangan nya. Ia mengikuti langkah Vino sembari memotret objek sekitar hutan tersebut.

"Nih, ini juga termasuk tanaman obat-obatan, biasa nya di gunain buat ngobatin luka." jelas Vino dan di anggukan oleh Bulan.

Bulan langsung saja mengambil gambar tanaman itu, lalu mencatat apa saja yang di terangkan oleh Vino. Selain sebagai penunjuk jalan.

"Kalau yang ini apa manfaat nya?" Bulan telah menunjuk sebuah tanaman yabg terlihat lumayan cantik. Ia berniat menyentuh dan mengambil nya.

"Jangan, itu tanaman racun, bukan obat-obatan" cegah Vino dengan cepat, sebelum tangan gadis itu menyentuh tanaman beracun tersebut. Jika telah disentuh, racun nya akan segera hinggap di kulit, dan akan berdampak buruk.

"Tapi ini lumayan cantik tanaman nya."

"Bul gue bilang jangan!"

Lagi-lagi perkataan Vino di abaikan. Gadis itu masih saja berusaha mengambil tanaman itu.

"lo dengar gak sih gue bilang jangan ya jangan !! " suara Vino naik satu oktaf, sembari menarik tangan Bulan cukup keras.

Bulan tersentak dengan perlakuan kasar cowok itu. "gak usah marah-marah bisa kali."

Vino menghembukan nafas gusar nya, "Vinooo, bego banget sih, ngapain lo marahin dia. Ngambek kan dia nya." rutuk nya pada diri nya sendiri.

Vino masih sangat hafal dengan sifat Bulan. Gadis itu sangat tidak suka di bentak. Jika suara orang telah naik lebih tinggi, reaksi nya pasti akan seperti sekarang. Ngambek. Itu sebab nya Rendi tak pernah sekali pun membentak nya.

"Bulan !!" menahan tangan gadis itu.
"Sorry gue gak bermaksud." ia telah menatap gadis itu yang memalingkan wajah nya. Seakan enggan menatap nya.

"udah dong jangan ngambek. Masa gitu aja ngambek sih. Setahu gue ya, adik gue tu kalau ngambek jelek tauk" Vino mulai menggeoda Bulan sembari menyenggol-nyenggol legan gadi tersebut. Namun gadis itu masih saja diam, tak bergerak sedikit pun.

"Ya udah deh, jadi cerita nya ngambek nih? Ya udah jalan sendiri-sendiri aja. Lo jalan sendiri, gue jalan sendiri."

"Ngeselin banget sih lo !!" akhir nya Bulan membuka suara. "Ih kak Vino !!!!" teriakan nya telah menggelegar di sepenjuru hutan.

"Apalgi sih?" Vino membalikkan tubuh nya, setelah seperempat berjalan.

"Bareng dong ! Kan gue gak tahu jalan nya !"

"Tadi ngambek. Ya udah ayok!"

Vino kembali mendekat kepada Bulan. Namun baru saja berada di depan cewek itu. Ia telah di serang dengan gerakan yang tak di sangka-sanga.

"Awww... Bulan, sakit woyy !!!"

"Bodo amat, wleekk " Bulan telah berlari sembari memeletkan lidah nya ke arah Vino yang memegangi tangan, akibat gigitan tiba-tiba nya.

"Oh jadi gitu, nantangin ya !" ujar Vino dan mulai mengerajar Bulan. Terdegar tawa gadis itu, walau pun jarak mereka cukup jauh. Namun bukan Vino nama nya jika tidak dapat mengejar gadis itu, kekuatan lari nya yang lebih cepat, dapat menepis jarak diantara mereka.

Bulan telah berputar di sebuah pohon, menghindari setiap jangkauan tangan Vino. Namun tidak Vino nama nya jika menyerah begitu saja. "Gak dapet, gak dapet. " ledek nya.

"Ok, sudah selesai main-main nya Bulan! " senyuman miring tercetak di wajah tampan cowok tersebut.

Bulan yang sedikit lengah membuka akses untuk Vino menangkap nya, dengan satu tangkapan cowok itu telah mendekap tubuh mungil gadis itu dari belakang, lalu memutar-mutar nya.

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang