15. Kekacauan Vino

2.9K 171 5
                                    

"ehermmm.. Senyum-senyum terus dari tadi."

Bulan mengalihkan pandangan nya yang tadi terarah ke depan kini berpindah pada suara bariton yang tepat di samping nya. Sebuah senyuman jahil sang kakak menyambut pandangan nya. Rendi telah duduk di samping Bulan, dan ikut menatap ke depan, hanya kegelapan malam lah yang dapat di lihat nya sekarang dari rooftop rumah nya ini.
Tempat ini memang lah salah satu tempat favorit Rendi dan Bulan jika di rumah, selain tempat untuk menyendiri, disini mereka juga dapat melihat penjuru komplek dari atas sana dengan jelas, bentang alam yang sangat indah.

"Masuk gih ! Udah malem, angin malam gak baik buat kamu." suara lembut Rendi di sambut anggukan oleh Bulan.

"Nanti ya kak! Masih pengen disini."

"Kamu ngapain sih disini emang nya? Senyum-senyun sendiri lagi. Ntar kesambet loh." goda Rendi. "O aku tahu. Kamu lagi mikirin---" Rendi menggantung kata-kata nya sembari melirik adik nya dengan senyuman jahil.

"Apa an sih. Gak mikirin apa-apa kok." ujar Bulan menahan senyum nya.

"Alah ! Kamu tu gak bisa bohong sama aku Bul."

"ya emang gak mikirin apa-apa kok. Kak Rendi aja yang sotoi."

Rendi menatap Bulan yang tengah menunduk malu karna di goda nya. Dari samping sini ia masih bisa melihat semburat merah di pipi Bulan, walaupun dengan penerangan seada nya. Rendi tersenyum, ini lah keinginan nya selama ini, kembali melihat Bulan tersenyum tanpa beban.
Tangan nya terangkat ke atas kepala Bulan, dan mengusap rambut sang adik dengan gerakan lembut.

Aku telah pernah merasakan kehilangan. Aku masih bisa terima itu. Namun jika sekarang aku harus kehilangan lagi. Jujur aku tidak siap.

Tanpa sadar setetes air mata Rendi jatuh. Dengan gerakan lembut, ia merengkuh Bulan ke dalam pelukan nya. Bayangan-bayangan saat hari pemakaman Sherly berputar jelas di benak nya. Saat ia melihat sang gadis pujaan telah dikubur menyatu dengan tanah, saat rasa penyesalan nya menghantui nya hingga sekarang, jika saja kesalahpahaman itu tidak terjadi, mungkin semua nya tidak akan terjadi semenyakitkan ini.

"Kak !"

Bulan dapat merasakan tubuh Rendi yang bergetar, dan sedikit suara isakan tangis. Di tambah, sang kakak yang memeluk nya begitu erat, seakan berusaha membelenggu rasa sakit yang di rasakan nya.

Perlahan tangan Bulan terangkat dan membalas pelukan Rendi. Ia mengusap pelan punggung yang bergetar itu.
Sekilas, Bulan mendengar Rendi bergumam pelan. Gumaman yang menyuarakan nama seseorang yang sangat Bulan kenal, Sherly.

Bulan membeku, ia sangat ingat nama itu, dan ia juga sangat ingat bagaimana posisi Sherly dalam hati kakak nya. Perlahan pelukan itu terlepas, bukan Bulan. Melainkan Rendi lah yang melepas nya.

Rendi memalingkan wajah nya dari Bulan, ia dengan cepat menghapus air mata nya. Lalu kembali berbalik ke arah Bulan saat suara lembut itu memasuki pendengaran nya.

"Maaf kak !" Pandangan Bulan terarah kosong kepada Rendi. "Maaf, karna aku kakak harus kehilangan orang yang sangat berarti dalam kehidupan kakak."

Rendi menggeleng. "Maafin aku yang gak berguna ini kak. Seharus nya kakak saat itu milih Kak Sherly, bukan aku. Karna pada kenyataan nya, aku memang udah gak akan pernah ada harapan lagi." setetes air mata jatuh di pelupuk mata gadis itu.

(Rem) Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang