1

2 0 0
                                    

Salju mulai menumpuk di atas jalan. Lampu-lampu jalan menerangi jalan-jalan di daerah pusat perbelanjaan ini. Saat ini musim liburan, adalah lumrah bila daerah ini tetap ramai bahkan di tengah dinginnya malam musim dingin yang menusuk. Namun malam masih panjang, daerah ini telah sepi. Toko-toko telah banyak yang tutup. Hanya beberapa yang masih buka, termasuk sebuah toko elektronik yang mana terdapat sebuah televisi yang menayangkan sebuah berita.

Terlihat seorang gadis melewati daerah ini seorang diri. Asap putih mengepul dihembuskan oleh nafasnya. Tangannya dimasukkan ke dalam kantung jaket agar tidak kedinginan. Kepalanya terus menunduk, memperhatikan setiap langkah yang dilewatinya. Perlahan, ia terus berjalan, memasuki stasiun kereta bawah tanah, menaiki kereta jadwal terakhir hari itu. Setelah turun dari kereta, ia tetap berjalan. Salju mulai bertumpuk meninggi, malam makin larut dan gelap.

"Eri."

Tiba-tiba, sebuah suara memecah keheningan malam itu. Ia langsung menghentikan langkah dan mengangkat kepala. Ternyata ia telah sampai di sebuah taman, lebih tepatnya di depan air mancur yang berdiri megah di tengah taman itu. Dalam kolam itu terdapat lampu yang banyak, cukup untuk menyinari air mancur dan sekelilingnya. Di pinggir kolam, berdiri seorang pria yang tersenyum memandangnya. Ialah yang telah memanggil Eri.

"Kamu telat," lanjut pria itu.

Last SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang