"Eri."
"Eri."
"Eri!" Eri tersentak bangun. Matanya menatap langit yang berkelap-kelip. Sebelum ia sempat berpikir, rasa sakit di seluruh tubuh memberi sinyal secara bersamaan ke sarafnya. Begitu sakit hingga ia menyesal telah terbangun. Tetapi suara itu memanggilnya lagi. Eri menoleh ke arah kiri. Dengan cahaya bintang, Eri melihat siluet tubuh Karl yang terduduk.
Eri segera mencoba bangun dari posisi tidurnya. Seluruh tubuhnya berteriak kesakitan karena Eri memaksa bergerak. Eri sendiri tidak bisa menahan erangan kesakitannya. Karl yang mendengarnya langsung bertanya.
"Kaukah itu, Eri? Kau sudah sadar." suaranya terdengar begitu lega.
"Ya, ini aku, Karl." Jawab Eri dengan suara lirih sambil mencoba berdiri. Tetapi kaki kirinya langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh kembali. Eri berteriak kecil merasakan dinginnya salju di sekujur tubuhnya yang terluka.
"Eri, kau tidak apa-apa?" Karl bertanya
Eri tidak menjawab, menghela nafas berat. Diliriknya kaki kirinya. Celananya berlumuran darah tetapi Eri yakin tidak ada luka parah di kakinya. Mungkin terkilir, tapi entahlah. Eri tidak dapat memastikannya. Ia pun akhirnya merangkak ke tempat Karl yang tidak jauh.
"Eri? Jawablah." Karl terdengar panik.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Eri sambil meletakkan tangannya di atas tangan Karl.
"Syukurlah kalau begitu."
"Karl, kau sendiri bagaimana?"
"Hah.... Entahlah, seluruh tubuhku kesakitan dan tidak bertenaga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Snow
RomanceKetika salju turun menyelimuti bumi, itulah saat aku akan selalu mengingatmu. Janji bohongmu yang selalu kuterima dengan bodohnya. Janji keabadian yang telah berakhir bahkan sebelum dimulai.