"Karl, kamu memang aneh malam ini. Biasanya kamu tidak akan bertanya tentang hal seperti itu." Eri berkomentar bercanda.
"Begitu ya. Kurasa aku memang tidak romantis orangnya." aku Karl sambil menggaruk hidungnya. Di bibirnya tersinggung senyum tipis seolah malu-malu. Eri merasa aneh dan berbalik melihat Karl di sebelahnya. Semua keragua-raguannya balik lagi.
"Karl, kamu ingat kencan terakhir kita ?" tanya Eri dengan serius. Seketika ekspresi Karl membeku. Matanya melebar menunjukkan bahwa ia kaget. Mulutnya membuka menutup tak tahu menjawab apa. Ia juga tak berani menatap Eri. Rasa takut mulai merasuki Eri. Rasa dingin meliputi seluruh tubuhnya. Ujung-ujung jarinya terasa membeku.
Karl menurun kepalanya dan menatap ujung kakinya sejenak. Lalu dibalasnya tatapan Eri. Di mata itu terlihat begitu banyak emosi tetapi Eri menangkap rasa pasrah dan keenggangan yang begitu kuat. Mulut Karl membuka, bersiap mengatakan sesuatu. Eri langsung memotong.
"Tidak," kata itu terlontar begitu saja. "Tidak, jangan bilang apa pun."
Eri menutup matanya dan menundukkan kepala. Ditutupnya telinganya dengan kedua tangannya yang sedingin es. Terdengar Karl memanggil namanya tapi tak digubrisnya. Suara itu terdengar begitu lemah. Ia betul-betul tidak ingin mendengar apa pun.
"Siapa di sana !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Snow
RomanceKetika salju turun menyelimuti bumi, itulah saat aku akan selalu mengingatmu. Janji bohongmu yang selalu kuterima dengan bodohnya. Janji keabadian yang telah berakhir bahkan sebelum dimulai.