12

1 0 0
                                    


"Dan hari ini aku ingin menambah satu kebahagiaan."

Karl merapikan posisi berlututnya. Ia juga menegakkan lagi punggung Eri. Air mata Eri masih mengalir tetapi dia sudah lebih tenang. Karl mencium sudut mata Eri dan menatap matanya dengan sungguh-sungguh. Diambilnya tangan kanan Eri dan ia pun berucap dengan sungguh-sungguh,

"Eri, maukah kau menikah denganku?"

Tangan kiri Eri menutup mulutnya untuk menahan suara isakan yang memberontak keluar dari tenggorokannya. Air mata kembali mengalir deras di kedua pipinya. Eri tak tahu apa yang harus dijawabnya. Kata-kata itu adalah janji keabadian yang diucapkan untuk selalu bersama. Tetapi Karl tidak. Dia tidak lagi bersamanya. Terasa sebuah tangan menghapus air matanya. Eri membuka matanya. Karl menatapnya dengan penuh pengertian.

Eri tahu apapun jawabannya, Karl tidak akan menyalahkannya. Dan Karl akan tetap pergi meninggalkannya saat fajar mulai bersinar. Senyum perlahan melengkung di bibir Eri. Eri telah lama tahu jawaban pertanyaan itu. Dan ia percaya, meski keadaan telah berubah begitu cepat, tetapi jawaban hatinya tetap sama. Meski Karl dan Eri berubah seiring waktu, tetapi jawaban ini tidak akan berubah. Maka Eri pun menjawab.

Last SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang