"Berhenti!" Teriak Eri tiba-tiba. Karl yang daritadi menutup mata langsung melihat Eri. Ia begitu tenggelam dalam kenangan itu hingga tidak menyadari Eri yang makin ketakutan. Eri sendiri masih duduk di pinggir kolam. Tetapi punggung membungkuk begitu dalam hingga kepalanya hampir menyentuh lututnya. Tangannya menutup telinga dan seluruh tubuhnya gemetar. Karl segera berlutut di depan Eri dan memanggilnya.
"Eri,"
"Tidak," tolak Eri. "Tolong, jangan lanjutkan. Kumohon." Air mata jatuh lagi ke lutut Eri yang sudah basah. Karl hanya menarik Eri ke pelukannya.
"Maafkan aku."
"Tidak, jangan. Kumohon. Kamu masih di sini. Bilang kalau semua ini bohong."
"Maafkan aku, Eri. Aku tidak bisa." bisik Karl lirih.
"Mengapa? Mengapa? Kamu ada di sini. Aku bisa melihatmu, mendengarmu, menyentuhmu. Kumohon, jangan."
Eri terisak-isak dalam pelukan Karl. Tangannya melingkar di leher dan pundak Karl, begitu kuat seolah takut Karl akan lenyap begitu saja. Karl sendiri menyandarkan kepalanya ke Eri, juga merasakan kesedihannya. Lalu mulai berbisik lagi,
"Eri, semua sudah terjadi, takkan bisa diubah lagi." Eri hanya menggelengkan kepalanya dan mengeratkan tangannya. Karl tiba-tiba melepaskan pelukannya. Ditakupnya wajah Eri di kedua tangannya. Kedua tangan itu begitu dingin, sedingin es yang membekukan hatinya.
"Eri, maafkan aku. Waktuku hanya sampai pagi. Dan masih ada hal yang ingin kulakukan. Aku betul-betul menyesal tidak dapat melakukan ini saat kita kencan. Dan sepertinya cincinnya tinggal lagi.
"Tetapi aku lebih menyesal tidak dapat bersamamu lagi, mendengar tawamu lagi, menjadi batu sandaranmu, menemanimu melewati malam, menyambut pagi denganmu. Aku jatuh cinta padamu sejak kita bertemu. Aku ini sulit mengungkapkan perasaanku, tetapi kamu selalu mengerti aku dan selalu ada di dekatku. Aku bahagia saat bertemu denganmu, saat kau menerima cintaku dan saat kita bersama. Dan hari ini aku ingin menambah satu kebahagiaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Snow
RomanceKetika salju turun menyelimuti bumi, itulah saat aku akan selalu mengingatmu. Janji bohongmu yang selalu kuterima dengan bodohnya. Janji keabadian yang telah berakhir bahkan sebelum dimulai.