Kesadaran Eri terkumpul sedikit demi sedikit. Pikiran pertama yang muncul adalah kesadaran bahwa dia masih hidup. Perlahan, Eri pun mulai membuka matanya. Kali ini bukan gelap yang menyapa, tetapi warna putih yang begitu bersih. Pikirannya perlahan mencerna penyadaran ini.
"Eri? Kau sudah sadar?" Eri menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang ibu tua yang terlihat lelah menatapnya dengan penuh kecemasan. Eri tersenyum sebelum menjawab.
"Ibu."
"Puji Tuhan. Syukurlah, Anakku. Kau sudah sadar." ucap Ibu sambil menangis, memeluk erat Eri. Eri membalas pelukan itu. Kedua tangannya terasa berat. Terlihat infus yang tertancap di punggung tangannya. Juga goresan-goresan samar di sepanjang tangannya. Eri juga mendengar suara pintu yang dibuka dengan hati-hati. Orang yang baru masuk itu langsung terdiam saat ingin mengatakan sesuatu karena melihat pemandangan di kasur itu. Eri juga menyapanya.
"Hai, Kak." Suara lain juga berbicara dengan Kakak.
"Lis, mengapa tiba-tiba berhenti?" Ternyata Ayah, Kakak Ipar dan keluarga Paman yang datang menjenguk. Mereka terkejut melihat Eri yang tersadar. Eri hanya sempat tersenyum sebelum suasana menjadi gaduh. Ada yang menyuruh memanggil dokter yang disusul seseorang berlari keluar, ada yang menangis di tempat, ada yang berpelukan, dan ada juga yang langsung lari ke tempat tidur Eri. Mereka bertanya bagaimana rasanya, apakah ada yang sakit atau tidak nyaman. Eri hanya bisa terdiam dengan senyuman yang sama dengan tadi.
Dokter segera masuk bersama suster yang langsung menenangkan keadaan. Semua orang kecuali Ayah dan Ibu diusir keluar dari ruangan yang sempit itu. Setelah selesai diperiksa, Ayah keluar untuk memberitahu yang lain. Paman sekeluarga pamit pulang mendengar Eri masih butuh istirahat dan berjanji menjenguk lagi. Kakak pulang dulu setelah semalaman menjaga Eri sedangkan Kakak Ipar juga berangkat kerja setelah mengantar istrinya.
Eri sendiri tertidur lagi hingga sore. Kemudian ibunya memarahinya karena kabur dari rumah sakit dua hari yang lalu. Saat tengah berbicara dengan ibunya, terdengar ketukan di pintu. Ibu pun beranjak dan membukakan pintu. Terdengar tegur sapa yang disusul dengan langkah kaki masuk. Kedua orang tua Karl tersenyum melihat Eri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Snow
RomanceKetika salju turun menyelimuti bumi, itulah saat aku akan selalu mengingatmu. Janji bohongmu yang selalu kuterima dengan bodohnya. Janji keabadian yang telah berakhir bahkan sebelum dimulai.