Kanya's POV
Hari ini hari pertama gue masuk SMA Pusat dan tentunya 3 hari menjalani MOS. Bel berbunyi dan untungnya ngga se-nyebelin seperti di SMP. Oiya, gue satu sekolah lagi sama temen-temen deket gue tapi sayangnya ngga sekelas. Sedih tapi mau gimana lagi? Harus berusaha menyesuaikan diri. Gue turun ke lapangan buat baris dan tiba-tiba hp gue getar dan gue cek. Ternyata dari salah satu temen gue. Gue dengan spontan ketawa bacanya karena dia bilang dia sekelas sama gebetannya pas SD dulu.
"Heh lo! ketawa-ketawa sendiri" Bentak seseorang. Gue kaget dan nengok belakang. Ternyata itu kakak osis. Mampus gue.
Dia mendekat dan nyebelinnya keliatan banget.
"Saya?" Kata gue dengan nada sok polos.
"Iya elu siapa lagi. Sini hp nya!" Dia menyodorkan tangannya.
"Yah kak masih nunggu sms dari nyokap."
"Ntar gue balesin. Bilang anaknya main hp di hari pertama MOS."
"Ampun kak jangan" Gue memohon kepada dia.
"Ya sini hp nya. Nanti pas pulang gue balikin. Lo kelas X-1 kan? Gue mentor kelas lo."
"Yaudah deh kak. Nih." Gue dengan pasrahnya memberikan hp gue.
"Udah, baris yang bener sana."Gue akhirnya baris di paling belakang. Tradisi dari dulu gara-gara tinggi. Mentor cowok yang tadi masih dibelakang gue. Hmm mungkin dia ngotak-ngatik hp gue. Ah biarin lah gaada yang aneh gini.
Beberapa menit berlalu, Pak Kepala Sekolah memberi sambutan untuk anak-anak baru. Karena udah bosen sama omongan dia, gue menatap langit dan bertanya 'kapan ya selesainya?'. Di belakang gue terdengar suara bisik-bisik tapi cukup terdengar untuk gue. Karena penasaran, gue nengok ke belakang.
Disaat itu pun, gue bisa merasakan jantung gue berhenti sejenak.
TERNYATA ITU SAHABAT GUE PAS SD.Dia tambah ganteng Ya Tuhan. Pas gue liatin, ternyata dia ngga baris di barisan gue berarti kita ngga sekelas. Gue pun langsung kecewa dan mengalihkan perhatian gue ke Pak Kepala Sekolah. Gue perhatiin, peci dia miring. Mungkin karena dia keasikan ngomong sambil ngangguk-ngangguk dari tadi.
"Jatoh,jatoh,jatoh," Gue berbisik dalam hati. Tiba-tiba angin lewat dan menjatuhkan peci nya. Murid-murid langsung tertawaa dan cepat-cepat menutup kembali mulutnya. Tiba-tiba ada yang nyolek bahu gue. Nih kakak osis mau apa lagi sih? Gue menghiraukan dia.
"Eh kenapa deh?" Tanya dia sambil nyolek bahu gue lagi.
"Itu tadi peci bapaknya jatoh dan dia botak." Kata gue yang masih geli.
"Hah serius? Hahaha." Suara dia kok berubah ya? Jadi lebih keren gimana gitu. Gue nengok ke samping dan lutut gue langsung lemes. Gak percaya dengan apa yang sedang gue lihat.
DIA.
DIA GEBETAN 3 TAHUN GUE YANG NGGA KESAMPEAN.Badan dia yang posturnya lebih tinggi dari gue, putih, sipit tapi unyu dan sekalinya dia natap orang tuh bener-bener bikin melting. Gue dari pertama kali ngeliat dia udah addicted sama betisnya. Rambutnya lurus hitam dengan bagian depannya sedikit turun di dahi.
INI BENERAN KAN DIA?!
Saking ngga percaya nya, gue selalu curi-curi pandang untuk memastikan bahwa itu emang dia atau bukan.
"Eh, lo bukannya anak SMP Nusantara ya? Kok gue rasanya sering liat lo deh." kata-kata itu pun keluar dari mulutnya dan gue pengen banget ngeluarin semua rasa kebahagiaan ini. Tapi yang terjadi, gue langsung gugup kehabisan kata-kata. Dia ngomong sama gue. Di dunia nyata dan tidak lagi di imajinasi dan mimpi-mimpi gue.
Dia tau gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
HumorHidup itu penuh kesedihan dan kesenangan, tapi hidup gue kayaknya gaada diantara kedua itu. Di masa SMA gue ini, gue pikir hidup gue bakal biasa kayak kehidupan SMP gue. Tapi, takdir mengatakan lain. Gue ketemu first love yang akhirnya mengenal gue...