Kanya's POV
Gue dengan nada sok kalem jawab, "Iya,lo anak basket juga bukan?"
"Iya.nama lo.. " Gue menunggu dia mikir dan rasanya jantung ini mau copot. "..Kanya bukan? jersey 90?"
Gue bisa merasakan tangan gue mulai gemetaran.
"HEH LO LAGI! Baru masuk aja udah modus!" Tegur kakak osis itu pas banget di kuping gue.
"Engga kak astaga..maaf" Kata Akbar ke kak mentor dan dia pergi.
"Dia bacot banget dah" Lanjut Akbar.
"Banget woy. Masa hp gue disita."
"Hah iya? Gua tadi diomelin gara-gara telat, terus dijewer pula! Sialan."
"Duh yang sabar ya." Kata gue.
"Haha iya lo juga." Kata dia dengan senyumannya itu. Lalu kita lanjut mengobrol tentang hal yang gak penting sampai selesai upacara.
Pak Kepsek selesai ngomong dan balon pun di lepaskan. Kakak-kakak Osis menggiring kita semua ke kelas. Sampai di kelas, gue langsung duduk di tempat yang sayangnya di depan meja guru. Akbar masih bingung nyari tempat sedangkan semuanya udah di tempatin kecuali di samping gue.
"Akbar,sini aja." Panggil gue. Tentunya mencoba untuk tenang.
"Itu kosong?" Kata dia sambil jalan kearah gue dan gue mengangguk.
"Oh yaudah gua sini ya" Dia duduk di samping gue lalu mulai sibuk dengan Hpnya. Setelah semuanya rapi di tempat, ketiga kakak osis memperkenalkan diri.2 cowok,1 cewek dan gue sekarang tau nama mentor yang nyebelin tadi.
Raihan.
Itu nama orang yang pertama kali gue suka dan seperti orang-orang bilang, first love.
Tapi pas gue coba inget mukanya,kenapa mirip banget sama kak Raihan yang ini? Hidung nya mancung, matanya sipit, rahang dan tulang pipinya kelihatan banget. Postur tubuhnya tinggi tapi tidak melebihi gue. Duh apaansih? Gue langsung menjauhkan pikiran itu karena itu bikin gue muak.
"Sekarang giliran lo semua yang perkenalan. Sebutin nama,asal sekolah dan hobi." Kata kak Osis yang cewek yang kalo ngga salah namanya Tiara. Semoga aja bukan gue duluan. Gue lega pas ternyata yang dipanggil itu cewek yang duduk di barisan paling belakang.
"Nama Saya Alara Fauzia,dari SMP Elang. Hobi berolahraga." Kata dia dengan percaya diri.
Kakak osis yang badannya agak besar bertanya dengan nada songong,"Berat lo berapa?"
"55 kak." jawab dia.
"Gabeda jauh lah." Lalu dia di toyol kak Raihan.
"Sekarang gue mau panggil 2 orang yang tadi berisik pas upacara." Gue dan Akbar langsung kaget pas kak Raihan ngomong itu.
"Oy berdiri lo." kata Kak Raihan sambil natap kita. "Ladies first deh" lanjutnya.
"Saya Kanya Dania,SMP Nusantara, hobi main basket." Gue langsung menyenggol Akbar supaya dia langsung ngomong tanpa gue di komentarin.
"Nama Saya Akbar Wibowo, dari SMP Pusat, hobi saya main basket." Lalu sekelas langsung paduan suara 'cie'.
"Oalah pantesan aja lo berdua tadi langsung nyantol." kata Raihan. Gue bisa merasakan pipi ini memanas.
"Sshh udah-udah lanjut" kata Kak Tiara.Hari ini berjalan seperti layaknya hari MOS pertama. Perkenalan, keliling sekolah, dan lainnya. Pas jalan sesuai grup, gue kepisah sama yang lainnya. Alhasil gue malah diomelin satpam. Dikira gue penyusup gara-gara pake seragam sekolah lain padahal emang lagi ada MOS kan? Haduh. Gak masuk akal..
Tiba-tiba ada yang narik rambut gue dan gue langsung menyangka itu adalah senior yang serem
"Ampun kak! Ampun!!" Kata gue dengan setengah teriak. Gamau sampe kedengeran yang lain karena ini memalukan.
"Gak usah lebay elah lo." Suara yang sangat familiar di kuping gue.Pas gue nengok, ternyata bener.
"Yah lo lagi." Kata gue dengan tidak sengaja.
"Ye songong. Gue kesini buat jemput lo, tau gak? Jangan misah dari grup dong! Bikin repot aja dah lu" kata Raihan.
"Siapa suruh sih nyariin?" Gue menahan kata-kata itu di dalam hati karena ngga mau denger omelan dia lagi. Gue minta maaf dan dia langsung narik tangan gue dan membawa gue ke lab komputer.
"Lo tadi kemana aja sih? Perasaan tadi lagi ngobrol sama lo eh tiba-tiba malah ilang." kata Akbar
"Cie nyariin.Gitu aja udah panik." Gue langsung deg-degan setelah ngomong itu.
"Hahaha pengen banget kali." Kata dia sambil balik badan tapi gue bisa lihat senyumannya yang tulus itu. 2 jam berlalu dan waktunya istirahat.
"Nya, jajan yuk." Ajak Akbar.
"Gak deh, gue bawa bekel hehe."
"AKBAAAAR!" Kita sama-sama nengok ke arah pintu kelas dan ada cowok yang pake seragam sama seperti dia.
"Broo! Jajan yuk." Ajak temannya.
"Iya gua juga mau turun nih. Nya, gue turun dulu yak."
"Oke." Akhirnya gue makan bekal sendirian. Gak lama,ada yang nyamperin gue. Kalo ngga salah namanya tadi Arala.
"Eh ada juga yang bawa bekal." Ucapnya.
"Iya haha. Lo juga?"
"Nih," Dia memperlihatkan tempat makan yang isinya salad.
"Astaga sehat banget sih mba."
"Iya nih menjaga berat badan." Ini orang nyindir atau gimana?
"Gue duduk disini boleh gak?" Tanya dia.
"Boleh kok."
"Lo Kanya kan?"
"Iyaa,lo Arala?"
"Alara" kata dia dengan tetap tersenyum.
"Oiya maaf"
"Iya gapapa kok" Dia tersenyum dan kita pun makan bekel sambil ngobrol-ngobrol, mengenalkan diri. Ditengah Alara lagi ngomongin adek sepupu dia, Akbar dateng.
"Lah cepet banget." Kata gue.
"Di bawah rame banget." Kata Akbar sambil membuka tempat makan sterofom nya dan duduk di meja samping Alara.
"Rame atau pengen cepet-cepet nemenin Kanya?" sindir Alara.
"Ha apaan deh lo? Gak jelas." Kata Akbar dengan muka jutek tapi masih dengan nada bercanda.
"Eh iya Nya, lo tadi pas balik ke lab komputer kok gandengan sama kak Raihan?" Tanya Akbar.
"Yeelah gausah cemburu gitu dong." Kata Alara. Sumpah nih anak maunya apa.
"Heh jadi orang jangan sok tau mulu." Respon Akbar.
"Berisik lo berdua. Tadi itu gue ditarik sama dia, bukan gandengan."
"Oh kirain" "oalaah" Ucap mereka barengan dan setelah itu semua kembali normal.
Pulang sekolah, gue menunggu abang gue jemput sambil melihat orang-orang sekitar.
"Yah lo lagi. Belom dijemput?" Kata Raihan yang tiba-tiba muncul entah darimana.
"Belum kak" Jawab gue tanpa melihat dia.Satu hari aja gue udah males sama dia. Gimana 2 tahun kedepan?
"Nungguin siapa lo?" Tanya dia.
"Orang."
"Gausah jutek juga kali." Salah sendiri.
"Eh yuk pulang" Tiba-tiba abang gue muncul. Abang gue dan Raihan saling liat-liatan.
"EH LO— PUTRAA!" Sapa Raihan, lalu mereka tos ala cowok."Songong abis lo! Modusin adek gue pula!"
"Hah?! Dia adek lo? Gila beda banget." Kata Raihan dengan kaget sambil bola-balik memperhatikan gue dan abang gue.
"Maksud lo?"
"Adek lo cantik, nah elu? Apaan? "
"Rese lo! Hahaha ya udah yuk Nya pulang." Gue cuma bisa ketawa. Mau seneng gara-gara abang gue di jelekin atau awkward karena mereka berdua deket.
"Eh tunggu. Balikin hp gue." Pinta gue dengan tegas ke Raihan.
"Minta baik-baik dong." Kata dia dan rasanya pengen gue tendang.
"Lah kok hp lo di dia, Nya?" Tanya Abang gue.
"Tau nih orang! Balikin elah."
"Iya dek." Raihan tertawa dan membuka ransel nya.
"Jijik lo ah! Jangan modus depan gue dong." Ekspresi abang langsung gaenak.Raihan mengembalikkan hp gue dan Bang Putra pamit sama dia. Gue menarik tangan abang gue tapi gue malah menabrak orang. Inilah kebiasaan gue yaitu ceroboh.
"Eh Kanya,belom balik?" Ternyata itu Akbar.
"Iya ini baru mau hehe, duluan ya." Tiba-tiba dia malah narik tangan gue dan abang gue hampir jatuh.
"HEH, MEGANG-MEGANG!" Abang gue bentak. Duh malu-maluin banget ini..
"Ini siapa lo, Nya?" Tanya Akbar dengan ekpresinya yang polos.
"Ini abang gue....." Gue menunduk.
"Ooh! Maaf kak, maaf banget ngga sengaja.." Kata dia panic. Lucu juga dia.
"Iye iye haha."
"Besok itu ada tugas gak?" Tanya Akbar sebelum gue pergi.
"Gatau, tapi disuruh bikin kelompok masing-masing 2 orang tapi gue juga belom nentuin."
"Ohh gitu, yaudah sama gue aja." Lalu gue mulai deg-degan lagi. Dia ngomong minta sekelompok dan ada abang gue berdiri di samping gue dengan mencoba menutupi senyum yang mulai muncul di mukanya. Ini memalukan.
"Kanya?" Panggil Akbar dan gue tersadar lagi dari pikiran gue.
"Iya?"
"Mau ngga sama gue?" Astaga Akbar, gue bakal mau sama lo dalam hal apapun.
"Ohh yaudah. Gue duluan ya, bye!." Gue melambaikan tangan kiri gue ke dia dan di tangan kanan, gue menarik pergelangan tangan abang. Ketika gue udah sampai di mobil abang gue, dia langsung nyeletuk, "Baru juga hari pertama, lo udah dapet 2 cowok. Hebat juga adek gue ini."
"Dih apaan deh lo."
"Cerita lah cerita." Goda dia sambil nyolek pipi gue.
"Kepo."
"Mending Raihan atau— siapa tuh temen lo yang barusan?"
"Akbar?"
"Nah iyaa. Yang mana nih gebetannya?" Kata dia dengan senyum bodohnya itu.
"Yang pasti bukan Raihan"
"Cie, Akbar?"
"Kalo Zayn Malik aja boleh?"
"Serah dah." Bang Putra pun pasrah dan akhirnya mulai menyetir kita pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
HumorHidup itu penuh kesedihan dan kesenangan, tapi hidup gue kayaknya gaada diantara kedua itu. Di masa SMA gue ini, gue pikir hidup gue bakal biasa kayak kehidupan SMP gue. Tapi, takdir mengatakan lain. Gue ketemu first love yang akhirnya mengenal gue...