Kanya's POV
Seminggu udah berlalu dan gue lagi pusing pusingnya ngerjain LKS Matematika berisi 120 soal. Pak Bambang emang gila. Waktu masih jam enam kurang lima menit dan baru ada gue di kelas ini. Teman-teman yang melewati kelas ini pun pasti tau yang disini gue karena suara keluhan gue sangat familiar.
Biasanya gue udah selesai ngerjain tugas MTK ini tapi Akbar sibuk banget untuk bantuin gue. Hari ini sampe tiga hari kedepan, dia gamasuk karena keluar kota bersama anak-anak OSN lainnya untuk lomba.
Betapa kangennya gue sama dia.
Gue menyuruh Dania duduk sama gue lagi dan berbagi derita akan Matematika.
"Bl minggu ini apa Nya?" Tanya Dania, mengingatkan gue
"Oiya, belum gue liat!" Gue membuka tas gue dan mengambil secarik kertas yang tadi gue ambil tapi gak sempet diliat karena buru-buru.Ngeprank yang ngegebet Kanya
Dania ketawa pas baca kertas yang gue pegang.
"Duh Alara ini pasti," Kata gue setelah melihat tulisan khas temen gue yang satu itu. "Eh masalahnya..emang yang ngegebet gue siapa?"
"Hahah sok banget sih,Nya. Pasha tuh!!" Ucap Dania dengan nada semangat.
"Seneng banget lu, Dan?"
"Hahah masih dendam gu-" Dania tiab-tiba diem.
"Dendam apaan?" Tanya gue sambil mancing supaya dia cerita.
"Hah? Gue bilang apa?" Tanya Dania balik dengan tampang sok bloon-nya.
"Ada apa lo sama Pasha dulu yang gak gue ketahui, Dan?" Tanya gue sambil mengangkat sebelah alis.
Dania menghembuskan nafasnya dan memandang ke seisi kelas sebelum berkata, "Gue dulu suka..banget"Sekaget itu gue sampe rasanya jantung gue jatuh ke perut.
"Trus??" Tanya gue makin penasaran, sekaligus jadi merasa bersalah karena tau kalau Dania dulu suka sama Pasha, dan mungkin aja sampe sekarang masih ada perasaan yang dia simpan.
"Yaa, gimana ya? Kita deket terus pas perpisahan..dia bilang kalau selama itu dia juga suka sama gue"
"Anjir?! Ngomongnya gimana Daniaa?" Tanya gue sambil memegang kedua tangan dia.
"Kepo nih yaa"
"Ah serius Dann.."
"Kalo gasalah, dia ngomongnya gini, 'gue suka sama lo,Dan. Tapi gue ngomong gini bukan maksud mau ajak pacaran..tapi gue aja bingung perasaan gue mau di apain.' Maunya apa coba?" Kata Dania.
"Yaampuun," gue prihatin.. "Terus?"
"Gue..gue peluk"Okay. Cukup gue mendengar sampai sini. Gak kerasa bel masuk pun berbunyi. Pak Bambang masuk dengan raut muka yang sepertinya menandakan kalau dia sedang badmood. Udahlah pelajaran yang dia ajarin matematika, lagi badmood lagi. Gue sama Dania hanya bisa pasrah dengan situasi kali ini karena ngga ngerti apa-apa yang di ajarin sama Pak Bambang.
Gue selama hari Selasa sampai Kamis merencanakan apa yang bakal kita lakuin buat ngerjain Pasha. Semoga saja, rencana buat ngerjain dia berhasil. Gue dan Akbar selama 4 hari ini selalu telfonan tiap malem, katanya sih 'kangen' tapi gue tahu pasti yang dia maksud cuma kangen sebagai temen. Meyedihkan memang kehidupan SMA gue.
Oke, ralat. Kehidupan cinta gue.
Hari Jumat pun tiba dan rencana gue dengan Dania sudah di persiapkan matang-matang. Selama gue basket sampai jam 5 sore, Dania sibuk dengan teman-teman OSISnya. Gue dan Pasha pun selama basket sibuk bercanda dan kita selalu kena teguran coach yang akhirnya malah menghukum kita untuk lari 8 puteran. Seru sih kadang-kadang ngga ada Akbar jadinya ngga ada yang sibuk ngomelin gue kalo deket-deket sama cowok lain.
Selesai kita di hukum, Alara dan teman-teman gue lainnya udah ganti baju dan siap-siap but pulang. Lalu gue memberanikan diri untuk ngomong sama Pasha.
"Pash, boleh ngomong sebentar ngga?"
"Boleh, kenapa Nya?" Aduh coba lo bukan siapa-siapa Dania. Udah gue gebet dari dulu.
"Malam minggu besok lo ada acara ngga?" Kata gue sedikit merasa bersalah.
"Ngga ada, kenapa Nya?"
"Mau jalan bareng ngga?" Tanya gue sedikit tegang; takut ditolak.
"Ohh boleh-boleh, kemana?"
"Ke mall platinum aja? Nonton sekalian mau ngga?"
"Haha ayuk, ketemuan disana aja gimana?" Kata dia.
"Oke oke, nanti gue kasih tahu lagi yaa." Jawab gue lalu pamit pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
HumorHidup itu penuh kesedihan dan kesenangan, tapi hidup gue kayaknya gaada diantara kedua itu. Di masa SMA gue ini, gue pikir hidup gue bakal biasa kayak kehidupan SMP gue. Tapi, takdir mengatakan lain. Gue ketemu first love yang akhirnya mengenal gue...