Part 4 - Sweet Friends

8 1 0
                                    

Setelah pergi meninggalkan rumah kurang lebih selama 1/5 jam. Aku dan Indie akhirnya sampai pekarangan rumah. Yap, kami baru sampai dari perjalanan kami.

Saat ku hendak membuka pintu, seperti ada yang menahannya. Tapi mungkin itu terkunci. Saat hendak mengambil hp di tas dan...

"SUPRISEEE!!! HAPPY BIRTHDAY TO YOUUU, HAPPY BIRTHDAY TO YOUUU,"

Aku terkejut ketika melihat Rafa, Leon, Elena, Lilo, Dirha, serta Grace. Dan ternyata Indie sudah merekam momen itu sedari tadi tanpa ku sadari.

"TIUP LILINNYA, TIUP LILINNYA. TIUP LILINNYA SEKARANG JUGA, SEKARANG JUGAAA, SEKARANG JUGAA!"

"Hufffsss," tiupan ku terhadap lilin sontak membuat hatiku pun senang.

Hari ini aku menginjak usia 18 tahun dan ternyata mereka semua menyiapkan suprise ini untukku. Betapa bahagianya aku memiliki teman seperti mereka. Teristimewa, untu Rafa hadir di sana. Pantas saja biasanya dia mengucapkan tengah malam. Tapi tidak dengan tahun ini, ternyata dia sengaja.

"Gimana, keren kan kita?" tanya Lilo kepadaku.

"Gimana engga keren, yang ulang tahun aja lebih keren Lil," ucapku sembari tertawa diikuti dengan tawa yang lainnya.

Lalu seketika ada yang menutup mataku. Sepertinya aku kenal dengan sentuhan tangannya. Seperti tangan Rafa. Dan aku mencoba meraba tangannya, jam nya terpasang di sebelah kanan dan bentuknya mirip dengan jam Rafa. Siapa lagi kalau bukan dia. Tapi, tidak sebentar ia menutup mataku, dan tiba-tiba semuanya hening. Apakah ini kejutan lagi? Apakah mereka ingin ngerjain? Ah, sudahlah tunggu saja.

"Siap?" tanya seseorang, tapi aku pun ragu itu suara siapa.

"Siap," mereka semua menjawab dan Rafa juga melepaskan tangannya dari mataku.

"AYAAHHH!!!" teriakku bahagia saat melihat ayah telah berdiri didepan ku bersama ibu dan adikku, Lero dibelakangnya.

"Selamat ulang tahun, nak," suara ayah yang aku rindukan selama ini akhirnya terdengar dengan jelas disini. Selain dari telfon.

"Terimakasih ayah," aku langsung memeluk ayah. Semua rinduku hari ini terbayar habis akan kedatangan ayah yang selama ini sangat kunantikan kehadirannya.

"Tapi, kok ayah bisa pulang?" tanyaku dan pelukan ku terlepas. Memasang wajah heran pada ayah.

"Ini semua berkat ayah Leon, Ra. Ayah dipindahkan tugas. Terimakasih ya Leon," ayah berkata sambil melihat ke arah Leon. Ia hanya membalas dengan ancungan jempol serta senyuman yang lumayan manis, menurutku.

Masih dengan tampang terkejut. Bagaimana bisa ayah Leon memindahkan tugas ayah cepat ke Indonesia? Menyusun strategi pindah waktu itu saja ayah sudah kewalahan. Apa alasan sebenarnya? Aku penasaran. Pokoknya, sehabis ini aku hendak berbicara empat mata pada Leon. Aku tidak enak padanya dan ayahnya.

Akhirnya kami pun merayakan ulang tahunku. Makan, mengobrol, serta bernyanyi bersama. Mereka adalah teman-teman terbaikku selama di bangku SMA ini. Walau kami berbeda kelas, kami selalu dekat.

"Terimakasih banyak ya!" ujarku kepada mereka semua.

"Iya, Ra. Sama-sama," semuanya menjawab, adapula yang mengangguk sambil mengunyah kue. Serta Leon yang hanya memberi jempol dan senyum khas nya.

"Btw, kamu mau kuliah dimana Ra?" tanya Elena.

"Duh belum tau nih, kalo bisa sih dapet universitas negeri ya. Kalo kamu Len?"

"Hmm, aku sih kayaknya lanjut univ Abdelta aja," ucap Elena sambil mengernyitkan dahinya.

Oh iya, Abdelta itu nama sekolahan ku juga. Jadi sekolahan ku itu ada dari smp-sma-universitas. Enak kan? Bahkan sesudah universitas, rencananya lagi di proses kantor untuk melanjutkan kerja. Setidaknya lulusan yang ingin langsung kerja kantoran bisa langsung masuk ke perusahaan Abdelta.

Let him goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang