Belakangan ini aku merasa ada yang aneh dengan semuanya. Pertama, tumben sekali Elena meminta bantuanku. Kedua, aku sedikit lost contact dengan Rafa. Tapi, yang kedua memang sering terjadi hahaha.
Hari ini aku akan menyerahkan tugas Elena yang sudah kuselesaikan. Semoga hasilnya memuaskan. Setidaknya nilai Elena tuntas. Begitu pikirku karena aku yang telah mengerjakannya dengan sedikit bermalas. Kupikir Elena akan menyetujuinya, dan dosen demikian.
Seperti biasa sambil menunggu kelas pagi dimulai, aku melanjutkan menulis makalah di cafe kampus. Tiba-tiba ada yang menghampiriku, ternyata Alex. Dia menyapaku.
"Eh, Kei. Udah lama disini?"
"Hm, Alex, lumayan. Tumben kesini," ucapku membuat wajah Alex seperti dicurigai olehku.
"Yaa, Indie ngasih tau aku disini nyaman kalo untuk nongkrong-nongkrong sambil ngerjain tugas."
"Ohh, dia. Aku sering cerita-cerita sama dia."
"Kayaknya aku ketahuan lagi deh," ucap Alex sambil tertawa kecil. "Maaf ya, Kei. Enggak bermaksud."
"Biasa aja lah, Lex. Aku minta maaf kemaren aku emang yaa kayak kecewa sama kamu dan Indie. Tapi, aku sadar Indie ngelakuin ini juga ada maksud baik."
Lalu kami berdua menghabiskan waktu bersama di cafe kampus. Sudah waktunya masuk kelas, aku berpamitan duluan dengan Alex.
"Aku duluan ya, kelas udah mau mulai," ucapku seraya berdiri hendak membayar ke kasir.
"Eh, iya Kei. Kali ini aku lah yang teraktir masa kamu terus."
"Hahaha, inget aja kamu," ucapku sambil tersenyum ke arah Alex. "Kalo gitu, aku duluan ya."
"Iya Kei, hati-hati," Alex melambaikan tangan kearahku yang sudah berjalan meninggalkan cafe.
Sesudah kelas pagi selesai, aku melanjutkan tugas ke perpustakaan kampus. Disana Elena sudah menungguku. Akhirnya, selesai sudah tugasku.
"Maaf, lama ya aku. Ini tugas kamu," ucapku seraya memberikan tugas Elena.
"Enggak kok, makasih banyak ya Keira. Aduh, jadi enggak enak aku."
"Biasa aja kok, sebelum ngumpul di cek aja dulu ya," ucapku sambil melihat ke arah Elena.
"Iya Kei, aku udah yakin sama kamu. Oh iya, kamu sama Rafa belakangan ini jarang ketemu ya?" pertanyaan Elena langsung membuat ekspresi di wajahku berubah.
"Hmm, dia juga lagi sibuk. Aku juga sibuk nugas, hehee," jawabku dihiasi tertawa kecil yang sebenarnya sedikit menyakitkan hati.
Tumben Elena menanyakan hal seperti ini. Apakah ia ingin bilang bila ia sering bersama Rafa ketimbang aku? Hmm, mungkin perasaanku saja.
"Weeehhh, kalian!" tanpa melihat sosoknya saja aku sudah tau siapa dia.
"Lilo, bisa nggak sih nggak ngagetin?" omelku pada Lilo.
"Yaelahh, sorry..sorry. Eh, Elena."
Elena tersenyum kearah Lilo, "Enggak ada kelas Lo?" tanya Elena.
"Lagi enggak ada nih, makanya mau ajakin kalian makan siang. Kalo mau sih,"
"Ayoklah, aku belum makan nih," ucapku sambil merangkul Lilo.
"Hmm, kayaknya aku enggak deh. Ada kelas bentar lagi, kalian aja. Maaf yaa," ucap Elena.
Saat sudah keluar gedung kampus menuju tempat makan di seberang jalan, aku bertemu dengan Rafa. Dia melihatku dan Lilo. Lalu ia menghampiri kami yang baru hendak menyeberang jalan.
"Ehh, pada mau kemana?" tanya Rafa sambil menepuk pundak Lilo.
"Makan siang, Raf. Kamu mau ikut?" ucap Lilo pada Rafa. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk tanda setuju.
"Yaah, aku udah ada janji sama Elena makan siang bareng. Kalian duluan aja, nanti aku sama El nyusul ya."
Kata-kata Rafa membuatku diam seribu kata. Jadi, bagaimana bisa Elena bilang ia ada kelas sebentar lagi tapi Rafa bilang ia hendak makan siang dengan Elena. Sungguh mengejutkan. Semakin hari, aku semakin tidak mengenal lagi siapa Rafa sesungguhnya. Dan Elena juga, walau kami memang terbilang tidak begitu dekat. Seperti orang asing. Seperti kami baru kenal satu sama lain. Bahkan disaat itu, Rafa tidak sama sekali menyapaku. Sungguh, sebenarnya ini pengaruh siapa?
Lilo langsung merangkulku sambil tersenyum pada Rafa.
"Okeoke. Kita duluan ya," ucap Lilo lalu kami langsung menyeberang.
"Kei, kamu enggak kenapa-kenapa kan?" pertanyaan Lilo sesaat menyadarkanku dari lamunan di siang ini.
"Lah, emang kenapa Lo?" tanyaku balik dengan menutupi kekecewaanku dengan Rafa pada Lilo.
"Aneh aja, kamu udah sedeket itu sama Rafa. Dan yaa, kamu kenal baik sama Elena tapi dia ngebohongin kamu eh, kita maksudku."
"Ya udahlah, mungkin tadi Elena lupa kalo ada janji makan siang sama Rafa," jawabku seraya tersenyum lemah.
"Kei, kalo ada apa-apa cerita aja sama aku. Aku bisa jadi tempat curhat yang baik kok."
Aku tersenyum dan mengangguk pada Lilo. Dan memakan makanan ku dengan tidak bersemangat.
Andai saja, Lilo adalah Rafa saat ini. Mungkin membuatku sangat senang untuk momen seperti ini. Sungguh aku merindukan kami yang dulu. Yang selalu bersama hampir setiap waktu, tak kenal dunia luar yang sesungguhnya hanya mendatangkan orang baru. Namun aku berpikir jika kami terus bersama tidak baik juga. Tidak mengenal orang-orang baru. Bukannya bertemu orang baru itu ada menyenangkannya juga? Contoh saja, Alex. Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let him go
RomanceKeira, wanita yang bisa mengalah demi teman. Mengalah untuk kebaikan semua. Mengalah akan perasaan yang selama ini ia pendam. Rafa, yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada sahabat nya sendiri. Elena, yang...