Hari-hari berlalu dan ayah masih di rumah sakit. Rencananya hari ini seusai ngampus aku langsung ke rs. Bahkan beberapa hari belakangan aku nggak semangat, cepat lelah juga. Tugas ngampus yang menumpuk buat aku bener-bener pusing. Yaa emang sih sebentar lagi uas, tapi nggak gini juga...
"Kei!"
Tiba-tiba ada yang memanggilku dan aku kenal banget suaranya.
"Lilo! Kenapa?"
"hmm, hari ini ada lomba photography di kampus sebelah. Pengen kesana, kamu mau ikut nggak?"
"Jam berapa emang?"
"Abis makan siang, sekitar jam 2,"
"okee, nanti aku tunggu depan kantin aja ya,"
"oke."
Lalu Lilo pergi menuju ke kelasnya. Dan aku ke perpus seperti biasa. Ingin menyelesaikan tugas. Di perpus aku melihat wajah yang sangat nggak asing. Alex.
"Hai Lex," sapaku.
"eh Kei, sorry nggak ngabarin, gimana ayah kamu?"
"masih di rumah sakit nih, kamu kemana aja kemaren-kemaren?"
"aku abis dari kota sebelah jenguk Indie, Kei."
"Ohh, pantesan yaa absen ternyata,"
"hahaha, yaa gitu deh. Hari ini sih baru masuk lagi aku. Dan tugas numpuk." Jawab Alex seraya memegang punuknya.
"Mau aku bantu nggak?"
"hmm, kamu sibuk nggak?"
"malah balik nanyaa, enggak kok,"
"boleh deh, makasih Kei." ucap Alex sambil mengusap kepalaku.
Aku sadar aku banyak tugas, tapi apa salahnya aku nge bantu Alex, karena pas disaat aku sedih malah dia yang ada buatku.
Mana sih Lilo? Aku udah nunggu sekitar 10 menitan nggak juga nongol-nongol. Katanya sih lagi jalan kesini, tapi mana nggak keliatan juga batang idungnya. Tiba-tiba ponselku berdering, ada pesan masuk.
Lero
Kak, ke rs bisa sekarang?
Dari Lero, dan sontak aku kaget, aku takut ada apa-apa sama ayah. Akhirnya aku menelfon Lero dan dia bilang ibu mau aku kesana, ada yang ingin disampaikan. Lalu aku mengabari Lilo tentang keadaan dan langsung bergegas ke rs.
Sesampainya di rs, benar aja ibu dan Lero udah nungguin aku dateng. Lalu kami masuk ke ruang dokter. Awalnya aku masih lumayan tenang, tapi merasa panik secara bersamaan. Aku benar-benar takut akan keadaan yang sedang terjadi. Dimana dokter ingin memberikan informasi tentang keadaan ayah.
"Bapak selama ini ada mengeluh di sekitar dadanya sakit tidak?" akhirnya Dokter memecah keheningan.
"Nggak, Dok," jawab ibu seraya menggenggam tanganku.
"Saya rasa, bapak ngerasa sakit terkadang tapi nggak di bilang ya."
"Emang kenapa ya Dok?" tanyaku penasaran.
"Bapak mengalami sakit jantung, stadium 2."
"Loh, yang bener dok?" Lero kaget.
"Iya, makanya saya tanya dengan keluarga, apakah pernah mengeluh sakit yang aneh-aneh contohnya jantungnya berdebar nggak beraturan atau yang lainnya."
"Setahu kami nggak ada Dok, suami saya juga bukan tipe yang suka mengeluh dan ngasih tau ke saya. Mungkin saya yang kurang berjaga-jaga. Apa ada yang bisa di lakukan Dok? Saya dengar kalau sudah sakit jantung itu bisa mematikan."
"Iya ibu, saya juga berharap keluarga mulai sekarang berjaga-jaga demi kesehatan bapak. Banyak yang bisa di lakukan, jangan saja di kagetkan dengan hal apapun. Senang atau sedih karena itu bisa memacu sakit jantungnya. Dan pengobatan setiap bulannya."
"Baik Dokter terima kasih banyak," ucap ibu, dan aku yakin kalau ibu sudah membendung air mata di penghujung matanya"
"Baik sama-sama, kami akan melakukan yang terbaik sebisa kami."
Dan setelah saat itu, rasa takut mulai menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let him go
RomanceKeira, wanita yang bisa mengalah demi teman. Mengalah untuk kebaikan semua. Mengalah akan perasaan yang selama ini ia pendam. Rafa, yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada sahabat nya sendiri. Elena, yang...