Part 8 - Melewatkan Dia

4 1 0
                                    

Aku menguap dan melihat jendela yang dipenuhi sinar mentari pagi. Hari ini aku bertekad untuk jogging disekitar kompleks rumah. Biasanya aku jogging dengan Indie. Mungkin kali ini aku harus terbiasa sendiri. Indie, aku rindu kamu.

Sudah hampir satu jam berlalu aku berlari-lari kecil di sekitar kompleks. Di pertigaan gang, aku melihat seorang cewek yang kelihatan kebingungan mencari bantuan. Aku mendekatinya. Ternyata ban mobilnya pecah, aku bahkan tak tau apa yang harus dilakukan. Aku melihat-lihat sekitar ntah mungkin ada bengkel terdekat atau cowok yang mengerti masalah ban mobil. Tak lama kemudian ada satpam yang berjaga di kompleks mendatangi kami. Ia langsung menelfon untuk mengirimkan mobil derek untuk menderek mobil cewek tersebut. Sampai akhirnya, kami berkenalan.

"Eh, belum kenalan ya kita," ucap cewek itu seraya menyiapkan tangannya untuk menjabat tanganku.

"Eh, Keira," ucapku seraya menjabat tangannya.

"Indah."

Pembicaraan kami terhenti ketika mobil derek datang untuk membawa mobil Indah.

"Aku duluan ya, terimakasih. Oh iya, tunggu." Indah merogoh tas kecil yang ia selempangkan dan mengambil kertas kecil lalu menuliskan sesuatu.

"Ini nomor aku, siapa tau kita bisa berteman."

"Oh iya, In." Aku mengambil kertas yang ia berikan kepadaku. Sangat baik cewek ini, jikalau yang menghampirinya tadi bukan aku melainkan Rafa, mungkin sudah terbang ke langit ketujuh dia.


Pulang kerumah aku mendapat kabar dari Ibu kalau tadi Rafa menelfon kerumah. Ya, palingan dia hanya ingin menanyakan kabar, pikirku. Dan ternyata benar saat aku melihat telfon yang aku tinggalkan sengaja di kamar. Ada pesan singkat dari Rafa, ia hanya menanyakan kabar dan aku jawab aku baik-baik saja. Tak lupa menanyakan hal yang sama.

Siangnya, aku bergegas ke perpustakaan kampus untuk meminjam buku. Kali ini, aku ditemani Dirha. Aku bertemu dengannya tadi di parkiran kampus. Dirha membahas soal lomba yang akan di laksanakan beberapa hari lagi. Yap, lomba photography tingkat kampus yang biasa diadakan setiap satu semester sekali.

"Kamu mau ikut nggak lombanya?" tanya Dirha kepadaku.

"Duh, nggak janji Dir. Nanti deh aku kabarin kamu," jawabku.

"Aku tulis nama kamu ya?"

"Eh, jangan-jangan. Itu lombanya sendiri-sendiri atau..." belum selesai aku menanyakan Dirha sudah menjawabnya dengan cepat dan membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Sendiri-sendiri, Kei. Jadi, nanti kalo kamu menang, kamu bisa jalan-jalan ke beberapa kota di Indonesia. Dan moment itu bisa kamu abadikan serta foto-foto yang kamu dapat pas jalan-jalan itu bisa kamu lombakan lagi. Lumayan hadiahnya ngisi dompet untuk jajan sebulan."

Menarik juga. Ikut tidak ya? Aku bingung, dan mungkin aku harus mencobanya.

"Oke, aku daftar," ucapanku membuat mata Dirha langsung membesar dan memberikan senyum lebarnya padaku.

Lumayan kan jika menang, aku bisa jalan-jalan gratis dan menghilangkan penat serta bisa jadi aku bertemu Indie.

Let him goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang