"Selamat siang," sapaan dosen membuat aku tersadar dari lamunan di siang hari.
Hari ini lumayan melelahkan. Tadi pagi aku sibuk dengan tugas, lanjut kelas siang dan nanti bakal ada kelas sore. Sebentar lagi uas. Aku berharap nilaiku baik-baik aja. Amin.
Setelah selesai kelas siang aku ingin makan di cafe kampus, dan ketika berjalan di koridor aku bertemu Lilo. Anak ini, ucapku dalam hati.
"Keiiirraaa!" sapa Lilo.
"Aaapaa?!" jawabku mengikuti gaya sapanya.
"Mau kemana? Ikut dong,"
"Makan nih, laperrr.."
"Ayok," ajak Lilo.
Di perjalanan ke cafe, Lilo sempat bertanya padaku apa aku ikut atau enggak ke Singapore untuk jalan-jalan alumni sma. Aku bilang sih kayaknya ikut. Tapi mengingat Lero sering pulang malam dan ayah juga sering lembur, aku nggak tega ninggalin ibu sendiri. Hmm..
"Acaranya sih bakal seru banget Kei, kamu harus ikut."
"Aku masih bingung sih Lo,"
"Masih 2 bulan lagi kok Kei, bisa di pikir-pikir dulu. Semoga aja bisa ya kamu ikut."
Aku jawab Lilo dengan anggukan. Kami makan berdua siang itu. Lilo membahas tugas yang menumpuk, aku juga begitu. Dan disaat seperti ini aku masih merindukan kami alias aku dan Rafa. Kenapa harus ya aku mikirin Rafa disaat ada orang lain di dekatku? Seperti aku nggak menghargai orang lain itu. Maaf Lo.. Aku mengucapkan itu memang di dalam hati tapi gelengan kepala ku membuat Lilo bingung.
"Lah Kei, jadi kamu nggak setuju sama rencananya?"
"Ehhh, maaf-maaf apa yang kamu omongin?"
"Hmm.." Lilo memerhatikanku, "kamu nggak apa-apa kan?"
"Maaf Lo... Aku baik-baik aja kok. Cuma pusing aja tugas lagi banyak, mana dosen ada yang killer. Yaa gitu deh, kamu bahas apaa ulang lagi plisss," ucapku memohon pada Lilo. Aku takut dia marah. Dan dia pun mengulang apa yang dia omongin tadi. Hmm rencana liburan ke Singapore itu bisa dibilang buat aku kepengen banget. Tapi gimana ya, mungkin nanti pas dirumah aku bisa bahas sama ibu dan ayah dan Lero juga, semoga bisa.
Sesampainya dirumah, setelah melewati hari penuh kelas kuliah akhirnya bisa merasakan santainya angin petang. Aku melihat senja diluar rumah. Sangat indah, momen seperti ini membuat aku berfikir tentang Rafa. Lagi-lagi dia. Apa aku begitu sayang sama dia hingga seperti ini? Raf... Andai aja kamu tau aku kangen banget sama kamu...
"Malaammm," sapaku di meja makan.
"Waah girangnya, gimana kuliahmu Kei?" tanya ayah.
"Baik yah, oh iya aku mau bahas sesuatu nih mumpung lagi ngumpul semua," ucapku sambil melihat wajah-wajah yang ada di sekeliling meja makan.
"Bahas apa tuh?" tanya ibu.
"Jadi gini, temen-temen sma ku ngadain jalan-jalan ke Singapore. Aku bisa ikut nggak ya?"
Deg-degan aku dibuatnya karena semua terdiam sambil mengambil nasi bergiliran di mangkok besar. Aku pun juga terdiam, aku takut jawaban mereka tidak sesuai harapanku.
"Yaa bisa lah, masa nggak bisa. Selagi kamu muda, kamu harus banyak pengalaman." akhirnya ayah berhasil membuatku tersenyum sangat lebar.
"Aku ikut dong," ucap Lero padaku.
"Anak kecil nggak boleh ikut hahaha," jawabku seraya memukul pelan lengan Lero.
Ibu hanya tersenyum melihatku, dan akhirnya mengatakan "waah anak ibu udah pada besar kok, hehehe"
Kami tertawa bersama. Ini lah keluarga yang paling aku sayangi. Mereka kebanggaanku, aku bahkan tidak bisa lepas dari mereka. Aku beruntung memiliki mereka.
Keesokan harinya...
Hari ini aku cuma ada 1 mata kuliah. Dan kelasnya pun siang. Jadi dari pagi sampai siang nanti aku bisa bersantai dirumah sambil menonton film. Nggak ada tugas, yaas ini adalah libur harian dadakan(?) Oke, lebay.
Setelah sarapan aku langsung ke kamar, menyalakan laptop dan mulai menonton film. Andai Indie disini, aku bisa menghabiskan waktu bersama. Aku bahkan udah lama nggak ketemu dia. Apa kabarnya ya? Akhirnya aku memutuskan untuk menjeda film yang sedang berlangsung dan mulai menelfon Indie dengan video call. Tak lama menunggu dering telfon, Indie mengangkatnya dan kami langsung bahagia melihat satu sama lain walau hanya melalui media sosial.
"KEIRAAA APA KABARMUU? WAAA KANGENNN!!"
"INDIEEE!! KAMU KEMANA AJAAA,"
"nggak kemana-mana kok, Kei hahaa,"
"hahha iya dehh, ih kangen ndiee!"
"aku juga kokk, oh iya, udah ketemu Alex kan?"
"iya, udah. Hmm, kamu nggak perlu kayak gitu kali. Aku sama Rafa tuh baik-baik aja,"
"maaff banget, Kei.." ucap Indie sambil menunduk.
"udaah-udah, lagian kamu lakuin itu buat kebaikan aku. Nggak apa-apa kok, Ndie. Makasih yaa," ucapku sambil senyum bahagia. Udah lamaa sekali nggak kayak gini. Jarang banget kita bisa video call. Kangen Indie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let him go
RomanceKeira, wanita yang bisa mengalah demi teman. Mengalah untuk kebaikan semua. Mengalah akan perasaan yang selama ini ia pendam. Rafa, yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada sahabat nya sendiri. Elena, yang...