Part 6 - Changed

3 1 0
                                    

Sulit mengatakan kalau aku dan Rafa sudah jarang sekali bertemu sekarang. Rafa bahkan mulai jarang menghubungiku lagi. Jarang berpergian bareng lagi. Hmm, kenapa ya?

Sore itu aku mencoba menghubungi Rafa. Ingin mengetahui kabar dan mengajaknya ke toko buku bareng. Tapi nampaknya ia telat membalas pesanku, ia baru membalas sekitar satu jam kemudian setelah aku mengirimkan pesan singkatku tadi. Keterlaluan, pikirku. Aku mulai kesal pada Rafa. Ntah mengapa perasaanku menjadi sangat rumit dijelaskan saat ini. Mungkin karena salah seorang sahabatku telah berubah.



Abaikan sementara masalah Rafa. Lagipula banyak tugas kampus yang harus aku selesaikan minggu ini. Aku sering mengerjakan tugas di Cafe yang terletak di tengah-tengah kampusku. Tempatnya sangat nyaman, sehingga aku bisa tenang mengerjakan tugas-tugasku. Sekali waktu, aku juga mengobrol bersama Lilo.

Sudah jam 5 sore dan tugasku belum juga selesai. Aku melihat sekeliling. Ternyata masih ramai. Akan tetapi mataku sudah tak tahan melihat layar laptop, jadi aku memutuskan untuk pulang kerumah. Dan sesampainya dirumah aku langsung terbaring di tempat tidur dengan kepalaku menghadap ke samping jendela luar. Sepi rasanya, ntah mengapa aku seperti orang galau yang habis putus cinta. Aku pun bingung. Aku memberanikan diri untuk mencoba menelfon Rafa. Sesaat langsung aku cari kontak telfon Rafa dan langsung menelfon.

*Dering telfon*

Kemudian dering berhenti dan terdengarlah suara Rafa.

"Halo.."

"Raf?"

"Apa Kei?"

"Astaga, Raf.."

"Ada apa Kei?"

"Nggak, mau nelfon aja, hehehe."

"Yaelah, aku pikir ada apa."

"Hmm."

"Kei... Maaf ya kalo beberapa waktu terakhir aku jarang sama kamu lagi,"

Jantungku berdebar. Nggak, Kei kamu harus tetap sadar. Dia adalah Rafa sahabat kamu, jangan pernah merubah status itu. Aku mengucapkannya dalam hati dan kemudian menjawab kata-kata Rafa barusan.

"Santai aja lah Raf, lagian kan kita juga udah beda jurusan dan fakultas. Kamu fokus aja sama apa yang kamu ingin lakuin sekarang ya, aku ngedukung kamu trus kok."

"Makasih banget ya Kei, aku juga selalu ngedukung kamu."

Sejak saat pembicaraanku dengan Rafa melalui telfon itu, semuanya tak lagi sama. Menjadi tidak sama seperti biasanya lagi, kami sampai pernah lost contact kurang lebih satu bulan. Dan itu tidak menjadi masalah sama sekali. Beda dengan dulu, jika sehari tidak bertemu saja langsung datang kerumah ku. Ataupun sebaliknya. Aku mulai berfikir untuk tidak membandingkan keadaan dulu dan sekarang. Itu hanya membuatku emosi. Sudah, sudah, lupakanlah.

Let him goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang