Part 17 - Maybe Yes, Maybe No!

2 0 0
                                    

Matahari pagi menyinariku. Hari ini, hari yang benar-benar cerah kurasa. Dan aku memohon, hari ini jadi hari yang indah. Yeaayyy, akhirnya ketemu hari libur jugaaa.

"PAGIIIIII!"

"Keira! Kamu nih pagi-pagi teriakan," ucap ayah sambil tersenyum bahagia.

Aku hanya balik terseyum melihat ayah yang begitu bahagia pagi ini. Sungguh, aku harap hari ini indah. 

Siangnya, aku ikut ibu dan Lero berbelanja ke supermarket. Yuhuu, kebutuhan bulanan, dan Lero pasti banyak mengambil cemilan. Ayah tidak ikut, lagi nggak enak badan katanya. Di supermarket kami sibuk berbelanja sendiri-sendiri. Lero bertemu temannya, ibu sibuk memilih ikan dan ayam. Aku? Hanya berdiri sambil bertumpu di troli belanja. Tak lupa, sambil melamun juga. Lalu telfonku berdering, ada sebuah pesan. Aku sangat berharap itu Rafa tapi ternyata..

Alex

Keira, hari ini kosong nggak? Mau ajak makan siang, yaa kalo kamu mau sih nonton juga. Balas cepet, hahaa.

Ternyata dia, ucapku dalam hati.

Keira

Hmm, nggak ada sih lex. Tapi sekarang lagi di supermarket sama ibu sama adek juga.

Alex

Ohh, nggak apa-apa kalo aku jemput kesana aja? Sekalian aku juga pengen beli cemilan.

Keira

Okee. Di supermarket deket kampus ya.

Setelah sekitar 15 menitan, Alex datang. Aku ngenalin dia ke ibu dan Lero. Lero sama Alex bener-bener langsung nyambung, padahal baru pertama kali ketemu. Yaa, karena mereka sama-sama suka main video game. Biasalah ya, cowok. Lalu kami berpamitan sama ibu dan Lero sebelum pergi. Lero tiba-tiba berbisik di telingaku,

"yang ini kak, aku setuju banget."

Dengan sengaja aku menyentil telinga Lero, sontak ibu dan Alex melihatnya sedikit terkejut dan ngeri. Yaiyalah, asal ngomong aja nih anak, masih kecil udah bilang kayak gitu. Menyebalkan.

Kami seperti menghabiskan waktu bersama. Seusai makan siang, kami lanjut nonton film. Lalu kami mampir ke coffee shop kesukaan Alex nongkrong-nongkrong. Aku terkejut ketika salah satu teman Alex yang kerja disana bilang, "ekheem, pertama kali Lex dalam sejarah." Lalu mereka tertawa seperti menertawakanku. Apa aku yang kegr-an? Awalnya aku cuma senyum-senyum merespon ke temannya Alex, lama-lama aku kepo juga. 

"Apa sih maksudnya?"

"Hhahaha, jadi gini. Aku kesini tuh kalo nggak sama temen cowok, ya sendiri. Nah kali ini aku sama kamu,"

"oalaahh, aku kira apaa. Btw, kamu emang nggak pernah ajak pacar kamu kesini, Lex?"

"Aku udah lama nggak pacaran, terakhir pacaran kelas 2 SMA dan coffee shop ini belum buka waktu itu."

"Gebetan?" tanyaku lagi dengan perasaan ingin tau yang sangat tinggi, hahaha.

"Nggak ada Kei, mungkin next time,"

Dan jawaban Alex membuatku bingung. Lah, kenapa aku jadi deg-degan gini abis dia ngomong gitu? Elaah!

Akhirnya kami sampai di pekarangan rumahku sekitar pukul 7 malam. Dan suasana sepi sekali. Aku berpamitan dengan Alex dan segera turun dari mobilnya. Aku mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada yang menjawab. Dan untungnya Alex masih ada disana, menungguku. 

"Kenapa Kei?"

"Nggak tau nih, kayaknya nggak ada orang. Mobil juga nggak ada sih, tapi tadi ayah ada dirumah kok." jawabku mulai panik. Aku takut ayah kenapa-kenapa.

"Coba telfon dulu ibumu, atau adekmu Kei,"

Aku mengangguk dan langsung menelfon mereka. Pertama aku telfon Lero, nggak diangkat. Aku telfon ibu juga nggak diangkat, dan telfon ayah sama aja hasilnya. Aku coba telfon ke rumah, tapi deringnya bunyi trus menandakan nggak ada orang dirumah. Lah, kemana ya? Nggak ada ngabarin juga. Setelah beberapa menit menunggu di mobil Alex, akhirnya ibu menelfon. Kabar yang bahkan tidak terduga, ayah masuk rumah sakit. Saat itu juga aku dan Alex langsung menuju ke rs. Aku sangat panik, aku takut ayah kenapa-kenapa. Alex mencoba menenangkan ku. Saat sampai di rs, aku baru lumayan tenang, karena kata dokter ayah nggak apa-apa. Lero yang menjaga ayah di rs malam ini, aku dan ibu dirumah. Alex mengantarku dan ibu ke rumah, mobil kami sengaja tinggal di rs untuk Lero pulang besok pagi. 

Sampai di pekarangan rumah, ibu masuk ke dalam duluan. Alex dan aku duduk di taman depan rumahku. Kami berbincang-bincang sebentar dan kemudian Alex berpamitan pulang. Sebelum masuk ke mobil, ia membalikkan badannya dan memegang bahuku, 

"Kei, aku tau kita belum bener-bener deket. Tapi nggak tau kenapa aku peduli banget sama kamu, nggak sama kayak aku perlakukan temen cewekku yang lain."

"Aku tau banget kok Lex, tipikal cowok kayak kamu kan nggak temenan sama cewek kayak aku. Aku lugu banget, nggak asik kayak temen-temen cewek kamu yang lain. Aku aja kadang suka bingung kenapa aku tuh keliatannya polos banget."

"Karena kamu emang udah pas kayak gini."

Lalu Alex memelukku, seketika aku merasakan kehangatan yang benar-benar aku rindukan dari seorang sahabat. 

"Kalo gitu, aku pulang ya. Besok kalo kamu sama ibu mau ke rs sebelum Lero balik, kabarin aku aja."

Aku mengangguk dan tersenyum lalu melambaikan tangan ke Alex. Untuk pertama kalinya aku ngerasa Rafa udah nggak ada di sekelilingku lagi.


Let him goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang