Part 11 - Replaced?

3 0 0
                                    

Pagi ini kota ku dituruni hujan. Anak kos-an yang hendak berangkat ke kampus, tertunda karena sebagian masih bermalas-malasan akibat hujan. Aku bergegas untuk pergi ke kampus. Dengan mobil yang belakangan ini kotor karena debu dan belum dicuci akhirnya tak perlu bersusah payah karena dibersihkan oleh hujan. Hahaha.

Sesampainya di kampus, aku disambut oleh Elena yang sepertinya menungguku.

"Kei, gimana?" pertanyaan Elena membuatku malas untuk menjawabnya, tapi harus kujawab.

"Masih kukerjain, Len," jawabku singkat. Belum sempat Elena berkata-kata lagi, aku pun langsung berpamitan. "Aku duluan ya, dapet kelas pagi nih," ucapku sambil langsung berlari kecil meninggalkan Elena.

Selesai kelas pagi, aku langsung ke perpustakaan meminjam beberapa buku untuk tugas Elena. Jangan salah paham, aku memang ingin membantunya. Selagi aku juga lagi tidak banyak tugas. Selesai memilih buku, aku langsung mencari tempat duduk. Sekitar 1-3 jam aku biasanya menghabiskan waktu di perpustakaan kampus untuk mencari bahan materi. Rasanya lumayan lelah hari ini, setelah dari perpustakaan aku langsung ke kelas lagi untuk kuliah jam siang.

Sungguh, aku rindu Rafa, sudah berapa hari tidak melihatnya. Ia juga tidak mengabari. Mungkin kami sudah bisa dibilang tidak sedekat dulu lagi. Harus apa?

"Sst.. sst," tiba-tiba ada yang memanggilku saat kelas sedang sunyi. Jelas saja aku langsung kaget, orang yang selama ini kukira sangat cuek memanggilku. Ya, Alex.

"Iya?" tanyaku.

"Kamu temen Indie?" sekali lagi aku kaget.

"Iya, emang kenapa?"

"Enggak, Indie ada cerita sama aku. Kelas bosen, mau bolos nggak?" untuk kesekian kalinya Alex benar-benar buat aku kaget dengan ucapannya.

"Aduh.. gimana ya," belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Alex langsung menarik tanganku.

Aku baru tau rasanya bolos saat jam kuliah. Untungnya setiap kelas memiliki 2 pintu, di bagian depan dan belakang. Mungkin dosen menyangka kami ingin ke toilet. Tapi, yaa tertipu. Mungkin ia tak sadar saat kami juga membawa tas kami yang dioper-oper melalui teman-teman kelas. Kompak juga.

Sambil berjalan mengintari kampus menuju tempat hanya Alex yang tau, aku akan mencoba memberi informasi tentang yang satu ini.

Alexander, disapa Alex. Mahasiswa yang bisa dibilang sedikit nakal, bahkan banyak. Nakal banyak? Setauku, Alex pendiam saat di kelas. Tapi jika ia sudah bosan, ia akan membuat onar yang bisa membuat dosen menjadi sangat emosi. Good job, Alex. Selebihnya, aku belum terlalu mengenalnya. Karena baru saja tadi kami bersampingan tempat duduk. Mengerti kan?

Sesampainya kami di samping kampus, tempat dimana anak-anak yang lumayan nakal berkumpul. Sejujurnya, aku tidak bisa mendeskripsikan nakal itu seperti apa dan seberapa.

"Bang, es teh manis 2 yak!" ucap Alex memesan minuman. "Kamu nggak apa kan minum tempat beginian?"

"Lebay deh," jawabku sambil beralih pandangan ke samping kiri dan kanan.

Alex tersenyum. Ganteng juga kalau dilihat-liat. Rambut gondrongnya membuat Alex terbilang cowok manis. Dan giginya yang rapih membuat ia menjadi cowok idaman cewek-cewek kampus. Bisa dibayangkan?

Hening. Sampai akhirnya abang es-teh-manis mengantar pesanan kami. Lalu aku minum seperti orang yang sangat kehausan. Ya, haus bukan main, kami berjalan cepat mengintari koridor lantai 3 hingga sampai di bawah dekat tempat parkiran. Sekali lagi, bisa dibayangkan?

"Kamu emang pendiam ya?" tanya Alex menyadarkanku dari lamunan saat itu.

"Nggak Lex, biasa aja."

"Wah, tau namaku ternyata," ucap Alex sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya.

"Aku kangen Indie."

Ucapan Alex langsung membuatku melihat kearahnya dengan wajah penasaran. Ada apa dengan Indie dan Alex? Apa mereka...

"Aku juga, Lex. Kamu nggak sendiri kok,"

"Andaikan aku bisa satu kampus sama dia, kamu kenapa nggak satu kampus lagi?"

"Aku nggak dapet disana, yaa emang disuruh pisah kayaknya sama Indie,"

"Terakhir kali aku ketemu dia, dia bilang aku enggak bisa berubah dari dulu. Mungkin ada benarnya, contoh aja tadi. Aku ngajak kamu bolos, padahal aku tau kamu dari dia. Dan dia bilang buat jagain kamu." Kata-kata Alex membuatku kaget, sangat kaget dan benar-benar kaget kali ini. Kenapa Indie ngelakuin itu?

"Alasan dia bilang gitu ke kamu apa?" tanyaku penasaran.

"Katanya, biar kamu move on dari sahabat cowok kamu. Siapa ya namanya, lupa.."

"Rafa," ucapku mengakhiri pembicaraan.

Aku meletakkan gelas bekas es teh manis. Membayarnya lalu bergegas ingin pergi dari tempat itu. Belum sempat Alex menjelaskan lebih lanjut aku langsung berlari ke parkiran dan untungnya aku bertemu Lilo.

"Lah Kei, kenapa kamu?" pertanyaan Lilo belum sempat kujawab, aku langsung mengisyaratkan dia untuk masuk ke mobil. Setelah masuk ke mobil baru menceritakan semuanya pada Lilo. Ia juga kaget. Dan tampaknya ia tak habis pikir mengapa Indie berkata aku harus melupakan Rafa? Apa Indie menyembunyikan sesuatu?

"Kei, mungkin juga Indie ada maksud lain," ucap Lilo berusaha menenangkanku. Mungkin iya, Indie ada maksud lain. Tapi mengapa harus Alex? Mengapa ia melibatkan orang lain yang baru kukenal? Lebih tepatnya baru kenal beberapa menit yang lalu.

Let him goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang