Hari ini rencananya aku mau mencari objek foto untuk lomba photography. Tapi ntah ingin pergi dengan siapa. Berharap Rafa mengajakku, bagaimana pun caranya. Lalu tiba-tiba hp berdering tanda pesan masuk.
Rafa
Denger-denger kamu ikut lomba photography, ya?
Keira
Iya, Raf. Kamu ikut juga?
Rafa
Enggak, Kei. Mau aku bantuin nggak nyari objek fotonya?
Keira
Boleh, jam 12 berangkat ya.
Rafa
Oke, aku jemput kamu.
Jantungku benar-benar berdebar dengan keras. Mungkin ini perasaan ingin lalu langsung terjadi begitu saja. Aku langsung bersiap-siap untuk pergi. Tak lupa aku menyiapkan kamera yang hendak dipakai untuk foto nanti. Oh iya, aku juga sebenarnya menyukai photography. Tapi, tugas-tugas kuliah menghalangiku untuk menyibukkan diri di photography. Jadi, mungkin di kesempatan lomba kali ini, aku bisa melepas rinduku.
Rafa datang dengan raut muka bahagianya. Aku berpamitan pada Ibu. Dan langsung ke mobil Rafa lalu meluncur ke tempat objek pertama.
"Tumben inget sama aku, Raf," ucapanku membuat Rafa langsung menatapku sesaat dan kembali melihat jalanan.
"Maaf, maaf. Maafin nggak, nih?" tanya Rafa sambil mengelus kepalaku dengan lembut.
"Maafin nggak yaa..."
"Masa Rafa si cowok ganteng gini nggak dimaafin sama Keira, hahaha." Aku menjewer kuping Rafa dan kami tertawa bersama.
Sesampainya kami di tempat objek pertama, mataku langsung tertuju dengan jajanan-jajanan di sepanjang jalan. Rafa langsung menarikku ke tempat objek, ia tau bahwa aku ingin membeli jajanan-jajanan itu jika dia tidak menarikku cepat. Kami masuk ke tempat objek itu dan langsung melihat pemandangan yang sangat indah dan patut dijadikan objek untuk foto. Aku langsung mengeluarkan kamera dari tempatnya dan mulai mengambil foto dari berbagai sisi.
Rafa meminjam kameraku. Kupikir ia hendak mengambil foto objeknya, ternyata ia memotretku. Beberapa dari fotoku itu bisa disebut candid. Lalu kami bergantian, aku yang memotret Rafa. Ia malu-malu didepan kamera. Pipinya berubah warna menjadi sedikit merah saat aku hendak mengambil fotonya. Sangat lucu. Tapi aku tidak akan mau mengatakannya langsung pada Rafa bahwa dia lucu jika pipinya merah. Nanti dia akan terbang ke langit ke tujuh, lagi. Hahaha.
Hunting foto kami selesai dan akhirnya kami memutuskan makan siang di salah satu restoran berbentuk Cafe kesukaanku dan Rafa. Kami makan dengan lahap karena cukup lelah untuk hari ini. Untung saja hari ini libur kuliah, setelah ini aku bisa menghabiskan waktu untuk terlelap di kasur. Ntah kalau Rafa.
Sampai di pekarangan rumahku, Rafa berpamitan.
"Aku langsung pulang ya, Kei. Salam buat ibu dan ayah kamu."
"Oke, Fa. Makasih ya, buat hari ini."
"Nggak masalah, Kei." ucap Rafa sambil mengusap kepalaku, lagi.
Aku tersenyum sebelum membuka pintu mobil. Rafa membalas senyumanku, dan ia bergegas pulang kerumahnya. Mungkin ini yang aku rindukan dari Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let him go
RomanceKeira, wanita yang bisa mengalah demi teman. Mengalah untuk kebaikan semua. Mengalah akan perasaan yang selama ini ia pendam. Rafa, yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada sahabat nya sendiri. Elena, yang...