Berbulan-bulan berikutnya Rafa sudah mulai dekat lagi denganku. Senangnya. Dan keadaan sudah mulai membaik. Rafa dan Elena masih dekat seperti kemarin-kemarin.
Pagi ini rencananya aku pergi dengan Rafa ke supermarket. Namun, Elena tiba-tiba mengirim pesan padaku.
Elena
Kei, hari ini jadi kan ke supermarket bareng? Aku sama Rafa bentar lagi otw ya!
Tunggu. Kan aku janjiannya sama Rafa, kenapa Elena jadi ikut sih? Gumamku dalam hati.
Keira
Oh iya, iya El.
Beberapa saat kemudian, mobil Rafa sudah tiba di depan pekarangan rumahku. Aku berpamitan dengan ibu. Ibu dengan heran pun langsung bertanya,
"loh kei, itu siapa?"
"siapa bu?"
"yang di dalam mobil sama si Rafa itu.."
"ohh, dia Elena bu. Masa ibu lupa?"
"ohh yang waktu itu ada ikut ngasih suprise kamu ya Kei? Iya iya ibu baru inget. Udah sana, pulangnya jangan kelamaan ya. Ibu sendirian, Lero enggak tau pulang jam berapa. Ayah juga ada lembur di kantornya."
Aku mengacungkan jempol kearah ibu dan tersenyum seraya berlari kecil menuju mobil Rafa.
Waktu di supermarket, aku seperti nyamuk saja. Aku kesal dengan situasi seperti ini. Sangat menyebalkan. Lagian, ngapain coba Rafa ngajakkin Elena. Udah tau ini momen-momen yang udah jarang banget terjadi beberapa waktu belakangan.
Saat hendak mengambil beberapa cemilan, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku.
"Kei, hai."
Aku berbalik, "Waah ternyata kamu, Leon."
"Iya Ra, hehe. Lagi sama siapa?" tanya Leon seraya melihat ke kanan dan ke kiri.
"Hmm, tadi sih sama Rafa dan... Elena," jawabku sambil tersenyum lirih.
"Kamu enggak apa-apa kan Ra? Kok kayaknya pucet gitu. Belum makan?"
"Hahaha, enggak kok enggak apa-apa. Udah sarapan tadi, kenapa? Mau teraktir makan ya?"
"Yaa kalo kamu mau, ayok," ajakkan Leon membuatku tidak berfikir sampai dua kali.
Lagian aku muak dengan dua orang itu. Mengapa aku tidak mencari kegiatan lain saja, paling enggak aku tidak sendirian.
"Ayok," jawabku pada Leon sambil tersenyum.
Wajah Leon langsung berubah. Seperti meyakinkanku.
"Kamu serius, Ra?"
"Aku enggak keliatan kayak serius ya?"
Leon tertawa, kami pergi mencari Rafa dan Elena di area supermarket yang lain. Setelah itu kami berpamitan dan membayar ke kasir.
Setelah selesai makan, kami berbincang sebentar. Leon menanyakan tentang kuliahku, begitupun sebaliknya. Dia benar-benar rindu masa SMA. Aku juga sih, tapi apa boleh buat, semua sudah berubah. Lagi-lagi aku kepikiran Rafa. Bagaimana bisa Rafa tadi membolehkanku pergi dan tidak basa-basi lagi. Sepertinya ia menyukai Elena.
"Kok kamu sama Rafa sekarang kayak kurang deket gitu Ra?" pertanyaan Leon membuat lamunanku buyar.
"Yaaa gitu deh, on. Sekarang dia deket banget sama Elena. Emang sih satu fakultas mereka."
"Tapi enggak gitu juga dong harusnya, Ra," ucap Leon sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, makanya aku juga enggak tau sih. Yaudahlah, aku bisa apa sekarang," jawabku dengan seraya menunduk sedih.
"Hahaha, udah, kan ada aku."
Leon sosok yang sering di kagumi oleh cewek-cewek. Dia sangat baik, dan tidak suka berulah. Lain dengan Lilo dan Alex yang sedikit berulah, hahaha.
Seusai dari tempat makan, kami pergi ke toko buku karena ada beberapa buku yang kubutuhkan untuk tugas. Dan kami pun bertemu Dirha. Dirha dengan ceweknya, hahaha akhirnya anak ini, ucapku dalam hati. Dirha menyapa, begitu pula cewek yang disebelahnya. Ia mengenalkan diri. Namanya Sofi. Setelah berbincang dan berkenalan, kami ke kasir dan langsung menuju rumah.
Sampai di rumah, aku disambut pelukan ibu. Tak berapa lama, Lero pulang. Ia pulang dengan wajah kusut, bisa kubilang. Sepertinya dia ada masalah.
"Kenapa kamu?" tanyaku pada Lero.
"Putus."
"Astagaa Lerooo, masih kecil udah galau-galauan."
"Aku udah lumayan gede kali, Kei. 2 SMA," jawaban Lero membuatku ingin tertawa geli.
"Eh, aku aja enggak ada pacar."
"Salah kamu lah,"
"Kok?" aku memukul bahunya. Lalu Lero balas memukul bahuku. Dan seperti biasa, ibu datang dengan muka kesal.
"Kalian nih, masih juga pukul-pukulan."
Kami pun langsung pergi ke kamar masing-masing dan aku pun ketiduran. Hari ini lumayan melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let him go
RomanceKeira, wanita yang bisa mengalah demi teman. Mengalah untuk kebaikan semua. Mengalah akan perasaan yang selama ini ia pendam. Rafa, yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada sahabat nya sendiri. Elena, yang...