Sikap Aneh Kintan

28 7 0
                                    

"Yah, mama kenapa harus aku yang nelpon dia? Kan bisa yang lain aja" pintaku memelas.
Mama baru saja menyuruhku agar menelpon Kintan. Mama lupa mengajak Kintan tadi pergi bersama kami ke butik. Aku malas. Memutar kedua bola mataku. Berdecak kesal. Menginjakan kaki ku dengan keras. Tak peduli ocehan Bianca dan Juliet. Keadaan rumah ku hari ini tidak seperti biasanya. Cukup ramai. Mama juga mengambil cuti agar bisa mengurus segala keperluan nantinya. Dengan malas, aku berjalan menuju tempat telpon rumah. Ponselku masih terletak di saku kemeja sekolah. Aku meletakkan gagang telpon di telingaku. Menekan tombol angka yang tertera, dan mulai menunggu Kintan menjawabnya. Walaupun dalam hati, aku menyalahi pernyataan ku barusan.

Tut... Tut... Tut...
1 menit...

Aku berharap, di seberang sana Kintan tak mengangkatnya. Tapi, harapan ku musnah.
"Assalamualaikum. Halo. Dengan siapa? "
Aku meneguk ludah kasar. Diiringi pelototan dari Juliet.
"A–anu, ini gue Lisa. Lo ada di rumah kan? " tanyaku memastikan.
"LISA! Lo beneran Lisa kan? " nadanya seperti kegirangan. Padahal, ini bukan pertanda bahwa aku dan dia akan segera berbaikkan. Tidak sama sekali.
"Iya, ini gue. Masa lo gak percaya. Lo mending cepetan ke rumah gue. Mama gue pengen ngasih tau lo sesuatu! " aku berkata to the point langsung. Berharap Kintan segera mengerti dan kututup telponnya.
"Oh. Iya iya. Gue jalan sekarang. Makasih ya Lis! "
Aku tersenyum kecut.
"Ya"
Lama. Aku mengakhiri sambungan telpon yang barusan terjalin. Aku menghembuskan nafas ku. Melirik ke arah jam dinding. Sudah pukul empat sore. Kakak—adik ku dan mama masih sibuk dengan undangan—yang masing masing diberi label. Menulis nama tamu undangan disana dengan rapih. Tentu saja, memerlukan tulisan tangan rapih milik Roseline.

🔮🔮🔮

Aku mengangkat kepalaku. Sekedar memastikan bahwa tadi adalah Kintan. Benar dugaanku. Aku berdecak kesal. Kenapa cepat sekali ia datang? Oya, aku hampir lupa. Rumah kami sangat dekat bukan?
"Ck... Mama akrab banget sama tuh anak! " cibirku.
Kak Anne menatap ku heran. Aku mengernyitkan dahi.
"Kamu kenapa sama Kintan? Lagi ada masalah ya?Saran kakak sih, jangan lama lama, nanti persahabatan kalian rusak. Susah loh cari sahabat baru! "

'Kan dia yang udah bikin persahabatan kita hancur kak'

Ingin rasanyaaku membalas ucapan kak Anne barusan. Memperlihatkan betapa bencinya aku pada Kintan. Namun, aku masih punya hati yang merasa iba padanya.
Kurasa, kakak pertamaku ini paling pandai merangkai kata. Makanya, kak Orlando menyukainya. Tak jarang aku mengikuti saran yang ia berikan. Kecuali... Mungkin untuk saran yang kali ini. Aku mesti mempertimbangkannya.
"Assalamualaikum. Tante maaf ya Kintan lama" sapa Kintan sopan di depan mama.
Ia mencium punggung tangan mama. Mama tersenyum.
"Ih, kok kamu gitu ngomongnya. Gak apa apa. Lagian tadi tante lupa ajak kamu pergi ke butik buat ukur baju. Kamu inget kan, seminggu lagi kak Anne bakal nikah? Nah, masalah make up dan kostum udah diatur sama tante. Kamu duduk disini ya, sambil nunggu perancangnya datang. Lisa! Sini nak. Kamu temenin Kintan dulu ya"
Mama meninggalkan Kintan sendirian di sofa ruang tamu. Tak lama kak Anne membawakan jus jambu yang tadi mama buat. Aku hanya bisa pasrah. Mama yang menyuruhku melakukan ini semua. Aku melangkah menuju sofa dan duduk berhadapan dengan Kintan. Meneguk segelas jus itu, sambil memainkan kesepuluh jari jemari ku.
"Lo masih marah sama gue juga Lis? " Kintan memulai pembicaraan.
"Gak taulah. Bukan berarti gue udah baikan sama lo ya! Ini kemauan mama. Bukan gue. Lagian gue gak ada niatan buat nelpon lo tadi"
Aku sibuk memainkan jemari ku tanpa melirik Kintan. Kintan tersenyum tipis.
"Iya. Gue tau kok. Gue juga mau kasih tau lo sesuatu Lis. Gue harap lo bakal percaya. Gue udah putus sama Aldi"
Spontan aku menegakkan posisi duduk ku. Melihat ke arah Kintan, dan bertatapan dengannya. Matanya. Kintan tak pernah bohong tentang masalah serius. Seperti kali ini. Apa baru saja ia mengatakan hal yang jujur?
Aku mendongak tak percaya. Berusaha menetralkan detak jantungku yang tadi hampir meledak. Menelan ludahku pelan namun susah. Setetes keringat jatuh tepat di pelipisku.
"L-lo gak boong kan Tan? " tanyaku sambil mengerjapkan mata.
"Iya. Gue serius Lis. Gue lebih mentingin lo ketimbang pacar. Gue kesepian. Gue butuh lo bukan Aldi"
Kintan menunduk. Aku tersenyum. Tapi, tak lama aku memikirkan perasaan Kintan. Apa ia benar mencintai Aldi? Kalau ia kenapa dia memutuskan Aldi hanya demi aku? Sederet pertanyaan tiba tiba muncul di kepala dan benakku. Tapi, semua itu segera ku simpan setelah melihat perancang datang menghampiri kami.

🔮🔮🔮

"Pagi Tan! " sapaku ramah pada Kintan.
Setelah dua minggu lebih kami tidak bersapa, entah mengapa kali ini justru aku yang memulainya. Aku tersenyum ramah padanya. Meletakkan tas dan jinjingan kecil ku di atas meja. Ya, sekarang aku tak perlu duduk di tempat Joy lagi. Semalam aku sudah beritahu Joy, bahwa kami sudah baikan. Dan, itu tentu saja membuat Joy ikut bahagia.
Aku menatap Kintan. Lingkaaran hitam di matanya, menandakan bahwa semalam ia kurang tidur. Bajunya juga berantakan tak seperti biasanya. Bahkan,  ia lupa memakai bando merah, yang menjadi ciri khas cewek itu. Aku mengernyitkan dahi. Ada apa dengannya?
"Tan, lo baik baik aja kan? Kok mata lo ada lingkaran hitam nya gitu? Besar banget lagi. Jangan bilang kalau semalem lo kurang tidur? "
Kintan tersenyum lirih. Aku bisa menebak nebak senyumnya itu. Jangan jangan, semalam kedua orang tuanya bertengkar hebat. Biasanya Kintan akan menceritakan hal itu padaku.
"Gue tebak ya. Pasti orang tua lo berantem ya? Makanya lo kurang tidur? Trus baju lo kok kusut gini? "
Kintan hanya diam.
Jam pelajaran pertama pun dimulai. Aku menatap Kintan prihatin. Mungkin, ia butuh waktu untuk menyendiri. Jadi, kuputuskan bertanya padanya saat jam makan siang nanti.

🔮🔮🔮

"Lo kenapa? Kok gak mau makan? Lo sakit ya Tan? "
Jujur, aku mulai panik sekarang. Apa Kintan sakit? Dia belum mau makan sedari tadi. Kubujuk Kintan agar menghabiskan sepiring Siomay yang kupesan tadi.
"Enggak. Gue gapapa kok. Gue cuman lagi bete aja. Nanti gue makan kok Lis"
Akhirnya. Yah, walaupun Kintan masih sedikit bicara padaku, setidaknya aku puas mendengar suaranya. Dengan cepat kuhabiskan siomay milikku dan meneguk sebotol air mineral.
Kintan memakan makanannnya pelan pelan. Semoga saja, apa yang barusan ia katakan itu benar.

🔮🔮🔮

Vommentnya ya! 😄
Ps:click ☆

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang