Pertengkaran Besar

20 7 0
                                    

Semenjak hari kemarin, Kintan berubah. Aku juga belum tau apa alasannya. Mungkin, pertengkaran antara kedua orang tuanya itu membuat dirinya terpukul.
"Tan, lo masih kesel ya sama orang tua lo? " tanyaku di sela sala kesibukanku.
Sebentar lagi ulangan matematika dimulai. Biasanya Bu Rina menyuruh siswa siswi pintar mengerjaka ulangan di depan kelas—sebelah meja guru.  Mencegah agar anak anak yang belum belajar tidak bisa menyontek.
"Enggak kok Lis. Gue udah gak papa. Lo gak usah pikirin gue. Eh iya, udah belajar belum? " tanya Kintan.
Aku mengangguk mantap. Semalaman aku menghafalkan rumus rumus walaupun dibantu oleh Roseline. Aku ingin membuktikan pada saudara saudara ku, bahwa ramalan itu salah besar.
"Lo sendiri? " sekarang aku mengeluarkan tempat pensil dari dalam tas ku.
"Udah kok" balasnya.
Seharusnya aku tak usah meragukannya lagi. Kintan adalah siswi peringkat tiga di kelasku. Sudah pasti ia bisa mengerjakan soal nanti tanpa menghafal semalaman seperti yang kulakukan. Aku mengeluarkan pulpen dan selembar kertas. Bu Rina datang, dan dimulailah ulangan matematika hari ini.

🔮🔮🔮

"Kantin yuk! " ajak ku pada Kintan.
Ia terlihat sedang sibuk dengan buku buku catatan miliknya. Memasukkan nya kedalam tas.
"Yuk. Kebetulan hari ini gue lagi gak bawa bekel. Lo tau lah alasannya... "
Aku tersenyum simpul. Baru kemarin kami baikan, dan sekarang sudah seperti tak ada yang terjadi sebelumnya diantara kami. Itulah arti persahabatan.
Aku berjalan beriringan dengan Kintan. Di ambang koridor kelas X, terlihat jelas sosok itu. Ya, orang yang telah merusak hubungan aku dan Kintan. Ia terenyum pada Kintan. Sepertinya kali ini, aku tak akan membiarkan Kintan didekati dirinya.
Kintan menatap ke arah lain. Bahkan, ia mengganti topik pembicaraan kami.
"Eh,  Lis kak Anne gimana kabar nya sama kak Orlan? " tanya nya.
Kami melewati Aldi. Dia menatap Kintan bingung.
"Baik. Malah, kak Orlan sering ke rumah buat bantu bantu persiapan" timbal ku.
Sesaat Kintan menunduk. Setelah melewati Aldi, dia murung. Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka?

🔮🔮🔮

Sepulang sekolah, aku berpisah dengan Kintan di gerbang. Katanya, ia ada Les tambahan. Makanya hari ini kami tidak bersama. Aku menunggu ojek yang sudah kupesan sepuluh menit yang lalu. Tapi, belum ada tanda tanda kedatangannya. Akhirnya, aku terpaksa menunggu sambil memainkan ponselku.

Greb.

Seseorang memegang tanganku. Aku mendongak untuk melihat orang itu. Tinggi, rambutnya hitam pekat. Aku mengenalinya. Aldi. Kenapa dia belum pulang? Lalu kenapa dia memegang tanganku?
Aku menatapnya heran. Mata kami bertemu satu sama lain. Jantungku berdegup kencang. Keringat membasahi pelipisku. Lagi. Untuk yang kesekian kalinya aku diperlakukan lebih olehnya.
"Gue mau ngomong sama lo. Berdua" katanya.
Sepertinya ini sangat serius. Aku melepaskan genggamannya. Jujur, ini sangat sakit bagiku.
"Apa. Lo mau ngomong apa? " tanyaku datar.
Dia menghela nafas berat.
"Lo tau kenapa Kintan akhir akhir ini berubah? Maksud gue, lo kan sahabatnya, pasti lo tau alasan dia ngejauh dari gue. Alasan dia mutusin gue" tanyanya.
Aku meneguk ludahku kasar. Sebenarnya, aku juga belum tau pasti kenapa Kintan akhir akhir ini berubah. Tapi, aku mencoba menjelaskan padanya berdasarkan yang ku ketahui.
"Menurut gue, dia berubah karena masalah keluarga"
Aldi terdiam.
Menatap ku dengan tatapan nya yang membuatku menjadi merasa diperhatikan lebih.
"Gue rasa, tebakan lo salah!"
Sial. Kenapa dia mengatakan itu. Apa salahku? Dia yang bertanya dan aku menjawabnya. Apa sebenarnya yang dia mau?
"Maksud lo? "
"Lo bego. Maksud gue, Kintan ngalah sama lo. Apa lo gak bisa liat gimana terpukulnya dia selama ini gara gara lo jauhin dia cuman karena gue? Alasan lo gak masuk akal Lis. Sahabat macam apa lo? Kintan berjuang mati matian buat lo. Dia gak salah. Gue yang salah... "
Dia menunduk sebentar. Menatap langit yang sebentar lagi gelap. Menandakan akan segera turun hujan.
"Iya, lo bener. Gue egois. Gue lebih mentingin diri sendiri. Sekarang, gue mau tanya satu hal sama lo. Kenapa gue egois? Itu karena sahabat gue gak pernah mau jujur sama gue. Dia suka sama lo, tapi dia gak mau ngasih tau ke gue. Apa itu namanya persahabatan? Apa gue salah, kalau gue marah sama dia? Gue tipe cewek praktis yang gak bisa dibohongin Di. Gue benci lo! "
Aldi memutar bola matanya. Beedecak kesal menatapku.
"Ck, apa salah Kintan sama lo? Gue tau dia bohong sama lo. Tapi itu bukan berarti dia egois Lis. Dia kayak gitu, karena lo! Dia sayang banget sama lo. Apa sahabat yang kayak gitu layak dipertahanin?"
Aku terdiam. Kata katanya terus terngiang di kepalaku.
"Iya. Gue gak pantes jadi sahabatnya. Sekarang lo mikir deh, kenapa persahabatan harus rapuh karena cinta. Karena dua insan yang saling mencintai gak pernah jujur. Atau paling enggak karena ada seseorang yang merusak hubungan itu sendiri. Sekarang lo pilih, mana yang pas buat situasi itu? Gue balik! "
Aku pergi meninggalkan Aldi dengan tatapan tajamnya.
Aku tak peduli dengan tatapan orang orang di jalan. Mataku terpejam. Lalu, air mataku tumpah tiba tiba. Akhirnya, ojek pesanan ku datang. Aku benci cinta. Kenapa kita ditakdirkan untuk merasakan yang namanya sakit hati? Apa cuman cinta yang bisa buat kita menjadi ego?

🔮🔮🔮

Vommentnya ya!  😅
Ps : click ☆

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang