Back To Normal

13 5 0
                                    

"Selamet... Selamet ya! " ucapku pada dua pasangan serasi yang sudah ada di depan ku sedari tadi. Sebenarnya, hati kecil ku masih risih melihat mereka bahagia. Ah, tapi sudahlah. Bukankah ini yang aku inginkan? Biar saja, mereka bahagia dan aku juga akan menemukan kebahagiaanku sendiri nantinya. Tanpa harus menjadi orang ketiga pada sebuah hubungan. Prinsip ku memang seperti itu.
Perempuan yang menyematkan pita merah di belakang rambutnya itu, hanya menggeleng tersenyum. Begitupun laki laki di sebelahnya. Mereka kemudian saling tatap.
"Thank's Lis. Gue bener bener berterima kasih banget sama lo"
Kini, aku mulai tersenyum simpul. Membenarkan posisi duduk yang semula merasa tak enak. Lalu, aku mulai mencoba mengingat ingat kapan terakhir kali, laki laki di depanku ini berkata terima kasih. Sepertinya, belum pernah. Ya, dia memang belum pernah mengatakan nya padaku.
"Tunggu, lo bilang terima kasih ke gue? Gue rasa, itu gak adil" aku mulai tersenyum jahil.
Tawa menghiasi suasana kantin yang cukup dibilang ramai. Siang ini, rencana nya aku, Kintan, dan Aldi akan pergi ke toko bunga. Ya, mama meminta kami ber-tiga untuk membeli bunga mawar yang ada di toko 'Flower Pot' itu.
Aku meneguk secangkir coklat panas yang memang sengaja kupesan. Ah, rasanya baru kemarin kami semua bertengkar. Sekarang, semuanya berubah. Hanya saja, suasana hatiku yang masih sama. Dimana pemilik hatiku yang ku yakin tak lama lagi datang itu? I'm still waiting for that moment, guys.

🔮🔮🔮

"Emang nya, harus pake banget ya beli ini semuanya? "
Sudah setengah jam kami di toko ini, namun aku masih bimbang dengan beberapa sampel mawar yang tersedia. Kintan bahkan menyarankan ku untuk membeli semuanya. Tapi, aku bukan tipe cewek sepertinya. Ingat, aku adalah tipe cewek yang praktis. Aku hanya bisa diam sambil tersenyum saat melihat Kintan dan Aldi bertengkar dengan warna warna mawar pilihan mereka yang menurutku indah. Menurutku, mereka mempunyai selera yang sama. Sama sama indah. Walaupun, aku tak yakin dengan pilihan mereka.
Setelah menemukan mawar yang pas, aku membawanya ke kasir. Sengaja, kutinggalkan mereka. Mereka akan sangat mengangguku jika selalu menguntitku. Aku menghembuskan nafas panjang, lalu kuselipkan anak rambut yang terkibas angin sore. Sejuk. Sepertinya aku harus memotong rambutku saat pesta pernikahan Anne nanti. Biar kupikirkan lagi nanti.
Kusodorkan alat tunai berupa ATM yang mama berikan padaku tadi sebelum berangkat ke sekolah. Tentu saja, itu uang mama. Setelah membayar, aku menghampiri Kintan dan Aldi yang masih terdiam di parkiran. Lagi lagi, aku dibuat tersenyum oleh KiNal Couple itu. Aku segera masuk ke dalam mobil tanpa memerdulikan tingkah mereka. Sepanjang perjalan, hanya terdengar alunan musik dan suara mobil yang tak terlalu terdengar dengan jelas. Hanya itu. Tapi, ku yakin besok mereka akan baikan. Bukankah seharusnya memang begitu?

🔮🔮🔮

"Lis. Ambilin gunting dong! "
Kak Anne baru saja menyuruhku. Aku yang sedang sibuk memasukkan buku buku pelajaran besok, segera menuruti perintahnya. Tak terasa lusa pesta pernikahan kak Anne akan digelar. Cukup meriah memang. Besok hari terakhir aku melihat rumus rumus fisika yang aku tak tau apa artinya itu. So, I can free for two day's guy's. I hope.
Aku termangu melihat banyak undangan yang berserakan di karpet ruang tamu. Untungnya, papa tak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Tapi, tetap saja aku risih melihatnya. Semua kakak kakak ku sibuk dengan pekerjaan nya masing masing. Anne yang sibuk berkonsultasi dengan mama, Juliet dengan notes kecilnya, Bianca yang sibuk menata mawar mawar yang indah—tadi siang ku beli, Roseline yang masih menghitung seluruh keperluan tamu, Calista yang... tidak. Tentu saja untuk anak berumur tujuh tahun tak ayal hanya bisa memperhatikan sembari mengatakan "Andai, aku bisa membantu mereka". Itupun masih barangkali. Aku tak sabar menanti hari itu. Hari dimana Roseline akan mengenalkan pacarnya padaku—Fachri, Juliet yang akan mengajak Harry—pacarnya untuk datang ke hari spesial kak Anne, Bianca yang akan membawa Felix—pacarnya, Calista juga akan mengundang Vincent nantiya. Kata mama, semua teman Calista diundang. Sepertinya aku juga. Aku hanya akan menjadi manusia absurd di tengah keramaian yang dipadati pasangan pasangan romantis nantinya. Tapi, bukan berarti aku juga harus diam saja. Aku pati akan sibuk disana. Huft, hari ini aku sangat lelah.

🔮🔮🔮

"Plis. Kalian berdua dateng ya? Gue gak mau denger alasan kalian. Bullshit semua tau gak? "
Aku mulai memelas dengan nada paksaan di akhirnya. Akibat kejadian kemarin siang di toko bunga, Kintan agak menjauh dari Aldi. Oh, please cuman gara gara hal sepele mereka bertengkar? Ya, ya, ya. Aku tau.
"Gue sih terserah cewek gue" timpal Aldi cepat.
Aku menurunkan tangan yang sedari tadi kusilangkan di dada. Senyumku pun melebar.
"Bener kan kata gue. Aldi gak bakal ngediemin lo kelamaan"
Kintan blushing. Tentu saja dia malu. Aku sukses membuat rona merah itu muncul lagi. Semalam, Kintan curhat padaku tentang kelakuan Aldi selepas mengantarku pulang. Dia bilang, Aldi egois atau apapun semacamnya.
"Yuk. Kantin"
Aku merangkul dua sejoli itu meninggalkan koridor kelas. Hanya dengan cara ku mereka bisa bersatu. Dasar, payah.

🔮🔮🔮

Vommentnya ya!  😅
Ps : Click ☆
Yang punya line mungkin mau chat atau tanya langsung sama aku add aja : dwitaak
Thank's everyone.

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang