F.A

19 4 0
                                    

"Oke. Cukup sekian pelajaran yang bapak sampaikan. Terima kasih. Assalamualaikum"
Pak Krisna berjalan keluar kelas. Setelah itu, barulah anak anak membalas salam dari beliau. Aku masih diam di kursi ku. Menatap Kintan dan Aldi yang saling bercanda ria. Aku sengaja tak menghampiri mereka. Hingga akhirnya, merekalah justru yang mendatangiku.
"Lis. Lo kenapa lagi? Eh, kemarin gimana les sama Fawwaz? " tanya Kintan sambil melambaikan tangan nya di depan ku.
Spontan aku mendongak. Menatap Kintan dan Aldi bersamaan.
"Gue gak papa. Yah, gitu deh. Nothing special"
"Wow. Lo pinter boong nya!" kali ini Aldi yang menyahut.
Aku menyatukan kedua alisku. Kintan juga begitu.
"Gini ya. Kemarin gue abis dari kedai es krim. Nah, gue liat lo sama Fawwaz lagi senderan gitu. Apa itu gak special buat lo? "
Aku tersenyum. Benar juga, perkataan Aldi. Kintan langsung berteriak sampai seisi kelas melihat ke arah ku. Good. Kali ini, aku menjadi cassanova, maybe.
"GILA LO! ITU SO SWEET BANGET ALISA! GUE JUGA PENGEEEENNN! "

🔮🔮🔮

Aku menatap buket bunga yang ada di depan pintu kamar ku. Aku berdecak sebal. Entah keberapa puluh kali, laki laki itu memberikan ku bunga dengan warna yang sama. Bahkan, dengan kata kata yang sama juga.
"Ck, nih orang kapan mau berenti neror gue sih? "
Aku membuka pintu kamar. Berantakan. Pasti ini ulah Bianca. Dress miliknya berhamburan kesana kemari. Mungkin, ia diajak date bersama pacarnya. Maybe.
"Kapan gue gak gerutu kalau nih anak gak mau berubah? "
Aku berbicara sendiri. Aku kemudian duduk di tepi kasur. Menaruh buket bunga di atas kasur dan bergegas untuk mengganti pakaian ku yang sudah penuh keringat.
Tak lama, aku kembali lagi dengan ponsel yang ku simpan di saku celana ku.
Aku menuju arah balkon. Menyenderkan kepala ku di sana. Lalu, menatap awan kecil yang berlari ke sana kemari mengejar kumpulan awan satu sama lain. Hingga terbentuklah awan yang sangat besar. Lucunya. Dulu, aku sering melakukan aktifitas ini saat sedang bosan. Sepertinya kebiasaan ku dari kecil ini, susah untuk dilupakan. Meski hal sekecil apapun itu. Aku menoleh ke arah kasur. Buket bunga itu masih segar disana. Aku mengambilnya. Aku lalu mulai berhalusinasi. Membayangkan jika pengirimnya adalah Fawwaz. Laki laki itu. Tapi, itu hanya pikiran konyol ku yang pastinya salah.
"Gue kangen sama lo. Rasanya gue pengen kejadian kemarin keulang lagi. Meski cuman sebentar"
Aku merasa letih. Hingga aku terpejam dengan bunga di pelukan tanganku. Ponsel ku ditaruh diatas nakas. Aku ingin hari itu menjadi hari terbaik bagi kami. Aku dan Dia.

🔮🔮🔮

Drrtt.

Aku mengerjap kan kedua kelopak mataku. Walaupun rasa kantuk ku belum hilang semua, aku merasa ponselku sangat penting. Aku respon membukanya. Menggeser pola dan mulai mengangkat panggilan telepon dari seberang sana, tanpa mengecek si penelpon tersebut. Hal biasa bagiku memang. Sehingga tak jarang aku salah bicara dengan orang tersebut.

"Ya, halo? " tanyaku sembari mengucek mataku.

"Ck, lo lama banget angkatnya"

Deg.
Apa ini dia?

"I-ini... "

"Ini gue. Fawwaz Aragio, Lisa. Lo kenapa? Pasti abis tidur siang kan? Ngaku deh"

Aku sekali lagi menganga. Dia kenapa bisa tau keadaan ku? Aku segera bangkit dari kasur dan menuju bawah. Aku menuju ruang tamu.

🔮🔮🔮

"Sori. Gue telat lagi"
Aku mencoba menghilangkan rasa gugup yang melanda hatiku. Aku menelan ludahku berulang kali. Mencoba agar laki laki di depanku tak merasa curiga denganku. Sekaligus, bisa menahan emosinya yang sudah menunggu ku tiga puluh menit yang lalu.
"Gak papa. Sini masuk"
Aku menurut. Aku membuntutinya menuju ruang tamu. Rumahnya sangat luas. Melebihi rumah Aldi. Jika disamakan dengan rumah ku sepertinya sama luasnya. Aku melihat dekorasi ruang tamu yang dihiasi aneka ragam barang antik. Sepertinya ayah Fawwaz menyukai barang ini.
"Duduk dulu"
Aku menurut. Lalu, aku menaruh tas selempang ku diatas meja dan duduk di sofa. Aku menyibakkan dress ku yang sedikit naik ke atas. Membuat posisi duduk ku senyaman mungkin. Apalagi, aku menggunakan dress saat ini. Katanya, Fawwaz ingin mengajak ku jalan jalan. Aku bahkan belum minta izin pada Mama. Tapi, setelah aku beritahu kak Anne, dia berjanji akan memberitahu Mama. Oke. Masalahku selesai.
Fawwaz kembali dengan pakaian yang bisa kubilang, wow. Dia sungguh tampan. Dengan balutan kemeja hitam dan abu abu juga jeans hitam dan sepatu nike nya berwarna abu abu. Sangat mempesona. Aku melongo melihatnya.
"Yuk jalan"
Aku ter-pa-ku.

🔮🔮🔮

"Kemarin gue gak kemana mana kok. Cuman jalan aja"
Kali ini, Kintan sedang menginterogasi ku di taman. Tak lupa juga Aldi yang masih menatap ku curiga. Padahal, dulu dia tak punya penyakit kepo seperti Kintan. Entahlah.
"G-gue jujur, tan"
Aku pasrah.
Kintan mengangguk.
"Oke. Gue percaya kok. Lain kali, lo harus ajak kita berdua kalo mau jalan sama dia"
"Oke"
Aku dan Kintan memang sudah terikat perjanjian. Jika salah satu diantara kami ada yang pergi dengan laki laki tak dikenal, maka satu nya lagi harus ikut menemani, apapu resikonya. Aku tersenyum lebar. Kintan menggiringku masuk ke kelas. Itu artinya, masa interogasi ku sudah selesai. Entah berapa lama lagi aku akan diinterogasi seperti tadi. Apalagi, jika laki laki itu adalah Fawwaz.

🔮🔮🔮

"FA?"
Aku masih bingung. Menimbang nimbang inisial nama pengirim buket bunga ku. Aku mengulang namanya berkali kali.

Gue gak tau sampe kapan hal ini berlangsung. Tapi, satu yang pasti. Gue cinta sama lo.

~F. A~

Aku mencoba mengingat nama nama anak laki laki di kelasku.
Farhan... Ferdiansyah... Fatur... Fino... Tidak ada yang berinisial F. A, aku menghela napas.
Aku mengumpulkan semua kiriman surat yang biasa ku terima, beserta puluhan buket bunga. Aku mencoba menyatukan tulisannya. Aku mencoba mereka reka tulisan tangan si penulis. Hingga...
"Fawwaz Aragio... Apa mungkin?"
Aku menutup mulutku agar Juliet dan Bianca tak mendengarnya.
Tulisan rapih itu sama dengan tulisan milik Fawwaz. Aku menyimpan tulisan Fawwaz di buku les privat ku dengan nya. Waktu itu, aku sedang malas menulis. Hingga akhirnya Fawwaz yang menulis untukku. Aku tak percaya. Ini benar benar tulisan nya.

🔮🔮🔮

Vommentnya ya! 😅
Ps : Click ☆
Bentar lagi tamat ya? Huhu author jadi sedih 😭

Ramalan Crystalize'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang